Rabu, 30 Desember 2009

Manajemen Ternak BAbi

Pemeliharaan Anak Babi Sebelum Disapih

Anak babi yang baru lahir harus segera dibebaskan dari selaput lendir terutama yang menutup lubang hidung dan mulut. Setelah dibersikan dan tali pusar serta gigi susu dipotong, babi ditimbang dan diberi nonor kemudian dilepas untuk mendapat susu kolostrum induk. Dapat juga dilakukan usaha untuk memberi kesempatan yang sama mendapatkan susu pertama ( kolostrum ) tersebut (Aritonang dan Ginting, 1989 ).

Pemeliharaan sesaat setelah lahir

Saat lahir, anak babi memiliki kaki dan kepala yang relatif besar dengan permukaan tubuh yang luas dibandingkan dengan bobot badannya. Karena anak babi memiliki lapisan lemak yang sangat terbatas ( 1 – 2% ) dan benar – benar tidak ada rambut penutup, maka temperatur sekitarnya seharusnya 350 C. Bila temperatur kurang dari 350 C, anak babi akan menggunakan air susu yang diperoleh dan glikogen (sumber energi) cadangan tubuhnya mempertahankan panas tubuhnya. Cadangan glikogen hanya dapat memenuhi kebutuhannya sekitar 7 – 8 jam. Anak babi yang baru lahir tak mungkin tahan hidup tanpa memperoleh air susu yang cukup dan temperatur lingkungan yang memadai (Sihombing, 2006).

Anak babi yang baru lahir tidak memiliki kekebalan atau pertahanan tubuh terhadap infeksi penyakit. Kekebalan ini baru dapat terbentuk setelah anak babi mendapat kolostrum. Karena kolostrum banyak mengandung protein, dan didalam protein itu terdapat immunoglobulin. Kekebalan ( immunitas ) yang diperoleh dari kolostrum merupakan pertahanan tubuh pada kehidupan sebelum umur 10 – 14 hari. Setelah umur tersebut kekebalan yang berasal dari kolostrum sangat menurun. Sesudah anak babi mencapai umur 3 minggu, didalam tubuhnya terbentuk kekebalan yang diperoleh dari luar, yang dimulai dengan sangat lambat ( Anonim, 1981 ).

Anak babi umur 3 – 10 hari mengalami masa kritis. Mereka sangat sensitif dan tidak berdaya menghadapi lingkungan yang berat, kemungkinan – kemungkinan yang biasa dihadapi yaitu : anak babi mudah kedinginan, anak babi banyak mati tertindih dan anak babi mati lemas ( Anonim, 1981 ). Sering terjadi induk jatuh sakit, atau mati pada waktu melahirkan. Sehingga anak babi – anak babinya tidak bisa diasuh lagi. Apa bila ada peristiwa semacam ini maka peternak harus segera bisa mengatasi atau memberi pertolongan. Mereka bisa ditolong dengan berbagai cara: diberi air susu sapi; dititipkan atau diasuh induk lain ( Anonim, 1981 ).

Anak babi (genjik) pada waktu lahir belumlah mempunyai sistim pengaturan suhu tubuh yang baik. Anak babi ini tidak mampu mengatasi dirinya terhadap panas atau dingin yang berlebihan. Suhu udara ikut menaikan kematian anak babi pada umur 2 – 3 hari, oleh karena anak babi (genjik) yang kedinginan dan menggigil pergerakannya menjadi lamban sehingga lebih mudah ditindih oleh induknya. Meskipun demikian, telah diketemukan bahwa di negara – negara tropik angka kematian anak babi karena ditindih induknya dapat dikurangi dengan memberikan panas pada anak babi setelah lahir selama beberapa hari (Williamson dan payne, 1993).

Anak babi (genjik) dilahirkan dengan persediaan kandungan zat besi yang rendah pada tubuhnya sedangkan susu induk tidak cukup kandungan besinya untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Akibatnya sering anak babi mengalami anemia karena kekurangan besi, terutama didaerah dingin sedangkan di daerah – daerah tropis kejadiannya agak jarang (Williamson dan payne,1993).

Untuk mencegah kematian anak babi akibat defisiensi besi yang umum terjadi maka setelah umur 2 – 3 hari anak babi diberi larutan besi yang dioles pada puting susu induk, diberi per oral atau suntikan khusus. Keadaan kandang harus dijaga bersih, kering, dan suhunya diatur agar anak babi dan induknya nyaman ( Aritonang dan Gintin, 1989 ).

Pemotongan gigi anak babi dimaksudkan agar tidak melukai puting susu induk atau menyebabkan luka antara sesama anak babi (genjik) sewaktu bermain atau berkelahi. Demikian juga pembuatan tanda pada telinga dengan keretakan atau tato diperlukan dalam pembuatan silsilah yang berguna pada program seleksi (Aritonang dan Ginting, 1989).

Kastrasi

Anak babi jantan yang tidak dipakai bibit biasanya dikastrasi oleh karena akan mengurangi pengelolaan dan mencegah perkawinan yang tidak diinginkan. Kastrasi akan mengurangi konversi makan pada babi. Makin mudah dikastrasi makin gampang pelaksanaanya dan dilakukan biasanya 7 – 10 hari sebelum penyapihan. Hal ini akan membuat babi sudah sembuh pada waktu disapih (Williamson dan Payne, 1993).

Mencret atau diare sangat umum terjadi dalam kehidupan genjik 2 minggu pertama. Anti bodi dalam kolostrum induk sangat membantu pencegahan problem mencret pada anak babi ( Sihombing, 2006 ).

Manajemen Pakan

Pemberian makanan yang semestinya merupakan hal yang sangat penting sebab biaya makanan menduduki tempat tertinggi dari ongkos produksi total yang kadang – kadang meliputi 80%, ini disebabkan babi tumbuh sangat cepat dan konsekuensinya keperluan akan makanan sangat tinggi. Anak babi yang beratnya 1,4 kg pada waktu lahir mencapai 163 kg setelah 18 bulan kemudian. Bila babi diberi makan berlebihan maka cenderung menjadi gemuk dengan cepat dan sifat ini adalah menurun, hal ini juga tidak ekonomis ( Williamson dan Payne, 1993 ).

Begitu umur 1 minggu anak babi diberi creep feeds. Creep feeding adalah cara pemberian makanan pada anak babi terpisah dari makanan induknya. Creep feeds hendaknya diberikan dalam bentuk kering dan anak babi lebih suka dalam bentuk pellet atau butir – butiran ( Williamson dan Payne, 1993 ).

Perkandangan

Untuk mencapai suatu sukses di dalam suatu perternakan khususnya ternak babi, antara lain perlu diusahakan suatu bangunan kandang yang baik. Sebab hanya kandang yang baiklah yang akan mampu: meningkatkan koversi makanan; meningkatkan pertumbuhan dan menjamin kesehatan ternak ( Anonim, 1981 ).

Unit atau bangsal kandang tempat induk melahirkan anak babi dan petak – petak kandang ini dilengkapi dengan rel atau palang pengaman, atau kerangkeng (stall ) melahirkan anak babi. Induk babi bersama anak babinya ditinggal di petak kandang tersebut sampai anak babi disapih. Mungkin juga induk serta anak babi dipindahkan ke unit kandang mengasuh anak babi (genjik) setelah 2 – 3 minggu lahir ( Sihombing, 2006 ) .

Manajemen Kesehatan

Periode yang sangat perlu diperhatikan sehubungan dengan kepadatan anak babi adalah saat kritis pada umur minggu pertama dan minggu kedua hilangnya anti bodi dari induk. Karena itu peternak harus waspada dan siap memberikan pertolongan bila penyakit datang menyerang ( Nugroho dan Whendrato, 1990 ) .

Kontrol yang paling efektif terhadap penyakit adalah melalui tindakan pencegahan. Oleh karena itu babi yang mengalami stres lebih gampang terkena penyakit dan parasit maka pencegahan yang paling efektif adalah dengan mengurangi stres tehadap makanan, iklim dan lingkungan lainnya seminimal mungkin dengan menjalankan pengelolaan yang baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: program vaksinasi bila vaksin tersedia; kontrol terhadap parasit dengan menyemprotkan; pemberian makan yang cukup pada segala tahap umur dan menghilangkan segala macam stres dengan sistem perkandangan yang baik dan penyemprotan air yang baik; pemisahan ternak – ternak yang terkena penyakit dan pembersihan kandang bila tejadi penyakit; ternak yang terkena penyakit yang dikeluarkan dengan cara yang semestinya bila perlu dipotong dan bahan – bahan yang terkena dibakar atau tindakan – tindakan lainnya; pembersihan dan pensucihamakan dari kandang dan perlengkapannya bila terjadi penyakit dan di itrahatkan selama 3 – 4 minggu ( Williamson dan Payne, 1993 ).

BUAH MERAH

(Pandanus conoideus)

Tanaman buah merah adalah tanaman yang masih satu famili dengan tanaman pandan (Wiryanta, 2005). Menurut Budi dan Paimin (2005), taksonomi buah merah secara umum adalah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Class : Angiospermae

Subclass : Monocotyledonae

Ordo : Pandanales

Family : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus conoideus

Secara empiris masyarakat Papua sangat mempercayai khasiat buah merah. Buah merah sudah secara turun temurun dikonsumsi masyarakat Papua sebagai sumber pangan, penambah energi dan daya tahan tubuh, sumber pewarna alami, bahan kerajinan dan bahan obat seperti obat mata, cacingan serta penyakit kulit (Budi dan Paimin, 2005).

Buah merah yang dikenal luas di Wamena dengan nama tawi atau sauk akendi adalah tanaman asli Papua. Buah merah bisa tumbuh bergerombol dalam satu area dan jarang tumbuh sendiri. Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi (2-200 meter diatas permukaan laut). Tumbuh kompetitif di lingkungan yang lembab, asam (pH 5,4-6,2) dengan suhu 23-32ºC serta kelembapan udara 73-98%.

Tumbuhan ini berdaun lanset sungsang dengan warna hijau tua, ujung daun runcing, pangkal daun memeluk batang dan tepi daun berduri atau tidak berduri tergantung jenisnya. Batang bercabang banyak, akar serabut dan tingi tanaman mencapai 16 meter.

Buah berbentuk silindris, ujung tumpul dengan panjang 96-102 cm dan diameter 15-20 cm. Bobot buah mencapai 7-8 kg. Saat muda berwarna merah muda, dan saat matang berwarna merah terang, namun sebagian kecil berwarna coklat atau coklat kekuningan (Budi dan Paimin, 2005).

Komposisi dan kandungan senyawa aktif buah merah tertera masing-masing pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Komposisi zat gizi per 100 gram buah merah

Zat Gizi

Kandungan

Energi

394 kalori

Protein

3.300 mg

Lemak

28.100 mg

Serat

20.900 mg

Kalsium

54.000 mg

Fosfor

30 mg

Besi

2,44 mg

Vitamin B1

0,9 mg

Kalium

25,7 mg

Nialin

1,8 mg

Air

34,9 %

(Sumber : Budi dan Paimin, 2005)

Tabel 2. Kandungan senyawa aktif sari buah merah

Senyawa aktif

Kandungan

Total karotenoid

12.000 ppm

Total tokoferol

11.000 ppm

Betakaroten

700 ppm

Alfa-tokoferol

500 ppm

Asam oleat

58 %

Asam linoleat

8,8 %

Asam linolenat

708 %

Dekanoat

2,0 %

( Sumber : Budi dan Paimin, 2005)

Betakaroten dan Tokoferol dikenal sebagai senyawa antioksidan yang mampu mencegah penyakit. Di dalam tubuh, kedua senyawa itu mampu menetralisir zat-zat radikal bebas pemicu beragam penyakit termasuk kanker dan tumor dengan cara menangkal dan memutus rantai radikal bebas yang menyebabkan sel mengalami mutasi genetik hingga berkembang secara liar tanapa terkendali (Anonim, 2005). Selain sebagai antioksidan, betakaroten juga berfungsi memperlambat berlangsungnya penumpukan plak pada arteri, sehingga aliran darah ke jantung maupun ke otak bisa berlangsung lancar tanpa sumbatan. Betakaroten juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh karena interaksi vitamin A dengan protein yang berperan dalam pembentukan antibodi (Budi dan Paimin, 2005). Tokoferol dalam jumlah yang tinggi (11.000 ppm) merupakan antioksidan penting yang berperan sebagai penangkal radikal bebas untuk mencegah produk sisa hasil interaksi sel (Subroto, 2005). Fungsi tokoferol ibarat pemadam kebakaran yang mematikan serbuan radikal bebas dan menetralisasi kolesterol dalam darah.

Tokoferol juga membantu pembentukan sel-sel baru untuk mengganti sel-sel tua maupun yang rusak. Tokoferol juga dapat munurunkan kadar kolesterol dan LDL, meningkatkan HDL, membantu hati memproduksi asam-asam empedu dan hormon-hormon penting (Anonim, 2006).

Asam lemak dalam buah merah merupakan antibodi dan anti virus alami. Asam lemak aktif melemahkan dan meluruhkan membran lipida virus serta mematikannya. Bahkan, virus tidak berkesempatan membangun struktur baru atau regenerasi. Karena itu, asam lemak efektif menghambat dan membunuh berbagai strain virus dan sel-sel tumor aktif (Budi dan Paimin, 2005).

Antibiotik

Antibiotik adalah substansi hasil metabolik yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup, yang dalam konsentrasi kecil mampu merusak atau menghambat mikroorganisme lain (Brander et al., 1991). Antibiotik adalah zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Zat yang bersifat antibiotik juga dapat dibentuk dari beberapa hewan dan tanaman tingkat tinggi. Antibiotik alam dapat dibuat antibotik baru secara sintesis parsial, antibiotik tersebut sebagian mempunyai sifat yang lebih baik (Mutschler, 1991).

Intensitas kerja suatu antibiotik dinyatakan dengan kadar yang dibutuhkan untuk tercapainya efek kemoterapeutik dan umumnya dinyatakan dalam kadar hambat minimal. Kadar hambat minimal adalah kadar batas yang secara in vitro bekerja terhadap mikroorganisme tertentu. Besarnya kadar hambat minimal bervariasi, tergantung dari jenis mikroorganisme, besar inokulum dan media uji yang digunakan (Wattimena et al., 1991). Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antimikroba mempunyai aktivitas bakterisid karena bersifat membunuh bakteri dan bersifat bakteriostatik karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Antimikroba tertentu akivitasnya dapat miningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi kadar hambat minimal efek bakteriostatik dapat dihasilkan oleh antibiotik yang mengambat metabolisme sel bakteri (Gan, 1983).

Berdasarkan mekanisme kerjanya antimikroba dibagi dalam 5 (Lima) kelompok yaitu inhibitor sintesis dinding sel, inhibitor sintesis protein, inhibitor sintesis asam nukleat, inhibitor membran sel, inhibitor sintesis folat (Franklin dan Snow, 1985). Antimikroba yang menghambat dinding sel mikroba adalah penisilin, vankomisin, basitrasin, sefalosporin, ristolisin dan sikloserin. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba antara lain linkomisin, antibiotik golongan makrolid, tetrasiklin, kloramfenikol, novobiosin dan puromisin (Gan, 1983; Frankin and Snow, 1985; Brander et al., 1991). Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel contohnya polimiksin dan penisilin. Contoh inhibitor sintesis protein meliputi golongan makrolida, tetrasiklin, aminoglikosid, spektinomisin dan kloramfenikol, inhibior sintesis asam nukleat contohya rifampin, riamisin, rifampisin dan kuinolon sedangkan inhibitor sintesis asam folat adalah trimetoprim (Todar, 2002).

Ampisilin

Ampisilin merupakan penisilin semisintetik yang stabil terhadap asam/amidase tetapi tidak tahan terhadap enzim β-laktamase (Goodman dan Gilman, 1985). Ampisilin mempunyai keaktifan melawan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dan merupakan antibiotika spectrum luas (Brander et al., 1991).

Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi aktivitasnya terhadap Gram positif kurang daripada penisilin G. semua penisilin golongan ini dirusak oleh β-laktamase yang diproduksi oleh kuman Gram positif maupun Gram negatif. Kuman meningokokus, pneumokokus, gonokokus dan L. Monocytogenes sensitif terhadap obat ini. Selain itu H. influenzae, E. coli dan Proteus mirabilis merupakan kuman Gram negatif yang juga sensitif tetapi dewasa ini telah dilaporkan adanya kuman yang resisten diantara kuman yang semula sangat sensitif tersebut. Umumnya pseudomonas, klebsiella, serratia, asinobakter dan proteus indol positif resisten terhadap ampisilin dan aminopenisilin lainnya (Istiantoro, 1995).

Ampisilin stabil terhadap asam karena itu dapat digunakan secara oral. Absorpsi relatif lambat, laju absorpsi sekitar 50%. Kadar darah maksimum dicapai setelah kira-kira dua jam, kurang lebih dua kali lebih lama daripada benzilpenisilin. Ampisilin mengalami sirkulasi enterohepatik, kadar dalam empedu jauh lebih besar daripada kadar dalam plasma, ekskresi terutama melalui ginjal. Ampisilin terutama digunakan pada infeksi saluran napas, saluran urin dan empedu, pada otitis media, pertussis dan septikemia yang peka terhadap ampisilin (Mutschler, 1991).

Oksasilin

Oksasilin termasuk derivat penisilin. Oksasilin mempunyai potensi yang rendah terhadap aktivitas antimikrobial melawan mikroorganisme yang sensitif terhadap penisilin G. Oksasilin termasuk penisilin yang stabil terhadap penisillinase (Goodman dan Gilman, 1985). Mekanisme kerja dari penisilin adalah menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan mengahasilkan efek bakterisid pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah), yang disebut juga sebagai persiters, praktis tidak dipengaruhi oleh penisilin, kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteiostatik. Mekanisme resistensi terhadap penisilin adalah pembentukan enzim betalaktamase misalnya pada kuman S. aureus, H. influenzae, gonokokus dan berbagai batang negatif. Pada umumnya kuman Gram-positif mensekresi betalaktamase ekstraseluler dalam jumlah relatif besar. Kuman Gram-negatif hanya sedikit menghasilkan betalaktamase tetapi tempatnya strategis, yaitu di rongga periplasmik diantara membran sitolasma dan dinding sel kuman. Kebanyakan jenis betalaktamase dihasilkan oleh kuman melalui kendali genetik oeh plasmid. Selanjutnya enzim autolisin kuman tidak bekerja, sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap obat. Kuman tidak mempunyai dinding sel (misalnya mioplasma) mengakibatkan perubahan PBP (penicillin-binding protein) atau obat tidak mencapai PBP (Istiantoro dan Gan, 1995).

Tetrasiklin

Tetrasiklin mempunyai spektrum antibakteri yang luas, efektif terhadap kuman Gram positif maupun Gram negatif, mencakup spektrum penisilin, streptomisin dan kloramfenikol. Selain itu juga dapat menghambat pertumbuhan riketsia, amuba, mikoplasma dan klamidia. Tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja dari tetrasiklin yaitu dengan cara menghambat sintesis protein ribosom sub unit 70s dan ribosom sub unit 80s. Efek tetrasiklin mempengaruhi tRNA-ribosom terlihat dengan terhambatnya ikatan amino asil-tRNA pada reseptor penerima pada ribosom. Tetrasiklin tidak langsung menghambat penyusun peptide atau tahap translokasi, tetapi menghambat terminasi rantai peptidepada kodon terminasi. Mekanisme penembusan tetrasilin unuk masuk ke dalam sel bakteri, kemungkinan sama dengan cara menghambat sntesis protein ditambah modifikasi struktur guna penghambatan sintesis protein. Kuman-kuman yang sensitif terhadap tetrasiklin ini antara lain; β-hemolitik Streptococci, non hemolytic Streptococci, Clostridia, Brucella, Haemophylus dan Klebsiela. Sedang untuk Escherichia coli, pasteurella, salmonela dan Conybacterium bersifat agak atau cukup sensitif terhadap tetrasiklin (Gan, 1983; Nicholas dan McDonald, 1988).

Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin brsifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat stabil jadi berkuang potensinya (Setiabudy, 1995).

Mekanisme kerja dari golongan tetrasiklin yaitu menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri Gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, ke dua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibitik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalang masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino. Pada umunya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitasnya masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi oleh obat ini. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Tetrasiklin memperlihatkan spektrum antibakteri luas meliputi kuman Gram positif dan Gram negatif, aerobik dan anaerobik. Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang Gram negatif seperti Brucella, Franciella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseudomonas pseudo mallei, Vibrio cholerae, Campylobacter fetus, Haemophilus ducrey dan Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida, Spirillum minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu H. influenzae mungkin sensitif, tetapi Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya resisten. Beberapa spesies kuman, terutama streptokokus beta hemolikus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Str. Pneumniae, N. gonorrhoeae, Bacteroides, Shigella dan Staphylococcus aureus makin meningkat resistensinya terhadap tetrasklin. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya, kecuali minosiklin pada resistensi Staphylococcus aureus dan doksisiklin pada resistensi B. fragilis (Setiabudy, 1995).

Gentamisin

Gentamisin merupakan antibiotika golongan aminoglikosida. Mekanisme kerja gentamisin adalah dengan mengikat secara ireversibel sub unit ribosom 30S dari kuman, yaitu dengan menghambat sintesis protein dan menyebabkan kesalahan translokasi kode genetik. Gentamisin bersifat bakterisidal. Gentamisin efektif terhadap berbagai strain kuman Gram negatif termasuk spesies Brucella, Calymmatobacterium, Campylobacter, Citobacter, Escherichia, Enterobacter, Klebsiella, Proteus, Providencia, Pseudomonas, Serratia, Vibrio dan Yersinia (Hardjasaputra, 2002). Terhadap mikroorganisme Gram positif, gentamisin juga efektif terutama terhadap Staphylococcus aureus dan Listeria monocytogenes serta beberapa strain Staphylococcus epidermis, tetapi gentamisin tidak efektif terhadap enterococcus dan streptococcus (Hardjasaputra, 2002).

Eritromisin

Eritomisin merupakan antibiotik yang efektif diberikan secara oral, ditemukan pertama kali pada tahun 1952 oleh Mc Guire dan kawan-kawannya yang merupakan hasil metabolik Streptomyces erytreus yang didapatkan dari sampel tanah yang dikoleksi dari kepulauan di Philipina (Goodman dan Gilman, 1985).

Eritromisin berupa kristal berbentuk kuning, larut dalam air dan lebih larut dalam etanol atau pelarut organik (Setiabudy, 1995). Eritromisin merupakan salah satu jenis antibiotik yang termasuk dalam golongan makrolida, yaitu antibiotik yang mempunyai cincin lakton yang terikat dengan satu atau beberapa gugus gula (Goodman dan Gilman, 1985). Eritromisin mempunyai rumus kimia C37H67NO13 (Brooks et al., 2001). Eritromisin dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisidal, tergantung dari mikroorganisme dan konsentrasinya (Goodman dan Gilman, 1985). Aksi eritromisin ditujukan untuk bakteri Gran positif termasuk bakteri yang resisten terhadap penisilin (Bywater, 1991). Eritromisin berikatan dengan reseptor 23S rRNA pada sub unit 50S ribosom bakteri. Eritromisin bekerja menghambat sintesis protein dengan mengganggu reaksi translokasi dan pembentukan senyawa pemula (Brooks et al., 2001; Todar, 2002). Eritromisin dan azitromisin merupakan antibiotik golongan makrolida yang sering digunakan dalam bidang veteriner. Eritromisin sering digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif seperti Staphylococcus (Boothe, 2001).

Penisilin G (Benzilpenisilin)

Penisilin pertama kali ditemukan di London 1928 oleh Fleming, kemudian dikembangak oleh Florey dari biakan Penicillium notatum untuk pengunaan sistemik. Selanjutnya digunakan Penicillium chrysogenum yang menghasilkan penisilin lebih banyak. Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam penisilin alam dan penisilin sistemik. Penisilin sistemik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia penisilin alam atau dengan cara sintetis dari penisiln yaitu 6-aminopenisilianat (6-APA) (Istiantoro dan Gan, 1995).

Penisilin adalah kelompok antibiotik β-laktam, merupakan asam organik yang terdiri dari satu inti siklik dengan satu antai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin β-laktam. Rantai samping merupakan gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal. Pengikatan berbagai jenis radikal pada gugus amino bebas ini akan memperoleh jenis penisilin yang berbeda, misal penisilin G (benzilpenisilin) adalah penisilin yang gugus amino bebasnya mengikat radikal berupa gugus benzil (Istiantoro dan Gan, 1995). Struktur dari penisilin menurut Huber 1977 dalam Siallagan 2003 terdiri dari cincin rhizolidin yang berkaitan dengan cincin β-laktam tempat melekatnya rantai samping. Cincin β-laktam ini berhubungan erat degan potensi penisilin, maka aktivitasnya akan hilang. Antibiotika β-laktam mempunyai efek bakterisidal dengan mencegah sintesis dinding sel baktri dan merusak inegritas dinding sel bakteri. Antibiotika ini efektif melawan bakteri gram positif tetapi tidak efektif melawan bakteri gram negatif (Hidayat, 2002). Antibiotik ini aktif terhadap bakteri yang sedang membelah dengan mengganggu sintesis dinding sel (Siallagan, 2003).

Mekanisme kerja penisilin dapat diringkas dengan urutan sebagai berikut : (1) obat bergabung dengan penicillin-binding proteins (PBPs) pada bakteri; (2) terjadi hambatan sintesis dinding sel bakteri karena proses transpeptidasi antar rantai peptidiglikan yang terganggu; (3) terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel (Istiantoro dan Gan, 1995).