Rabu, 30 Desember 2009

Antibiotik

Antibiotik adalah substansi hasil metabolik yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup, yang dalam konsentrasi kecil mampu merusak atau menghambat mikroorganisme lain (Brander et al., 1991). Antibiotik adalah zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Zat yang bersifat antibiotik juga dapat dibentuk dari beberapa hewan dan tanaman tingkat tinggi. Antibiotik alam dapat dibuat antibotik baru secara sintesis parsial, antibiotik tersebut sebagian mempunyai sifat yang lebih baik (Mutschler, 1991).

Intensitas kerja suatu antibiotik dinyatakan dengan kadar yang dibutuhkan untuk tercapainya efek kemoterapeutik dan umumnya dinyatakan dalam kadar hambat minimal. Kadar hambat minimal adalah kadar batas yang secara in vitro bekerja terhadap mikroorganisme tertentu. Besarnya kadar hambat minimal bervariasi, tergantung dari jenis mikroorganisme, besar inokulum dan media uji yang digunakan (Wattimena et al., 1991). Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antimikroba mempunyai aktivitas bakterisid karena bersifat membunuh bakteri dan bersifat bakteriostatik karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Antimikroba tertentu akivitasnya dapat miningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi kadar hambat minimal efek bakteriostatik dapat dihasilkan oleh antibiotik yang mengambat metabolisme sel bakteri (Gan, 1983).

Berdasarkan mekanisme kerjanya antimikroba dibagi dalam 5 (Lima) kelompok yaitu inhibitor sintesis dinding sel, inhibitor sintesis protein, inhibitor sintesis asam nukleat, inhibitor membran sel, inhibitor sintesis folat (Franklin dan Snow, 1985). Antimikroba yang menghambat dinding sel mikroba adalah penisilin, vankomisin, basitrasin, sefalosporin, ristolisin dan sikloserin. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba antara lain linkomisin, antibiotik golongan makrolid, tetrasiklin, kloramfenikol, novobiosin dan puromisin (Gan, 1983; Frankin and Snow, 1985; Brander et al., 1991). Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel contohnya polimiksin dan penisilin. Contoh inhibitor sintesis protein meliputi golongan makrolida, tetrasiklin, aminoglikosid, spektinomisin dan kloramfenikol, inhibior sintesis asam nukleat contohya rifampin, riamisin, rifampisin dan kuinolon sedangkan inhibitor sintesis asam folat adalah trimetoprim (Todar, 2002).

Ampisilin

Ampisilin merupakan penisilin semisintetik yang stabil terhadap asam/amidase tetapi tidak tahan terhadap enzim β-laktamase (Goodman dan Gilman, 1985). Ampisilin mempunyai keaktifan melawan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dan merupakan antibiotika spectrum luas (Brander et al., 1991).

Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi aktivitasnya terhadap Gram positif kurang daripada penisilin G. semua penisilin golongan ini dirusak oleh β-laktamase yang diproduksi oleh kuman Gram positif maupun Gram negatif. Kuman meningokokus, pneumokokus, gonokokus dan L. Monocytogenes sensitif terhadap obat ini. Selain itu H. influenzae, E. coli dan Proteus mirabilis merupakan kuman Gram negatif yang juga sensitif tetapi dewasa ini telah dilaporkan adanya kuman yang resisten diantara kuman yang semula sangat sensitif tersebut. Umumnya pseudomonas, klebsiella, serratia, asinobakter dan proteus indol positif resisten terhadap ampisilin dan aminopenisilin lainnya (Istiantoro, 1995).

Ampisilin stabil terhadap asam karena itu dapat digunakan secara oral. Absorpsi relatif lambat, laju absorpsi sekitar 50%. Kadar darah maksimum dicapai setelah kira-kira dua jam, kurang lebih dua kali lebih lama daripada benzilpenisilin. Ampisilin mengalami sirkulasi enterohepatik, kadar dalam empedu jauh lebih besar daripada kadar dalam plasma, ekskresi terutama melalui ginjal. Ampisilin terutama digunakan pada infeksi saluran napas, saluran urin dan empedu, pada otitis media, pertussis dan septikemia yang peka terhadap ampisilin (Mutschler, 1991).

Oksasilin

Oksasilin termasuk derivat penisilin. Oksasilin mempunyai potensi yang rendah terhadap aktivitas antimikrobial melawan mikroorganisme yang sensitif terhadap penisilin G. Oksasilin termasuk penisilin yang stabil terhadap penisillinase (Goodman dan Gilman, 1985). Mekanisme kerja dari penisilin adalah menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan mengahasilkan efek bakterisid pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah), yang disebut juga sebagai persiters, praktis tidak dipengaruhi oleh penisilin, kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteiostatik. Mekanisme resistensi terhadap penisilin adalah pembentukan enzim betalaktamase misalnya pada kuman S. aureus, H. influenzae, gonokokus dan berbagai batang negatif. Pada umumnya kuman Gram-positif mensekresi betalaktamase ekstraseluler dalam jumlah relatif besar. Kuman Gram-negatif hanya sedikit menghasilkan betalaktamase tetapi tempatnya strategis, yaitu di rongga periplasmik diantara membran sitolasma dan dinding sel kuman. Kebanyakan jenis betalaktamase dihasilkan oleh kuman melalui kendali genetik oeh plasmid. Selanjutnya enzim autolisin kuman tidak bekerja, sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap obat. Kuman tidak mempunyai dinding sel (misalnya mioplasma) mengakibatkan perubahan PBP (penicillin-binding protein) atau obat tidak mencapai PBP (Istiantoro dan Gan, 1995).

Tetrasiklin

Tetrasiklin mempunyai spektrum antibakteri yang luas, efektif terhadap kuman Gram positif maupun Gram negatif, mencakup spektrum penisilin, streptomisin dan kloramfenikol. Selain itu juga dapat menghambat pertumbuhan riketsia, amuba, mikoplasma dan klamidia. Tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja dari tetrasiklin yaitu dengan cara menghambat sintesis protein ribosom sub unit 70s dan ribosom sub unit 80s. Efek tetrasiklin mempengaruhi tRNA-ribosom terlihat dengan terhambatnya ikatan amino asil-tRNA pada reseptor penerima pada ribosom. Tetrasiklin tidak langsung menghambat penyusun peptide atau tahap translokasi, tetapi menghambat terminasi rantai peptidepada kodon terminasi. Mekanisme penembusan tetrasilin unuk masuk ke dalam sel bakteri, kemungkinan sama dengan cara menghambat sntesis protein ditambah modifikasi struktur guna penghambatan sintesis protein. Kuman-kuman yang sensitif terhadap tetrasiklin ini antara lain; β-hemolitik Streptococci, non hemolytic Streptococci, Clostridia, Brucella, Haemophylus dan Klebsiela. Sedang untuk Escherichia coli, pasteurella, salmonela dan Conybacterium bersifat agak atau cukup sensitif terhadap tetrasiklin (Gan, 1983; Nicholas dan McDonald, 1988).

Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin brsifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat stabil jadi berkuang potensinya (Setiabudy, 1995).

Mekanisme kerja dari golongan tetrasiklin yaitu menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri Gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, ke dua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibitik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalang masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino. Pada umunya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitasnya masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi oleh obat ini. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Tetrasiklin memperlihatkan spektrum antibakteri luas meliputi kuman Gram positif dan Gram negatif, aerobik dan anaerobik. Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang Gram negatif seperti Brucella, Franciella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseudomonas pseudo mallei, Vibrio cholerae, Campylobacter fetus, Haemophilus ducrey dan Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida, Spirillum minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu H. influenzae mungkin sensitif, tetapi Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya resisten. Beberapa spesies kuman, terutama streptokokus beta hemolikus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Str. Pneumniae, N. gonorrhoeae, Bacteroides, Shigella dan Staphylococcus aureus makin meningkat resistensinya terhadap tetrasklin. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya, kecuali minosiklin pada resistensi Staphylococcus aureus dan doksisiklin pada resistensi B. fragilis (Setiabudy, 1995).

Gentamisin

Gentamisin merupakan antibiotika golongan aminoglikosida. Mekanisme kerja gentamisin adalah dengan mengikat secara ireversibel sub unit ribosom 30S dari kuman, yaitu dengan menghambat sintesis protein dan menyebabkan kesalahan translokasi kode genetik. Gentamisin bersifat bakterisidal. Gentamisin efektif terhadap berbagai strain kuman Gram negatif termasuk spesies Brucella, Calymmatobacterium, Campylobacter, Citobacter, Escherichia, Enterobacter, Klebsiella, Proteus, Providencia, Pseudomonas, Serratia, Vibrio dan Yersinia (Hardjasaputra, 2002). Terhadap mikroorganisme Gram positif, gentamisin juga efektif terutama terhadap Staphylococcus aureus dan Listeria monocytogenes serta beberapa strain Staphylococcus epidermis, tetapi gentamisin tidak efektif terhadap enterococcus dan streptococcus (Hardjasaputra, 2002).

Eritromisin

Eritomisin merupakan antibiotik yang efektif diberikan secara oral, ditemukan pertama kali pada tahun 1952 oleh Mc Guire dan kawan-kawannya yang merupakan hasil metabolik Streptomyces erytreus yang didapatkan dari sampel tanah yang dikoleksi dari kepulauan di Philipina (Goodman dan Gilman, 1985).

Eritromisin berupa kristal berbentuk kuning, larut dalam air dan lebih larut dalam etanol atau pelarut organik (Setiabudy, 1995). Eritromisin merupakan salah satu jenis antibiotik yang termasuk dalam golongan makrolida, yaitu antibiotik yang mempunyai cincin lakton yang terikat dengan satu atau beberapa gugus gula (Goodman dan Gilman, 1985). Eritromisin mempunyai rumus kimia C37H67NO13 (Brooks et al., 2001). Eritromisin dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisidal, tergantung dari mikroorganisme dan konsentrasinya (Goodman dan Gilman, 1985). Aksi eritromisin ditujukan untuk bakteri Gran positif termasuk bakteri yang resisten terhadap penisilin (Bywater, 1991). Eritromisin berikatan dengan reseptor 23S rRNA pada sub unit 50S ribosom bakteri. Eritromisin bekerja menghambat sintesis protein dengan mengganggu reaksi translokasi dan pembentukan senyawa pemula (Brooks et al., 2001; Todar, 2002). Eritromisin dan azitromisin merupakan antibiotik golongan makrolida yang sering digunakan dalam bidang veteriner. Eritromisin sering digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif seperti Staphylococcus (Boothe, 2001).

Penisilin G (Benzilpenisilin)

Penisilin pertama kali ditemukan di London 1928 oleh Fleming, kemudian dikembangak oleh Florey dari biakan Penicillium notatum untuk pengunaan sistemik. Selanjutnya digunakan Penicillium chrysogenum yang menghasilkan penisilin lebih banyak. Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam penisilin alam dan penisilin sistemik. Penisilin sistemik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia penisilin alam atau dengan cara sintetis dari penisiln yaitu 6-aminopenisilianat (6-APA) (Istiantoro dan Gan, 1995).

Penisilin adalah kelompok antibiotik β-laktam, merupakan asam organik yang terdiri dari satu inti siklik dengan satu antai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin β-laktam. Rantai samping merupakan gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal. Pengikatan berbagai jenis radikal pada gugus amino bebas ini akan memperoleh jenis penisilin yang berbeda, misal penisilin G (benzilpenisilin) adalah penisilin yang gugus amino bebasnya mengikat radikal berupa gugus benzil (Istiantoro dan Gan, 1995). Struktur dari penisilin menurut Huber 1977 dalam Siallagan 2003 terdiri dari cincin rhizolidin yang berkaitan dengan cincin β-laktam tempat melekatnya rantai samping. Cincin β-laktam ini berhubungan erat degan potensi penisilin, maka aktivitasnya akan hilang. Antibiotika β-laktam mempunyai efek bakterisidal dengan mencegah sintesis dinding sel baktri dan merusak inegritas dinding sel bakteri. Antibiotika ini efektif melawan bakteri gram positif tetapi tidak efektif melawan bakteri gram negatif (Hidayat, 2002). Antibiotik ini aktif terhadap bakteri yang sedang membelah dengan mengganggu sintesis dinding sel (Siallagan, 2003).

Mekanisme kerja penisilin dapat diringkas dengan urutan sebagai berikut : (1) obat bergabung dengan penicillin-binding proteins (PBPs) pada bakteri; (2) terjadi hambatan sintesis dinding sel bakteri karena proses transpeptidasi antar rantai peptidiglikan yang terganggu; (3) terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel (Istiantoro dan Gan, 1995).

2 komentar: