Jumat, 04 Desember 2009

CLOSTRIDIUM BOTULINUM

Clostridium botulinum secara umum bentuknya batang relatif agak besar, termasuk gram positif tertantu untuk biak muda, biasanya tunggal atau berpasangan dan dapat menyebabkan botulisme, tersebar di seluruh dunia. Organisme ini ditemukan di dalam tanah dan kadang-kadang dalam feses hewan. Tipe Clostridium botulinum dibedakan melalui tIpe antigenic toksin yang dihasilkan. Spora organisme ini sangat resisten terhadap panas, tahan pada suhu 100°C selama paling sedikit 3-5 jam. Daya tahan terhadap panas berkurang pada pH asam atau bila konsentrasi garam tinggi.

Toksin

Selama pertumbuhan Clostridium botulinum dan selama otolisis bakteri, toksin dikeluarkan ke dalam lingkungan sekitarnya. Dikenal tujuh antigenik toksin (A-G). Tipe A, B dan E (kadang-kadang F) adalah penyebab utama penyakit pada manusia. Tipe A dan B dihubungkan dengan berbagai makanan, dan tipe E terutama pada hasil ikan. Tipe C menyebabkan leher lemas pada unggas; tipe D, botulisme pada mamalia. Toksin adalah protein dengan BM 150.000 yang terbagi atas protein dengan BM 100.000 dan 50.000 dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Toksin botulinum deserap oleh usus dan diikat oleh reseptor pada membran presinapsis dari motor neuron sistem saraf tepi dan saraf kranial. Proteolisis oleh rantai ringan toksis botulinum pada protein target di neuron akan menghambat pelepasan asetilkolin pada sinaps, mengakibatkan kurangnya kontraksi otot dan paralisis. Toksin Clostridium botulinum tipe A dan E memecah protein sinaptosomal (Synaptosomal Associated Protein) (SNAP-25) dengan BM 25.000. Toksin B memecah protein membrane yang berhubungna dengan vesikel sinaptobrevin (VAMP). Toksin Clostridium botulinum adalah salah satu substansi yang paling toksik yang diketahui: dosis letal bagi manusia berkisar antara 1-2 µm. Toksin bisa dihancurkan dengan dipanaskan selama 20 menit pada suhu 100°C.

Patogenesis

Botulisme merupakan keracunan akibat memakan makanan dimana Clostridium botulinum tumbuh dan menghasilkan toksin. Penyebab yang paling sering adalah makanan dalam kaleng yang bersifat basa, dikemas kedap udara, diserap, diberi rempah-rempah yang dimakan tanpa dimasak lagi. Dalam makanan ini spora Clostridium botulinum tumbuh;dalam keadaan anaerob, bentuk vegetatif tumbuh dan menghasilkan toksin.

Toksin bekerja dengan menghambat pelepasan asetilkolin pada sinap dan hubungan saraf otot, mengakibatkan paralisis flaksis(flaccid paralysis). Elektromiogram dan hasil tes kekuatan edrofonium (Tensilon) menunjukan sifat yang khas.

Gambaran Klinis

Gejala-gejala dimulai 18-24 jam setelah makan makanan yang beracun, dengan gangguan penglihatan, ketidak mampuan menelan dan kesulitan bicara; tanda-tanda paralisis bulper berjalan progresif dan kematian terjadi karena paralisis pernafasan atau berhentinya jantung. Gejala gastrointestinal biasanya tidak menonjol. Tidak ada demam. Penderita tetap sadar sepenuhnya sampai menjelang kematian. Angka kematian tinggi. Penderita yang sembuh tidak membentuk antitoksin dalam darah.

Uji laboratorium Diagnostik

Toksin sering ditemukan dalam serum penderita dan toksin dapat ditemukan pada makanan yang tersisa. Mencit yang disuntik intraperitolial akan mati dengan segera. Tipe antigenik toksin diidentifikasi dengan cara menetralisasi dengan antitoksin spesifik pada mencit. Clostridium botulinum dapat dibiakkan dalam makanan yang tersisa dan dites pembentukan toksinnya, tetapi hal ini jarang dilakukan dan manfaatnya masih belum jelas. Pada botulisme bayi, Clostridium botulinum dan toksin dapat ditemukan dalam isi usus tetapi tidak terdapat dalam serum. Toksin dapat diperkirakan dengan hemaglutinasi pasif atau radioimunisasi.

Pengobatan

Antitoksin yang poten terhadap tiga tipe toksin botulinum telah dibuat pada hewan. Karena tipe penyeba pada kasus tertentu biasanya tidak diketahui, antitoksin trivalen (A,B,E) harus diberikan secara intravena sedini mungkin dengan hati-hati. Bila perlu,dipergunakan mesin untuk pernafasan buatan. Tindakan-tindakan ini mengurangi angka kematian dari 65% menjadi dibawah 25%.

Epidemilogi, Pencegahan dan Pengendalia

Spora Clostridium botulinum tersebar luas dalam tanah, spora ini sering mencemari sayuran, buah-buahan dan bahan-bahan lainya. Pada tahun 1983, suatu restoran yang besar terjangkit penyakit ini yang dihubungkan dengan bawang yang ditumis. Bila makanan ini dikalengkan atau diawetkan, makanan ini harus cukup dipanaskan untuk memastikan bahwa spora telah rusak atau harus didihkan selama 20 menit sebelum dimakan. Peraturan yang ketat terhadap pengalengan makanan untuk perdagangan telah banyak mengurangi bahaya meluasnya Spora Clostridium botulinum yang sangat berbahaya. Saat ini bahaya utama terletakpada makanan kaleng rumahan, terutama kacang panjang, jagung, lada, buah zaitun, kacang polong dan ikan asap atau ikan segar yang terbungkus dalam kantong plastik kedap udara. Makanan yang toksikmungkin rusak atau tengik, dan kaleng dapat dikurangi kalau makanan didihkan selama lebih dari20menit sebelum dihidangkan. Toksoid dipergunakan untuk imunisasi aktif tenak sapi di Afrika Selatan.

DAFTAR PUSTAKA

Geo. F Book, Janet S. Bulel, Stephen A. Morse, 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi I. Penerbit Salemba Medika. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar