Kamis, 13 Januari 2011

Myasis


Myasis merupakan suatu keadaan infestasi luka terbuka pada jaringan hewan oleh larva lalat. Kondisi ini selalu diawali dari adanya luka di kulit hewan yang terkontaminasi kotoran, yang memicu terjadinya infeksi oleh bakteri oportunistik. Selanjutnya bakteri yang berkembang biak menyebabkan bau yang disukai oleh lalat dan mengundang lalat untuk bertelur di luka yang terkontaminasi tersebut.

Lalat betina dapat menghasilkan hingga 150 telur dalam waktu 4 hari dan dalam waktu 1-2 hari dengan kondisi luka yang lembab dan kotor, menginduksi telur ini untuk menetas menjadi larva lalat. Pada tahap inilah, myasis dimulai dan bila tidak segera ditangani akan memperparah kerusakan jaringan kulit hewan. Larva lalat akan memakan sel-sel mati, eksudat dan debris dari hewan. Kondisi ini disebut "fly strike". Larva dapat menembus lapisan kulit paling atas dan mencapai daerah bawah kulit. Akibatnya dapat terbentuk rongga di bawah kulit dengan diameter bisa sampai beberapa sentimeter.

Sekali "fly strike" terjadi, hal tersebut akan berjalan cepat dan lebih banyak mengundang lalat lain. Myasis dapat menyebabkan penurunan kondisi hewan dengan cepat, karena kerusakan jaringan dan rasa sakit sehingga nafsu makanpun berkurang. Bila myasis tidak cepat ditangani, bisa berakibat fatal dimana hewan yang terkena bisa mati karena shock, intoksikasi ataupun infeksi general (sepsis).

Myasis adalah invasi larva lalat pada jaringan tubuh sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan tersebut. Myasis dapat berasal dari perlukaan akibat trauma yang dibiarkan terbuka dan didukung dengan adanya lingkungan kandang yang kotor sehingga mempermudah adanya invasi larva lalat.

etiologi
Larva lalat yang dapat menyebabkan myasis tergolong dalam genus Chrysomia. Genus Chrysomia yang memegang peranan penting dalam kasus myasis yaitu Chrysomia megacephala dan Chrysomia bezziana.
Patofisiologi

Myasis terbagi menjadi 2 yaitu myasis obligat dan myasis fakultatif. Perbedaan keduanya terdapat pada jaringan tubuh yang diserangnya. Myasis obligat hanya dapat terjadi pada jaringan tubuh yang masih hidup. Sedangkan pada myasis fakultatif dapat terjadi pada jaringan tubuh yang masih hidup maupun yang sudah mati. Myasis obligat disebabkan oleh larva Chrysomia bezziana sedangkan myasis fakultatif disebabkan oleh larva Chrysomia megacephala.

Siklus hidup Chrysomia sp.
Mekanisme myasis bermula dari lalat dewasa betina yang gravid meletakkan telurnya pada jaringan, kemudian telur tersebut menetas menjadi larva. Larva inilah yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada jaringan karena untuk melengkapi siklus hidupnya dan untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya maka larva akan memakan jaringan yang ada di sekitarnya dengan cara membuat terowongan pada jaringan tersebut. Aktivitas dari larva ini menyebabkan kegatalan yang luar biasa pada inang. Faktor yang menentukan daya tetas telur lalat adalah suhu dan kelembaban. Telur dapat menetas secara optimal pada suhu 37o–38oC dengan kelembaban 70-80%. Sedangkan faktor yang menentukan perkembangan larva menjadi dewasa adalah ketersediaan nutrisi dari larva tersebut. Larva yang sudah matang kemudian merayap keluar dari luka dan berubah menjadi nympha. Nympha yang telah matang kemudian berubah menjadi lalat dewasa.

Terapi
Terapi dapat dilakukan dengan pencucian menggunakan Kalium permanganat (PK) kemudian diberikan Penicillin 20.000 IU/kg bb dan salep biru secara topikal, setelah itu pasien diberikan Metronidazole 20 mg/kg bb po. Pencucian dengan Kalium permanganat bertujuan melisiskan jaringan yang telah mengalami nekrosa. Penicillin diberikan untuk mencegah infeksi bakteri yang mungkin terjadi akibat luka yang terbuka. Pemberian metronidazole untuk mencegah infeksi bakteri yang terjadi terutama bakteri anaerob (Bishop 1996). Salep biru merupakan salep racikan yang digunakan secara topikal serta mengandung minyak ikan, vaselin album, sulfanilamida, dan Gusanex®. Minyak ikan mengandung vitamin A dan D yang bagus untuk regenerasi kulit. Sulfanilamida serbuk merupakan antibiotik yang berfungsi untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri. Sedangkan Gusanex® merupakan parasitidal yang bagus untuk mengatasi ektoparasit.

Sedangkan cara lain untuk pengobatan yang diterapkan dengan membersihkan luka, selanjutnya dilakukan pemberian antibiotik Penstrep dan atau Vet-Oxy, dan disemprot dengan Gusanex dan atau Limoxsin spray.

Terapi untuk myasis adalah dengan membuang semua larva dan membersihkan luka dari telur lalat yang ada. Pengecekan kondisi luka perlu dilakukan setiap hari untuk mencegah adanya larva lalat yang belum terambil. Bila hewan anda terkena myasis, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter hewan supaya mendapatkan pengobatan intensif, terutama anitibiotik untuk mengobati infeksi sekundernya serta antiparasit untuk membunuh larva lalat yang masih tinggal di hewan anda.

Pengendalian myasis hanya akan berhasil jika setiap pemilik hewan selalu menjaga kebersihan hewannya. Menjaga kebersihan luka sekecil apapun dan mencegahnya terkontaminasi oleh urin, feses atau tertutup bulu gimbal.