Selasa, 29 September 2009

TAENIASIS DAN CYSTICERCOSIS

TAENIASIS DAN CYSTICERCOSIS


Sinonim
Pork Taperworm (T.solium)
Ampas Nangka (Bali)
Banasan (Toraja)

Taeniasis adalah infestasi cacing pita Taenia sp. Berasal dari sapi atau babi pada manusia. Mausia merupakan induk semang definitive atau induk semang akhir(final host) cacing pita pada sapi. Sedangkan cacing pita pada babi, manusia bertindak sebagai induk semang antara (intermediate host) dan juga induk semang definitive. Apabila infestasi disebabkan oleh larva dari Taenia sp, penyakitnya disebut Cysticercosis.
Infestasi cacaing pita asal sapi umumnya bersifat sporadic beberapa Negara mempunyai prevalensi cacing pita asal sapi cukup tinggi, sehinga turis atau mereka yang pernah tinggal didaerah Mediteranian, Afrika atau Amerika Selatan perlu waspada terhadap Taeniasis asal sapi.
Kira-kira 50 juta manusia diseluruh dunia terinfeksi oleh Taenia sp. Pemerintah di Amerika memberikan penyeluhan dan pemeriksaan pangan hewan domestik untuk menghapus permasalahan cysticercosis.
Penyebaran cacing ini diseluruh dunia, di Indonesia, banyak dilaporkan di Papua dan NTB. Di dunia banyak kasus terdapat di Amerika Utara, Eropa Tengah, Afrika dan Asia terutama China dan India dan Asia Tenggara.

Kejadian Dan Penyakit Pada Hewan
Babi cacing dewasa ada dibagian proximal jejenum, sedangkan cysticercosis sellulosae bertempat di otot lidah, M.Masseter mucosa, diafragma, jantung, hati, ginjal, pulmo, otak, mata.
Sapi, infestasi cacing Taenia bersifat sporadik. Cysticercosis bovis berada terutama di m. Maseter (Schunrrenberger, 1991).

Kejadian Dan Penyakit Di Indonesia
Ditemukan pertama kali oleh LE COUELTRE, ada babi Bali tahun 1920, dari hasil penelitian tersebut babi yang terinfeksi oleh cystcerkus 1,8-3,2 %. Pada tahun 1977 dilaporkan oleh Dinas Peternakan provinsi Bali ditemukan kasus 0,16 %.

Penyebab
Penyakit taeniasis, sering disebut juga infeksi cacing pita pada babi. Taenia solium. Cacing pitadaging babi,adalah cacing yang daapat diperoleh manusia karena makan daging babi yang tidak masak. Angka insidensi pada manusia bervariasi tergantung daerahnya mulai kurang dari 1 % sampai kira-kira 8%, dengan angka diseluruh dunia 2-3%. Angka tersebut kemungkinan tidak tepat karena spesies ini dapat terkecoh dengan spesies cacing pita daging sapi, yaitu Taeniarhynchus saginatus dahulu disebut Taenia saginata (Schunrrenberger, 1991).
Epidemiologi frekuensi infeksi T.solium pada manusia berbeda didunia. Di Amerika serikat, parasit dewasa jarang sekali ditemukan padamanusia karena babi tidak diijinkan masuk ke tempat tinja manusia. Kebiasaan menghidangkan makanan dan adat keagamaan yang berhubungan dengan daging babi mempengaruhi ada tidaknya parasit in. Frekuensi parasit pada babi, yang dibeberapa negeri mencapai 25%, adalah paling tinggi dimana sanitasi tidak ada dan dimana pembuangan tinja dilakukan menurut cara-cara yang salah.
Cacing pita pada sapi Taenia saginata (Taeniarynchus saginatus) dan cacing pita pada babi Taenia solium merupakan penyebab Taeniasis. Cacing ini mempunyai kepala (scolex) yang dilengkapi 4 buah sucker berbentuk elips, sehingga dapat menempel dengan kuat pada dinding usus, penemepelan pada dinding usus dapat berlangsung dalam waktu sangat lama (sampai 25 tahun). Scolex dari T.saginata tidak mempunyai kait (rostellum), Sedangkan pada T.solium ditemukan 2 baris kait.
T.saginata dewasa umumnya mempunyai panjang 4-8 m, namun ada yang mencapai 25 m, sedangkan T.solium dewasa panjang 3-5 m, kadang mencapai 8 m. Dibelakang dari scolex terdapat segmen-segmen yang disebut proglotid. T.saginata bersifat motil, sehingga dapat bergerak sendiri apabila dilepaskan dari scolex, sedangkan progloti T.solium tidak motil sehingga tetap tinggal pada tinja. Panjang proglotid T.solium sekitar 10-12 mm dan lebar 5-6 mm. Dalam sehari, dari usus manusia dapat dikeluarkan 9 proglotid T.saginata yang masing-masing berisi lebih dari 80.000 telur cacing. Sedangkan dalam hal T.solium proglotid dikeluarkan dalam bentuk rantai panjnag, masing-masing mengandung sekitar 40.000 telur.
Tempat hidup cacing ini adalah bagian proksimal jejenum. Cacing ini mempunyai jangka waktu hidup yang lama, sampai 25 athun. Makanannya didapat dari usus . proglotid gravid pada ujung strobila dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 5-6 segmen. Proglotid gravid mengeluarkan kira-kira 30.000 sampai 50.000 telur bila pecah sebelum atau setelah meninggalkan hospes.
Babi dan beruang adalah hospes perarantara yang biasanya mengandung kistanya. Kambing, rusa, anjing dan kucing lebih jarang mendapat infeksi. Telurnya yang dieluarkan oleh hospes definitif, dimakan dengan makanan atau air oleh hospes perantara yang sesuai. Embrio hexacanth keluar dari kulit telur, menembus dinding usus dan masuk ke pembuluh limfe atau darah dan dibawa keberbagai alat badan. Cysticercus matang dikenal sebagai Cysticercus sellulosae. Adalah kista bujur yang jernih, 10 kali 5 mm dengan scolex keruh yang menonjol kedalam, dilengkapi dengan batil isap dan kait. Otot-otot lidah, masseter, mukosa, difraghma dan jantung adalah yang terutama dihinggapi kista ini, tetapi hati, ginjal, paru-paru, otak dan mata juga dapat dihinggapi, bila daging babi yang mengandung parasit dimakan oleh manusia, kista dilarutkan oleh saluran pencernaan dan scolex yang menonjol keluar, memperlihatkan diri pada mukosa jejenum dan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam waktu beberapa bulan.

Simtomologi
Parasit dewasa biasanya hanya berjumlah satu, hanya menyebabkan peradangan mukosa usus setempat yan ringan karena iritasi mekanik oleh srobila. Dan perlekatan skolek. Kebanyakan orang yang menderita infeksi tidak menunjukan gejala yang berarti. Mungkin terdapat gangguan pencernaan yang ringan dan menahun seperti nafsu makan tidak tetap, sakit kepala dan sakit perut, diare dan konstipasi bergantian, dan gizi buruk. Pada anak dan orang lemah, gejala-gejala seperti itu mungkin lebih nyata dan dapat disertai kelelahan, kelemahan, anemia dan gangguan syaraf. Mungkin ada eosinofil yang tidak tetap yang dapat mencapai 28% dan lekopeni.
Siklus Hidup
Daur hidup T.solium mulai dari telur yang bulat berdinding tebal, dengan diameter rata-rata 38 m. Telur ini berisi embrio yang khas dengan tiga pasang kait, biasanya telur tetap berada didalam proglotida yang terlepas dari strobila dan keluar dari tubuh hospes. Babi, manusia, anjing dan hewan lain menelan telur ini bersama makanan yang tercemar. Onkosfera dibebaskan dalam usus kecil. Membuatjalan pada dinding usus menuju ke pembuluh darah dan terbawa ke seluruh bagian tubuh. Didalam berbagai organ terutama oto. Larva tersebut meninggalkan pembuluh darah dan berkembang menjadi sisticercus atau cacing gelembung. Gejala sistiserkus pada manusia mungkin tidak tampak sampai beberapa tahun sesudah infeksi, bahkan tidak tampak sama sekali. Organ-organ yang menderita berturut-turut dengan frekuensi semakin menurun adalah otak besar, selaput otak, otak kecil, otot skelet dan jantung. Infeksi sistem syaraf pusat menunjukkan gejala-gejala yang sangat bervariasi dan dapat mencakup gangguan-gangguan penglihatan dan psikis, epileptiform. Perubahan watak serta paralsis syaraf motor dan sensoris. Sista akhirnya dapat mengalami disintegrasi, tetapi biasanya, terutama pada otot akan mengalami kalsifikasi. Penelitian tentang sistiserkus pada babi dan sapi menujukkan bahwa lokasi parasit berada didalam kapiler-kapiler limfa otot. Otot babi babi kadang-kadang penuh dengan parasit ini sehingga daging tersebut dinamakan ”measyl pork”. Cairan didalam sistiserkus sebagian terdiri atas plasma darah hospes. Manusia memperoleh cacing dewasa setelah makan daging babi mentah atau setengah matang yang terinfeksi. Setelah masuk kedalam usus kecil, cacing-cacing gelembung mengalami evaginasi, kemudian kait-kait dan batil isap memungkinkan mereka melekat pada dinding usus dan akhirnya cacing menjadi dewasa. Manusia dapat terinfeksi secara langsung karena menelan telur pada makanan dan minuman yang tercemar tinja. Autoinfeksi dapat pula terjadi dengan menjilat jari tercemar tinja yang mengandung telur cacing.
Sumber Penularan
Manusia tertular lewat makanan berupa daging sapi atau daging babi kurang matang yang berisi larva cacing pita hidup. Larva cacing pita ini terdapat pada otot, terutama pada otot rahang (maseter), lidah, jantung, diafragma dan bahu. Dalam hal cacing pita babi lewat makanan atau tangan tercemar.
Penularan
Penularan pada manusia terjadi per os dari daging mengandung Cysticercosis bovis yang tidak mati apabila proses pemasakan kurang sempurna. Penularan pada sapi terjadi per os akibat memakan rumput atau minum air yang tercemar telur atau proglotid yang berisi telur cacing. Telur cacing pita sapi dapat tahan 71 hari dalam tinja, 33 hari dalam air sungai dan 159 hari pada rumput. Sampai di usus halus, telur menetas menjadi oncosphore. Oncosphore bermigrasi kejaringan otot yang disukai (predileksi) melalui aliran darah. Dalam waktu sekitar 3 bulan akan terbentuk kista (Cysticercosis bovis) dalam otot. Kista ini dapat hidup 9 bulan atau lebih.
Cara penulara T.solium mirip dengan T. Saginata. Manusia sebagai induk semang definitif tertular lewat makan daging babi mengandun Cysticercosis cellulosae, tettapi sebagai induk semang antara tertular oleh telur cacing per os lewat makanan atau tangan tercemar telur cacing. Babi tertular telur T.solium per os lewat makanan tercemar, minuman tercemar atau tinja orang tertular.

Gejala Klinik
Infestasi T.saginata umumnya bersifat asimptomatik. Masa inkubasi berlangsung selama 8-10 minggu. Segmen cacing yang disebut proglotid dapat keluar dari anus secara sendiri atau bersama tinja. Pada beberapa kasus dapat ditemukan gejala sakit perut, kolik, nausea, kelelahan dan penurunan berat badan. Nafsu makan dapat turun, tetapi ada juga yang meningkat. Perut menggembung dan merasa kurang nyaman akibat akumulasi gas dalam saluran pencernaan.
Gejala klinik yang ditimbulkan oleh infestasi T.solium mirip dengan T.saginata. gejala klinik yang cukup parah dapat terjadi apabila manusia bertindak sebagai induk semang antara. Cysticercus umumnya terbentuk pada jaringan dibawah kulit, namun dapat pula terbentuk di otak dan mata. Apabila terbentuk diota, gejala klinik yang timbul berupa kelumpuhan, epilepsi, bahakan dapat bersifat fatal. Gejala epilepsi akibat cysticercus terbentuk diotak pernah dilaporkan di Papua.



Diagnosa
Untuk diagnosis infeksi usus, didasarkan atas penemuan proglotid atau telur dalam tinja dan diteguhkan dengan penemuan skoleks. Apabila skoleks tidak ditemukan, maka diperlukan waktu 4-6 bulan untuk meyakinkan bahwa seluruh cacing sudah tidak ada lagi. Pengobatan sistiserkosis selain dengan pembedahan tidak banyak manfaatnya, untuk pencegahan perlu dilakukan pemasakan daging babi dengan sempurna sebelum dimakan. Pembuangan kotoran dengan cara yang benar.
Cacing gelembung dapat menyebabkan sakit yang lebih berat bagi hospes daripada yang disebabkan oleh cacing dewasa. Stadium larva cacing pita Taenia solium merupakan salah satu dari beberapa tipe cacing gelembung pada babi. Larva-larva itu juga pernah dilaporkan terdapat pada mamalia piaraan lainnya. Parasit tersebut biasanya berukuran kira-kira 5x10 mm bila sudah masak dan infektif untuk manusia. Kadang-kadang jumlah sistiserkus sedemikian banyak sehingga menempati lebih dari separo volume sepotong daging. Cacing gelembung ini umumnya berada di dalam jaringan ikat otot serat lintang tetapi kadang-kadang terdapat disemua organ atau jaringan tubuh.
1. Diagnosa Taeniasis
Untuk membuat diagnosa penyakit Taeniasis dapat dilakukan dengan 2 cara :
a. Menanyakan riwayat penyakit (anamnesa)
Didalam anamnesa perlu ditanyakan apakah penderita pernah mengeluarkan proglotid (segmen) dari cacing pita pada waktu defekasi.
b. Pemeriksaan tinja secara mikroskopis
Pemeriksaan tinja dilakukan dengan metode natif, bilamana ditemukan telur cacing Taenia sp. Maka pemeriksaan feses menunjukkan hasil positif. Dari satu spesimen feses dapat digunakan menjadi 4 sediaan untuk pemeriksaan mikroskopik. Pada pemeriksaan tinja juga ditemukan proglotid jika keluar.
2. Diagnosa Cysticercosis
Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan klinis terhadap adanya benjolan dibawah kulit, biopsy, CT scan untuk neurocysticercosis. Sedangkan secara serologis dapat dilakukan dengan ELISA.
Prognosis : Taeniasis usus baik, tetapi infeksi ini harus diakhiri untuk mengurangi bahaya cystiserkosis.
Diagnosis : proglotid atau telur sering ditemukan didalam tinja atau daerah perianal. Diagnosis spesies dibuat dengan identifikasi proglotid. Karena telurnya tidak dapat dibedakan dengan telur saginata. Proglotid gravidnya dibedakan dari proglotid gravid taenia saginata karena jumlah pasangan cabang lateral uterus lebih kecil yaitu 7-12 (Brown, 1979).


Pencegahan dan Pengobatan
Tindakan pencegahan meliputi pengobatan terhadap orang tertular, pendidikan masyrakat, kesehatan dan kebersihan lingkungan, dan pemeriksaan daging secara seksama di rumah potong hewan. Daging yang tertular cysticercosis harus disingkirkan atau mengalami pembekuan dengan suhu dibawah -100 C atau dimasak dengan suhu diatas 600 C. Perlu dicermati bahwa pemerikasaan karkas di RPH tidak 100 % mendeteksi Taeniasis, meskipun dapat menyingkirkan sebagian besar jaringan tertular.
Pengobatan pada hakekatnya sama untuk semua cacing pita manusia. Untuk mencapai penyembuhan sempurna. Scolexnya harus dikeluarkan. Maka untuk memeriksa hasil pengobatan, pencarian teliti daripada scolex dalam tinja harus dilakukan. Bila scolex tidak ditemukan, perlu ditunggu 3 bulan untuk memastikan apakah penderita sudah tidak mengeluarkan proglotid atau telur lagi (Brotowidjoyo, 1987).
Obat terbaik terhadap cacing pita adalah kuinakrin hidroklorida (Atabrin).Oleorespin aspidium hasilnya sama baik, tetapi mungkin lebih toksik. Kedua obat ini mempunyai efek samping, menyebabkan muntah jika diberikan pada anak-anak. Penderita harus disiapkn dulu sebelum diberi obat cacing. Sehari sebelum diberi pengobatan, penderita harus diberikan makanan cair dan makan malam tidak diberikan kecuali kopi hitam, teh atau air. Enema air sabun harus diberikan malam harinya untuk mengurangi jumlah tinja yang kan diperiksa setelah pengobatan. Dua jam setelah pemberian dosis obat cacing yang terakhir, diberi pencahar garam untuk mengeluarkan cacing yang sudah rusak atau mati. Bila cacing tidak dikelauarkan oleh pencahar atau bila kepalanya tidak ditemukan, maka harus diberikan enema air sabun. Karena cacingnya atau scoleknya mungkin ketinggalan di usus besar. Kertas toilet yang dipakai oleh penderita jangan dimasukkan ke pot tinja karena sangat menyukarkan pencarian scolex cacing. Cacing pita yang besar sering dikeluarkan (berwarna kuning) dengan sekali pengobatan.
Dosis kuinarkin hidroklorida untuk orang dewasa adalah 0,8 g untuk menghindari muntah-muntah, dosis seluruhnya dapat dibagi dalam dua bagian dan diberikan dengan antara setengah jam. Anak-anak diberi dosis total sebagai berikut : anak dengan berat badan 40-75 pound sebanyak 0,4 g. 76-100 pound sebanyak 0,6 g, 100 pound dan lebih 0,8 g.
Bila pengobatan per os tidak berhasil, suspensi dari 0,8 g kuinakrin dalam 40 ml air suling dimasukkan melalui pipa duodenum, dibagi dalam dua dosis. Emursi yang sangat baik, mengandung 5 g eleoresin aspidium, 8 g acacia dan ditambah air sampai 60 ml, setengah dosis tersebut diberikan pada pagi hari, disusul dengan bagian kedua setelah satu jam. Dosis selurhnya untuk anak adalah 4 ml dari emulsi tersebut per 10 pound berat badan. Penyelidikan baru dengan 4-aminokuinalin (camoquin), diklorofen, dan niklosamid (yomesan) menunjukkan bahwa obat-obat ini cukup berkhasiat pada pengobatan infeksi cestoda (Brotowidjoyo, 1987).
Pada Manusia
Praziquantel, dosis 100 mg/kg, dosis tunggal. Cara pemberian obat praziquantel adalah sebagai berikut:
- satu hari sebelum pemberian obat cacing, penderita dianjurkan untuk makan makanan yang lunak tanpa minyak dan serat.
- Malam harinya setelah makan malam penderita menjalani puasa.
- Kesekan harinya dalam keadaan perut kosong penderita diberi obat cacing. Dua sampai dua setengah jam kemudian diberikan garam inggris, 30 g untuk dewasa dan 15 g atau 1,5 g untuk anak-anak. Sesuai dengan umur yang dilarutkan dalam sirop. Penderita tidak boleh makan sampai buang besar yang pertama. Setelah buang air besar penderita diberi makan bubur.
- Sebagian kecil tinja dari buang air besar pertama dikumpulkan dalam botol yang berisi formalin 5-10 % untuk pemeriksaan telur Taenia sp. Tinja dari buang air besar pertama dan berikutnya selama 24 jam ditampung dalam baskom plastik dan disiram dengan air panas/mendidih supaya cacingnya relaks. Kemudian diayak dan disaring untuk mendapatkan proglotid dan skoleks Taenia sp.
- Proglotid dan skoleks dikumpulkan dan disimpan dalam botol yang berisi alkohol 70 % untuk pemeriksaan morfologi yang sangat penting dalam identifikasi spesies cacing pita tersebut.
- Pengobatan taeniasis dinyatakan berhasil bila skoleks taenia sp. Dapat ditemukan utuh bersama proglotid.
Pada Hewan
- praziquantel, dosis 100 mg/kg 3-5 hari
- librax (7-chloro-2-methylamin-5phenyl-311-1,4-benzodiazepepine-4-oxide).
- Atrabin
- Niclosamid atau praziquantel
- Fenbendazole selama 7 hari
- Mebendazole selama 5 hari.
Praziquantel dilaporkan sering digunakan untuk pengobatan taeniasis asal sapi, tetapi obat ini tidak terdaftar di Australia untuk manusia, meskipun disana banyak digunakan untuk pengobatan cacing pita pada anjing yang disebabkan oleh Dypilidium caninum atau Dypilobothrium latum.
Niclosamid dapat memberikan kesembuhan baik, tetapi penggunaanyan memrlukan identifikasi cacing sebelum obat diberikan. Sebab, apabila proglotid berasal dari T.solium, maka penderita perlu dimonitor terhadap neural atau visceral cysticercosis.
Pencegahan dan Pengendalian
Pemberantasan infeksi T.solium terdiri pengobatan orang yang mengandung parasit, sanitasi,pemeriksaan daging babi dan memasak dan mengolah daging babi sebaik-baiknya.pengobatan segera orang-orang yang menderita infeksi ini tidak hanya mengurangi sumber infeksi. Tetapi juga menghilangkan bahaya autoinfeksi cysticercus. Didaerah endemik tinja manusia tidak boleh dibuang ketempat-tempat yang dapat dimasuki babi. Pemeriksaan daging babi oleh pemerintah dapat mengurangi frekuensi infeksi pada manusia di negara dimana daging babi dimakan mentah atau setengah matang. Memasak daging babi sebaik-baiknya adalah 45-500C . daging babi harus dimasak paling sedikit 30 menit untuk tiap pound atau sampai berwarna kelabu. Cysticercosis dimatikan pada suhu dibawah -20C dalam waktu hampir dua bulan, pada suhu kamar selama 26 hari pada suhu -100C selama 4 hari. Pengasinan daging kurang berhasil dalam mematikan cysticercosis. Kontrol Taenia sp, perbaikan infrastruktur bersih, pemeriksaan daging perkakas, mencegah kontaminasi perdagangan daging babi, penyuluhan tentang kebiasaan hidup sehat dan mencuci tangan, menghindari pangan terkontaminasi.


Aspek Veteriner
Sapi merupakan induk semang antara T.saginata. sapi dapat tertular per os lewat rumput atau air minum tercemar tinja manusia. Telur T. Saginata terdiri atas 2 lapisan yang berisi embrio atau oncospher (mempunyai 6 kait). Apabila tertelan oleh sapi, oncospher dilepaskan dalam lumen usus melalui proses enzimatik. Oncospher menembus dinding usus, kemudian lewat sirkulasi mencapai predileksinya, yakni urat daging(otot), jantung, rahang lidah dan diafragma. Dalam otot ini terbentuk larva yang disebut cysticercosis bovis.
Babi merupakan induk semang antara T.solium. babi tertular per os lewat makanan atau minum yang tercemar tinja manusia. Di daerah tempat ternak babi dibiarkan berkeliaran dan belum tersedia jamban, babi sering tertular langsung dari tinja manusia. Bentuk larva cacing pita pada otot babi disebut Cysticercus cellulosae. Larva ini berukuran 20x10 mm berwarna putih seperti beras, sehingga di Bali dikenal sebagai penyakit Beberasan. Bentuk larva akan menjadi infektif dalam waktu 9-10 minggu. Mausia tertular lewat makan daging kurang matang yang mengandung larva infekif ini.



DAFTAR PUSTAKA

Levine. Norman D., 1994. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press :
Yogyakrta.
Robertson R.S. 1976. Handbook on Animal Disease In The Tropics. Edisi ke-3. Burgess
& Son Ltd : Abingdon
Soeharsono. 2002. Zoonosis. Kanisius : Yogyakarta.

2 komentar:

  1. untuk kucing usia kurang dr 6 bulan, berapa dosis praziquantel dan pyrantel yang harus diberikan dan berapa hari ya ? lalu apakah harus ada pengulangan ? terimakasih banyak :)

    BalasHapus
  2. sebaiknya di berikan drontal cat saja lebih efektif.
    kandungannya drontal cat 80 mg pyrantel dan 20 mg praziquantel.
    untuk kucing dosisnya 1 tablet untuk 4 kg berat badan.
    untuk ulangan 3 bulan berikutnya setelah pemberian.

    BalasHapus