Muntah dikoordinasi oleh reflek visceral dan somatik yang dikontrol oleh pusat muntah di medulla oblongata. Muntah diawali dengan salivasi dan mual, yang kemudian diikuti dengan gerakan menelan berulang-ulang yang mengarah dengan adanya relaksasi sphincter gastroesophageal. Selanjutnya glottis menutup,, hewan menahan nafas, musculus abdomen berkontraksi (untuk menaikkan tekanan intraabdominal), cardia akan relaksasi, dan isi dari gastrium akan dikeluarkan (Kirk dan Bistner, 1985). Aksi dari muntah terdiri dari tiga stadium: mual, muntah-muntah, dan muntahan. Pada tiap stadium selalu terjadi perubahan motilitas gastrointestinal. Akibat dari terjadinya muntah yang terjadi secara terus menerus adalah pneumonia aspirasi, pengosongan volume dan cairan elektrolit, serta ketidakseimbangan asam basa (Ettinger, 1989).
Muntah dapat disebabkan oleh gerakan kesakitan dari hewan, menelan substansi yang dapat membuat muntah (misalnya obat), obstruksi traktus gastrointestinal, radang pada lambung atau iritasi, maupun penyakit pada bagian luar gastrium yang dapat menstimulasi nervus vagus atau chemoreceptor trigger zone (CTZ) (Nelson dan Couto, 2003). Material muntah dari lambung biasanya terdiri dari cairan berbusa dan makanan yang sudah tercerna. Sedangkan material muntah dari intestinum berwarna seperti empedu dengan material makanan yang tercerna atau yang telah busuk (Kirk dan Bistner, 1985).
Mekanisme dari muntah meliputi suatu aktivitas yang kompleks yang dikontrol oleh syaraf pusat. Pusat muntah berada di retikuler medulla oblongata dan chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada ventrikel keempat. Semua penyebab muntah harus melewati pusat muntah, yang selanjutnya akan terjadi respon. Pusat muntah diintegrasi oleh aktivitas efferent yang berasal dari berbagai sumber, termasuk dari system pusat syaraf (contoh: muntah fisiogenik), vestibular input yang berasal dari kanal semisirkuler (contoh: muntah diikuti gerakan sakit, kekacauan vestibuler, inkoordinasi), gastrointestinal,dan CTZ. Berbagai reseptor yang merespon terhadap zat kimia, radang, dan perubahan osmolalitas dapat memacu stimulus syaraf afferent. Muntah juga mungkin terjadi berasal dari respon reseptor akibat adanya distensi pada akhir pylorus, usus halus, kolon, dan kantung empedu. (Ettinger, 1989)
CTZ tidak dapat menyebabkan muntah jika tidak ada mediator yang yang utuh pada pusat muntah. CTZ tidak merespon terhadap berbagai macam stimuli elektrik yang mengaktifasi pusat muntah tapi aksinya utamanya merespon terhadap substansi kimia yang ada pada darah, termasuk berbagai macam obat seperti cardia glikosida, agen muntah seperti apomorphine dan copper sulfat, anastesi umum, agonis dopamine, dan agen antineoplastik. Adanya zat kimia dalam darah dapat mendesak CTZ karena CTZ tidak mempunyai blood brain barrier (Ettinger, 1989).
membantuh sekali infonya kak
BalasHapusharga excavator baru 2015