DIARE
Diare merupakan peningkatan frekuensi pengeluaran feses yang mengandung air melebihi normal (Lewis et al, 1992; Nelson, RW and Couto, CG., 2003). Faktor penyebab diare dapat dikelompokkkan dalam 3 kelompok (Kirk and Bistner, 1985) :
Gangguan fungsional - alergi makanan dan obat, cacat digesti, cacat absorpsi dan aspek psikologi.
Penyakit metabolik atau penyakit umum yang mempengaruhi saluran pencernaan – uremia, congestive heart failure, liver chirrhosis, hypoadrenocorticism, dan keracunan logam berat.
Penyakit intrinsik pada usus – bakteri, fungi, protozoa, metazoa parasit, virus dan radang non spesifik.
Mekanisme terjadinya diare dapat dibedakan dalam beberapa tipe (Lewis et al, 1992) :
Perubahan motilitas usus
Perubahan motilitas usus dapat terjadi sebagai akibat adanya radang usus, sehingga usus (terutama usus besar) tidak mampu menahan laju isi usus dan terjadi diare.
Sekresi aktif
Sekresi aktif dapat disebabkan karena kerusakan usus atau karena penyakit sistemik seperti congestive heart failure ataupun hepatic congestion. Kedua penyakit tersebut menyebabkan peningkatan tekanan hidrolik pada vena mesenterica sehingga mendorong keluarnya cairan ke lumen usus.
Sekresi pasif / peningkatan osmolalitas
Peningkatan osmolalitas dapat disebabkan oleh maldigesti akibat kekurangan enzim pancreatik, garam empedu ataupun enzim disakaridase. Kekurangan enzim-enzim tersebut akan menyebabkan karbohidrat, lemak, protein tidak terabsorbsi dengan baik. Pakan yang tidak terabsorbsi tersebut akan diubah menjadi asam laktat dan asam lemak volatil oleh bakteri di kolon. Ini akan menyebabkan penurunan pH (asam) dan peningkatan osmolalitas, yang akhirnya menimbulkan watery diare.
Peningkatan permeabilitas (exudatif)
Peningkatan permeabilitas dapat disebabkan karena adanya toxin bakteri yang menyerang sel epitel gastrointestinal. Rusaknya epitel akan menyebabkan aktivasi enzim adenylcyclase yang akan mengkatalis perubahan ATP menjadi cyclic AMP. Cyclic AMP ini akan meningkatkan permeabilitas sel.
Berdasarkan lamanya, diare dapat dibedakan menjadi dua yaitu diare akut dan diare kronis. Diare akut biasanya disebabkan oleh pakan, parasit ataupun karena penyakit infeksi. Diare kronis pada hewan, pertama kali harus dicurigai adanya parasit seperti nematoda, Giardia, Tritrichomonas. Parasit ini dapat diketahui dengan pemeriksaan feses. Pada diare kronis perlu dibedakan penyebabnya pada usus halus atau usus besar ( Nelson, RW and Couto, CG., 2003).
Gejala Klinis yang berhubungan dengan Diare Kronis dan lokasi usus yang mengalami gangguan (Kirk and Bistner, 1985) :
Gejala Klinis | Usus halus | Usus besar |
Nafsu makan
Penurunan berat badan Muntah Bersendawa Flatulence Kembung Kuantitas feses Jumlah feses per hari Tenesmus Pengujian umum feses : Darah Mucus Lemak Pengujian rektal | Bisa meningkat atau menurun Bisa muncul Kadang2 sampai sering Kadang2 Sering Sering Banyak Mendekati normal Jarang
Gelap, hitam Tidak ada Bisa ada Normal | Normal
Minimal Kadang2 Jarang Jarang Jarang Sedikit Lebih banyak Sering
Segar, merah Ada Tidak ada Darah, mucus, rasa sakit
|
Penyebab utama terjadinya diare kronis pada usus besar antara lain (Nelson, RW and Couto, CG., 2003) :
Anjing : alergi makanan, parasit (cacing, Giardia, Tritrichomonas), colitis clostridial, gangguan fungsi, histoplasmosis, radang usus besar ( Lymphocytic-plasmacytic colitis, Eosinophilic colitis, Chronic ulcerative colitis, Histiocytic ulcerative colitis), neoplasia.
Kucing : alergi makanan, radang usus besar ( Lympocytic-plasmacytic colitis), gangguan fungsi, infeksi virus.
Kehilangan cairan dan elektrolit merupakan akibat dari diare yang perlu diwaspadai. Air, sodium, chloride, bicarbonat dan potassium merupakan unsur-unsur utama yang hilang dari tubuh. Kehilangan air, sodium dan chloride akan menyebabkan dehidrasi. Kehilangan bicarbonat akan menimbulkan asidosis metabolik, sedangkan kehilangan potassium akan menyebabkan kelemahan, penurunan nafsu makan ( Lewis, et al., 1992)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar