Selasa, 13 Oktober 2009

ANCYLOSTOMIASIS

Ancylostomiasis pada anjing

Definisi

yaitu penyakit cacingan oleh cacing tambang (ancylostoma caninum), sering ditemukan di daerah yang lembab. Ancylostomiasis pada anjing : meskipun ada cacingan disebabkan oleh cacing kait dan penyebabnya bukan ancylostoma tetap disebut ancylostomiasis (subronto, 2006).

Gambar 1. Cacing ancylostoma caninum

Etiologi

Cacing ancylostoma berukuran 10-20 mm dan yang dewasa biasanya ditemukan melekat pada mukosa usus halus anjing. TeLurnya termasuk tipe stongyloid yaitu berdinding tipis, oval, dan bila dikeluarkan dari tubuh biasanya memiliki 2-8 gelembung dalam stadium blastomer. Ukuran cacing dan telur cacing tembang pada anjing dan kucing adalah sebagai berikut :

spesies

Ukuran cacing dewasa (mm)

Ukuran telur (µ)

Fecundity (epg tinja/cacing )

A. caninum

: 10-12

: 15-18

(56-75) x (34-47)

844

A. braziliense

: 6-8

: 7-10

(75-95) x (41-45)

-

U. stenophala

: 5-8

: 7-12

(63-76) x (32-38)

468

A. tubaeforme

: 9,5-11

: 12-15

(55-75) x (34,4-44,7)

-

Sumber : Kelly (1997)

Anjing dapat terinfeksi oleh ketiga spesies tersebut, kecuali A. tubaeforme (yang hanya dapat menginfeksi kucing (subronto, 2006).

DAUR HIDUP

Daur hidup cacing tambang bersifat langsung, tanpa hospes antara. Hospes paratenik, yaitu hewan bukan spesies utama, misalnya mencit, yang mengandung larva cacing bila terkonsumsi oleh hospes utama, tidak dianggap sebagai hospes antara (intermediate-host) (subronto, 2006).

Cacing dewasa hidup dari menghisap darah di usus halus. Cacing selalu berpindah-pindah dalam menusuk mukosa usus hingga meninggalkan luka-luka yang perdarahannya berlangsug lama, karena cacing tersebut menghasilkan toksin anti koagulasi darah. Cacing betina menghasilkan telur dalam jumlah besar, bahkan seekor cacing diperkirakan mampu bertelur sebanyak 10-30.000 telur perhari (Sousby, 1977). Diperkirakan seekor anak anjing yang terinfeksi berat dalam tinjanya mengandung 5 juta telur per hari, selama satu bulan. Jumlah tersebut setara dengan 250 ekor cacing betina yang masing-masing membebaskan 20.000 telur per hari (Levine, 1994).

Satu sampai dua hari setelah dibebaskan di dalam tinja di tempat yang lembab atau basah, telur akan menetas dan terbebaslah larva stadium pertama. Setelah lebih kurang satu minggu akan terbentuk larva infektif atau stadium ketiga dan siap menginfeksi hewan yang rentan. Kondisi sekitar telur yang kering atau sebaliknya membeku seperti yang biasas terdapat di pegunungan atau di daerah empat musim, akan memperpanjang waktu perkembangan larva atau malah mematikannya. Biasanya factor-faktor suhu dan kelembaban di suatu daerah menetukan kelangsungan hidup larva dan cacing di daerah tersebut (Levine, 1994).

Proses infeksi ke dalam tubuh hospes dapat berlangsung melalui berbagai cara yaitu :

  1. infeksi melalui kulit ( per kutan )

Larva stadium ketiga yang infektif, lngsung menembus kulit yang segera diikuti proses migrasi larva ke dalam pembuluh darah atau limfe, langsung ke jantung, paru-paru, dan selanjutnya menuju pangkal tekak, kerongkongan, dan lambung. Selanjutnya larva akan berubah (moulting)menjadi cacing dewasa muda di dalam usus halus. Pada anak anjing yang rentan, waktu atau periode prepaten yaitu sejak larva menembus kulit sampai dewasa di dalam usus halus, adalah 14-17 hari. Infeksi per kutan lebih banyak terjadi pada cacing A. caninum, A braziliense, dan A. tubaeforme daripada U. stenocephala, yang lebih banyak mengambil cara per oral.

  1. infeksi secara per oral

Larva stadium ketiga yang infektif memasuki tubuh melalui mulut. Bersama makanan atau cairan (air susu), yang dikonsumsi. Larva tersebut bermigrasi ke dalam lapisan atas dari mukosa usus halus dalam beberapa hari setelah tertelan kemudian kembali ke lumen usus halus. Di dalam lumen berkembang menjadi dewasa setelah mengalami dua kali moulting.

Pada anak anjing dan kucing yang rentan periode prepaten minimum adalah 14-17 hari, sama dengan cara infeksi perkutan setelah larva terkonsumsi. Sebagian kecil larva yang menembus mukosa usus mungkin menembus dinding usus dan memasuki pembuluh darah dan mencapai dewasa setela melalui paru-paru, kerongkongan, lambung dan akhirnya usus seperti larva yang masuk per kutan.

  1. infeksi trans mamaria dan intra uterus

Dalam migrasinya larva dapat mencapai uterus, menmbus selaput janin hingga anak anjing yang baru dilahirkan pun telah mengandung larva di dalam tubuhnya. Larva tersebut dapat juga mencapai kelenjar susu dan dapat terlarut dalam air susu hingga anak anjing yang masih menyusu pun dapat terinfeksi melalui air susu yang diminum. Larva stadium ketiga dapat diisolasi dari kelenjar susu induk pada hari ke-20 pasca lahir. Larva tersebut tidak hanya dapat diisolasi dari kolostrum tetapi sudah diekskresikan sejak dua sampai dengan sepuluh hari pasca lahir (sampai periode laktasi berakhir).

Periode prepten cacing A. caninum yang lewat uterus atau kelenjar susu (kolostrum) biasanya 14-16 hari hingga anak anjing yang baru berumur beberapa hari telah dapat mengandung cacing dewasa dalam ususnya. Perlu ditambahkan bahwa cacing A. braziliense dan U. stenocephala tidak biasa menjalani daur hidup trans mamaria dan intra uterus. Alasan adanya fenomena tersebut tidak diketahui.

Infeksi lewat plasenta belum pernah dibuktikan terjainya pada kucing. Anak kucing yang menderita ancylostomiasis sebelum disapih di duga terjadi karena terinfeksi memlaui air susu yang tercemar larva. Merupakan kenyataan di praktek bahwa kejadian cacingan oleh cacing tambang pada anak kucing tidak setinggi di bandingkan dengan anak anjing.

  1. telur

    infeksi melalui hospes paratenik (paratenic host)

Larva yang bermukim di dalam tubuh hewan yang bertindak sebagai hospes paratenik misalnya mencit dapat menginfeksi anjing dan kucing atau spesies lain yang rentan cacing tambang, bila binatang hospes paratenik tersebut dikonsumsi olehnya. Larva tersebut mungkin telah berbulan-bulan tinggal di dalam jaringan tubuh binatang hospes dimaksud.

Seperti halnya perkembangan larva intra uterus dan transmamaria di dalam jaringan saluran percernakan pun ada kalanya larva tidak sepenuhnya aktif berkemban, mirip istirahat yang dikenal sebagai arrested developing larvae. Adanya periode inaktif tersebut menyebabkan diperpanjangnya waktu untuk mencapai stadium infektif. Perkembangan larva demikian ditemukan apabila suhu disekitar tempat larva mengalami penurunan tajam misalnya sampai 5 0 C, sepetti yng sering dialami di daerah yang mengalami empat musim hingga sebagian besar larva stadium ketiga masih dapat ditemukan 21 hari setelah infeksi batan pad anak anjing yang rentan.

Adanya arrested-larvae di dalam salurn pencernakan makanan maupun jaringan tubuh lainnya memiliki beberapa implikasi, antara lain sebagai berikut :

  1. adanya arrested-larvae menyebabkan pengendalian dan pengobatan cacing tidak berhasil maksimal
  2. dalam pengobatan cacingan diutuhkan obat yang memiliki spectrum luas hingga dapat mencakup larvae inaktif
  3. dalam pemeriksaan laboratorium dengan metode apung maupun sediment, larva inaktif tersebut tidak dapat ditemukan.

(subronto, 2006).

Gambar 2. siklus hidup A.caninum

Patogenesis

Perjalanan penyakit cacingan dengan perubahan patologi yang teramati sangat ditentukan oleh proses infeksi cacing (larva) ke dalam tubuh dan perkembangannya terkait dengan daur hidupnya.

  1. penetrasi larva per kutan

Gambaran radang kulit sebagai akibat penetrasi larva cacing A duodenale melalui kulit pada manusia, yang dikenal sebagai creeping eruption oleh larva migrns, gambaran patologinya pada anjing dan kucing tidak sejelas pada manusia. Dilaporkan bahwa radang kulit pada anjing terdapat di rongga antar jari-jari, kaki dan kadang-kadang pada kulit perut. Meskipun gejal klinisnya kurang jelas dari yang terlihat pada manusia, gejala pada anjing dapat berupa rasa gatal, kemerahan, dan terjadinya papulae di daerah yang menderita. Dalam keadan tertentu lesi kulit mirip radang kulit oleh tungau demodex (terbatas) atau mirip dermatitis atopik. Rasa gatal terlihat dari usaha menjilati sebagai ganti menggaruk daerah yang gatal. Membesarnya kaki ataupun terjadinya deformitas pangkal kuku dan kukunya juga mungkin diamati. Infeksi yang meluas juga dapat mencapai sendi-sendi pada jari-jari kaki.

  1. larva migrans

Apabila jumlah larva yang bermigrasi melalui paru-paru cukup banyak dapat terjadiiritasi jaringan paru-parutermasuk saluran nafas hingga terjadi batuk yang sifatnya ringan sampai dengan sedang. Dalam pemeriksaan pascamati, maupun pemeriksaan histopatologi sering ditemukan larva cacing dalam jumlah besar.

  1. infeksi cacing dalam usus halus

Oleh adanya cacing dalam mukosa sus halus beberapa perubahan patologi dan faali dapat terjadi. Perubahan-perubaha patologik dan fail tersebut meliputi anemia, radang usus ringan sampai berat, hipoproteinemia, erjadinya gangguan penyerapan makanan dan terjadinya penekana terhadap respon imunitas dari anjing (subronto, 2006).

Oleh gigitan cacing, yang sekaligus melekat pada mukosa, segera terjadi perdarahan yang tidak segera membeku karena toksin yang dihasilkan oleh cacing. Cacing dewasa biasa berpindah-pindah tempat gigitannya hingga terjadilah luka-luka yang mengucurkan darah segar. Tiap ekor cacing dewasa A caninum dapat menyebabkan kehilangan darah 0,05-0,2 ml/hari, A braziliense 0,001 ml, dan Ustenocephala 0,0003 ml. darah yang mengucur ke dalam luen akan keluar bersama tinja dank karena adanya darah tersebut tinja menjadi berwarna hitam. Pengeluaran tinja bercampur darah tersebut biasa disebut melena (Levine, 1994).

Cacing A tubaeforme termasuk dalam kategori pengisap darah sedang yang akibat akhirnya berupa anemia berat. Anemia yang timbul pada awalnya bersifat normositik normokromik, yang kemudian oleh hilangnya zat besi anemianya akan berubah menjadi hipokromik mikrositik.

Anak anjing muda maupun anak kucing sangat rentan terhadap infeksi oleh cacing tambang karena pada umur 2-4 minggu persediaan Fe akan merosot yang disebabkan makanan utama anak anjing adalah air susu yang memang sangat kecil kandungan Fe nya. Anak anjing yang terinfeksi berat, segera mengalami anemia akut. Perdarahan usus terjadi pada hari ke 8 pasca infeksi dan pada akhir minggu ke 3 pasca infeksi penderita kehilangan darah setiap harinya setara dengan 20 % dari total volume eritrositnya. Pada anjing dan kucing dewasa hilangnya darah sebagian terkompensasi oleh kegiatan eritropoesis.

Infeksi anjing oleh A braziliense dan U stenocephala tidak megakibatkan perdarahan ebat seperti pada infeksi oleh A caninum. Infeksi kedua spesies tersebut cenderung lebih banyak ditandai oleh hipoproteinemia, radang usus, dan atrofi parsial villi intestinales. Hilangnya vili usus halus juga dialami oleh anjing yang terinfeksi A caninum dan mengakbatkan gangguan absorbsi makanan.

Adanya parasit dewasa dalam jumlah kecil sampai sedang mampu menimbulkan kekebalan (imunitas terbatas) hingga penderita tahan terhadap infeksi larva selanjutnya. Infeksi larva dalam jumlah besar akan melampaui ketahanan tubuh dan hewan akan mengalami parasitosis. Oleh adanya self cure, penderita sembuh dengan sendirinya dan tidak menimbulkan gejala anemia. Pada umur tertentu, sekitr 8 bulan, terbukti bahwa anjing mampu mengatasi tantangan infeksi larva infektif. Di daerah endemic, penggunaan obat cacing sebagai pengobatan rutin, misalnya setiap 3-6 bulan sekali sangat dianjurkan.

Gejala

Cacing tambang ini mampu menyebabkan hilangnya darah dalam waktu pendek, terutama pada individu muda. Darah yang mengucur segera tercampur tinja dan menyebabkan melena. Tinja bersifat lunak, berwarna gelap. Gejala anemia dapat dilihat dari pucatnya selaput lendir mulut, mata, vagina, maupun dari kulit, terutama didaerah perut. Radang yang ditimbulkan dapat menyebabkan menyempitnya muara saluran empedu. Bila empedu tertahan dapat menyebabkan bilirubinemia (ikhterus).

Prognosis

Prognosis ditegakkan dengan memperhatikan status cairan tubuh, tingkat anemia, serta berat infeksi yang diperoleh dari pemeriksaan patologis klinis, baik terhadap tinja maupun darah penderita.

Gambar 3. Telur

Terapi dan pencegahan

Obat cacing dipasaran dalam dua dekade ini terbukti mempunyai efesensi yang cukup tinggi. Tidak hanya satu spesies cacing yang dapat diobati namun beberapa spesies dapat diobati dengan satu jenis obat cacing. Biasanya abat cacing berasal dari satu golongan obat ataupun berasal dari beberapa golongan obat. Pengobatan ancylostoma cacinum dapat digunakan misal dengan Canex atau Telmin biasanya dilakukan pada umur 6-12 minggu, pengobatan dilakukan setiap 2-4 bulan. Anjing betina dewasa diobati 2 kali, dengan antara 2 minnggu, pada saat bunting dan menyusui masing-masing dilakukan satu kali.

Berdasarkan periode prepaten cacing yang berlangsung sekitar 3 minggu, pengobatan cacing sebaiknya dilakukan sebagai berikut. pengobatan pertama baiknya dilakukan umur 2-4 minggu, diulang 2-3 bulan kemudian. Pada umur 3-6 bulan diobati lagi, dan selanjutnya diobati secara teratur tiap 3-6 bulan sekali.

Umur anjing

Pengobatan ke

keterangan

2-4 minggu

5-8 minggu

9-12 minggu

3-6 bulan

7-12 bulan

1

2

3

4

5

Pyrantel

Diikuti vaksin

Disapih

Diikuti vaksin 2

-

Pengobatan selanjutnya dilakukan setelah setiap3 -6 bulan dengan obat yang mempunyai spektrum luas ,misalnya mebendasol. Pencegahan yang dilakukan dengan penyuntikan disophenol dipandang tidak efektif lagi terutama didaerah yang lembab panas, dengan suhu udara antara 20-30oC dosis obat yang biasa dilakukan antara lain sebagai berikut.

Obat cacing

Dosis

Spektrum Obat

Pyrantel pamoat, ctrat emboat

5-12 mg/kg

Untuk sesemua umur,inhibitor cholinesterase,hati-hati untuk hewan lemah dan kurus.

Dihlorphos

27-33mg/kg(dewasa)11mg/kg (anak)

Dosis dibagi 2X untuk hewan yang lemah.

Mebendazole

22mg/kg selama 5 hari

Fenbendasol

5mg/kg selama 3 hari

Disophenol

10mg/kg sub kutan

injeksi

Thenium closylate

500mg/kg BB

Drontal-plus-Srerdiri dari Fenbantel 37,5g

0,5-2kg BB : tab

2-5kg BB: tabF

Diberikan sekali

(subronto, 2006)

Daftar pustaka

  1. Levine, Norman D. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  2. Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba Pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

2 komentar:

  1. thx pak yud,....

    croootttttttttttttttttttt

    BalasHapus
  2. sama2 mbrow.............
    crooot di mukamu...........

    BalasHapus