Jumat, 21 Mei 2010

INFEKSI P. ANATIPESTIFER

Infeksi P. anatipestifer juga dikenal dengan infeksius serositis, duck septicemia, new duck disease, atau sindrom anatipestifer, merupakan penyakit sistemik pada bebek., kalkun, dan beberapa jenis burung lain yang disebabkan oleh P. anatipestifer. Prevalensi penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan menyebabkan kerugian ekonomis yang besar pada industri unggas akibat mortalitas, turunnya berat badan, dan pengafkiran. Bentuk akut penyakit ini dapat menyebabkan mortalitas yang tinggi sekitar 75% pada bebek, terutama pada farm dimana infeksi tetap ada karena penetasan secara rutin dipindahkan dari satu kandang ke kandang lain untuk memberi ruang bagi penetasan selanjutnya. Kondisi lingkungan yang tidak sesuai dan penyakit yang sedang terjadi kadang menjadi faktor predisposisi bagi flok terserang infeksi P. anatipestifer. Penyakit ini tidak termasuk penyakit zoonosis.

Gejala Klinis

Bentuk akut penyakit ini biasanya muncul pada anak bebek berumur 1-8 minggu. Infeksi kronis dapat terjadi pada unggas yang lebih tua. Mortalitas yang tinggi telah dilaporkan pada kalkun berumur 6 sampai 15 minggu (15). Infeksi P. anatipestifer juga telah dilaporkan terjadi pada angsa, entok, ayam pegal, puyuh dan ayam. Gejala klinis penyakit ini termasuk leleran nasal dan okular; bersin; diare hijau; tremor pada kepala, leher, dan kaki; ataxia dan koma. Perubahan makroskopis yang umum yaitu perikarditis fibrinous, perihepatitis, airsacculitis, dan meningitis. Pada betina, oviduk terisi eksudat kaseus berwarna kuning keputihan. Infeksi kronis dan terlokalisasi menyebabkan arthritis dan dermatitis. Infeksi sepertinya muncul lewat rute respirastori dan melewati kulit.

Koleksi Sampel

P. anatipestifer dapat diisolasi dengan cepat dari darah jantung, otak, eksudat perikardial, air sac, paru-paru, oviduk, dan hepar. Isolasi seharusnya diambil dari sinus infraorbital dan trakea untuk mendeteksi karier atau infeksi yang tidak terlihat. Spesimen didapatkan dengan menggunakan swab steril pada permukaan dugaan infeksi. Pada infeksi kronis atau terlokalisasi, P. anatipestifer dapat diisolasi dari eksudat. Spesimen ini diusapkan pada lapisan media agar, dimana kemudian diinkubasi pada suhu 37 0C dalam toples berisi lilin selama 24-72 jam. Inkubasi dibawah tekanan CO2 dan kelembaban dalam toples atau inkubator CO2 dibutuhkan untuk isolasi primer. Jika kultur tidak dapat dibuat selama waktu yang ditetapkan, sampel jaringan atau spesimen dapat disimpan pada suhu 4 ­­0C atau dibekukan bila akan dikirimkan atau akan diproses lagi.

Kultur Media dan Substrat

P. anatipestifer dapat tumbuh pada media umum, walaupun begitu pertumbuhan dipercepat menggunakan media diperkaya seperti agar darah, agar coklat, atau Trypticase soya agar mengandung 0.05% ekstrak yeast. Kaldu Tryptose atau kaldu Trypticase soy digunakan untuk kultur kaldu. Penambahan gentamicin (5 mg/1000 ml) untuk memperkaya media padat terbukti dapat membantu isolasi P. anatipestifer dari kulit, sinus, dan spesimen yang terkontaminasi pada media prosesing , walaupun pertumbuhan organisme lain tidak seluruhnya terhambat.

Identifikasi Agen

P. anatipestifer diidentifikasi berdasarkan pertumbuhan, karakteristik morfologis dan biokimia. Setelah tumbuh selama 24 jam pada agar darah atau agar coklat, koloni beukuran 1-2 mm, konvek, transparan dan berkilau. Beberapa strain dapat memproduksi pertumbuhan mukoid pada media padat. Pada agar Trypticase soy , koloni terlihat agak biru dan terlihat berwarna warni jika diterangi sinar. Beberapa strain telah diamati memproduksi koloni pertumbuhan putih gelap yang dapat berubah menjadi abu-kecoklatan setelah 3-5 hari. Pertumbuhan pada kaldu terlihat kaldu yang menjadi keruh.

Kebanyakan strain P. anatipestifer berhenti tumbuh setelah 3-4 hari pada media padat dengan temperatur 37 0C atau suhu ruangan. Pada kaldu P. anatipestifer dapat bertahan selama 2-3 minggu pada temperatur pendingin (refrigerator).

Sel P. anatipestifer merupakan gram negatif, nonmotil, tidak membentuk spora, bentukbatang yang dapat terlihat individu atau berpasangan atau kadang sebagai filamen. Panjang sel 1-5 μm dan lebar 0.1-0.4 μm dan dapat menunjukkan pengecatan bipolar. Sebuah kapsul telah ditunjukkan dengan menggunakan pengecatan metode indirect India-ink.

P. anatipestifer tidak memfermentasi gula (Tabel 1). Bakteri ini mencairkan gelatin dan memproduksi reaksi lemah alkaline pada susu litmus. Beberapa strain memproduksi urease. Tidak ada pertumbuhan pada MacConkey’s agar dan tidak ada hemolisis pada agar darah. P. anatipestifer memproduksi oksdase, katalase, dan fosfatase, tapi tidak indol.

Identifikasi Serologis

Uji serologis tidak dilakukan rutin untuk mendiagnosa infeksi P. anatipestifer. Bagaimanapun, uji ini digunakan untuk mengidentifikasi dan mengetahui serotipe organisme. Bermacam uji serologis yang dilakukan yaitu aglutinasi plat dan tabung, gel-diffusion precipitin (GDP), ELISA, dan flourescent antibody (FA). Respon serologis dari bebek terhadap antigen P. anatipestifer lemah, seperti dibuktikan dengan perkembangan titer aglutinasi yang lambat pada hari ke-10-14 setelah infeksi. Hasil GDP diragukan karena adanya ketidakcocokan pada imunoglobulin bebek, dimana tidak terjadi reaksi presipitasi (16). ELISA, menggunakan cell lysate sebagai antigen, lebih sensitif dibanding aglutinasi plat atau uji GDP dan dapat digunakan untuk deteksi awal infeksi P. anatipestifer (5). Teknik FA dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi sel P. anatipestifer pada jaringan atau eksudat pada burung yang terinfeksi.

Menggunakan uji aglutinasi dan GDP, 12 serotipe P. anatipestifer telah dilaporkan. Antissera untuk melawan bermacam serotipe tersebut dapat dibuat pada ayam atau kelinci. Metode yang digunakan untuk ayam sama seperti yang dilakukan untuk P. multocida (6). Pada kelinci, antisera dapat dibuat untuk melawan sel yang hidup atau terinaktivasi. Antigen dibuat dengan memanen pertumbuhan selama 24-48 jam pada plat agar dalam larutan 0.85% NaCl. Sel dibilas dua kali, diinaktivasi pada suspensi larutan saline mengandung 0.3 % formlain, dan disesuaikan menjadi 0.2 optical density pada 525 nm menggunakan spektrofotometer. Kelinci muda diimunisasi dengan menginokulasi lewat vena marginal telinga dengan jumlah 0.1, 0.2, 0.5, 1.0, 1.5, dan 2.0 ml selama interval 3-4 hari. Kelinci diambil darahnya untuk dibuat serum ketika titer maksimum didapatkan. Titer aglutinasi rendah, biasanya pada kisaran 1:50-1:400.

Uji aglutinasi plat dilakukan dengan mencampur tetesan antiserum undiluted dan 1-2 koloni selama 24 jam pertumbuhan. Aglutinasi selama beberapa detik mengindikasikan reaksi serotipe homolog. Uji aglutinasi tabung dilakukan dengan mencampur jumlah yang sama antara suspensi sel terformalinisasi (disesuaikan menjadi 0.2 optical density pada 525 nm) dengan tiap hasil pengenceran dari serum dan diinkubasi pada suhu 37 0C. Aglutinasi dicatat sete;ah 24 dan 48 jam.

Uji GDP dilakukan menggunakan antigen larut dari suspensi sel P. anatipestifer yang dihangatkan seperti yang dilakukan pada P. multocida.

Diferensiasi dari Agen Lain

Diagnosis ditentukan berdasarkan isolasi dan identifikasi dari organisme penyebab, karrena perubahan gross yang sama dihasilkan juga oleh infeksi P. multocida, E. coli dan streptococcal. Anak bebek terinfeksi salmonella dapat menunjukkan gejala syaraf mirip dengan infeksi P. anatipestifer. Chlamydiosis juga perlu dipertimbangkan sebagai diferensial diagnosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar