Kamis, 14 Januari 2010

COLIBACILLOSIS

Colibacillosis merupakan penyakit pada unggas yang disebabkan oleh bakteri yang memiliki sifat oportunis dan dapat menyerang ayam dari semua kelompok umur. Penyakit ini hanya menimbulkan sakit bila ayam dalam keadaan rentan atau kekebalannnya menurun (Murtidjo, 1992). Colibacillosis sering disebut Berak Kuning, CRD Compleks atau Granuloma Koli. (Rukmana, 2003). Penyakit ini ditandai oleh septisemia, radang kantung udara dan getah radang berfibrin dengan lesi menyerupai tumor. Penyakit biasanya timbul sebagai akibat dari infeksi sekunder karena ayam mangalami cekaman atau infeksi yang lain (Akoso, 1993).

Menurut Tabbu (2000), Colibacillosis dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, meliputi kematian embrio pada telur tetas, infeksi yolk sac, omfalitis, koliseptisemia, air sacculitis, enteritis, infeksi alat reproduksi (ooforitis, salpingitis), koligranuloma, arthritis, dan bursitis sternalis. Pada kondisi lapangan, Colibacillosis lebih dikenal berdasarkan bentuk khusus menonjol pada suatu kasus tertentu, misalnya koliseptisemia, infeksi yolk sac.

Kejadian Penyakit

Berbagai serotipe E.coli dapat menginfeksi sebagian besar mamalia dan unggas. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini paling banyak dilaporkan pada ayam, kalkun dan itik. Kuman E. coli merupakan penghuni normal di dalam saluran pencernaan ayam sehingga adanya bakteri tersebut di dalam air minum merupakan suatu petunjuk tentang pencemaran oleh feses. Pada ayam yang sehat, sekitar 10%-15% dari seluruh E.coli yang ditemukan di dalam usus tergolong serotipe yang patogen. Bagian usus yang terbanyak mengandung kuman tersebut adalah usus halus bagian tengah (jejunum), bagian bawah (ileum) dan sekum. Jenis E. coli yang terdapat di dalam usus tidak selalu sama dengan jenis yang ditemukan pada jaringan lain misalnya pada saluran pernafasan atau kantong jantung pada ayam yang sama. Kuman tersebut ditemukan juga dalam esophagus dan trakea (Tabbu, 2000).

Bakteri E. coli dapat menyebabkan penyakit primer pada ayam, tetapi dapat juga bersifat sekunder mengikuti penyakit lainnya yaitu Gumboro, CRD, Snot, SHS, ILT dan Koksidiosis. Faktor pendukung timbulnya Colibacillosis, meliputi sanitasi/desinfeksi yang suboptimal, sumber air minum yang tercemar bakteri, sistem perkandangan dan peralatan kandang yang kurang memadai, dan adanya berbagai penyakit yang bersifat imunosupresif. (Akoso, 1993 dan Tabbu, 2000).

Penyebab

Penyebab utama penyakit Colibacillosis adalah bakteri Escherichia coli galur patogen. Eksotoksin yang dihasilkan oleh beberapa strain mengakibatkan hipersekresi air dan khlorida ke dalam lumen usus, menghambat penyerapan kembali Natrium, dan akibatnya usus menjadi teregang, pergerakan berlebihan (Murtidjo, 1992). Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif yang tidak tahan asam, tercat uniform, berbentuk batang, tidak membentuk spora, motil, mempunyai flagela dan berukuran 2-3 x 0,6µm. Escherichia coli disebut juga pathogen oportunis karena penyakit yang ditimbulkanya biasanya bersifat sekunder mengikuti stress atau penyakit lain. Bakteri ini dapat tumbuh pada berbagai media yang lazim digunakan untuk mengisolasi bakteri dan membutuhkan temperatur 18oC-44oC atau lebih rendah (Retno, dkk., 1998 dan Tabbu, 2000).

Bakteri E. coli yang bersifat patogen mempunyai struktur dinding sel yang disebut pili, yang tidak ditemukan pada serotype yang tidak patogen. Faktor virulensi dipengaruhi oleh ketahanan terhadap fagositosis, kemampuan perlekatan dengan epithel saluran nafas dan ketahanan terhadap daya bunuh antibodi tubuh. Serotype yang banyak menyebabkan penyakit pada unggas adalah 01, 02, 035 dan 078 (Tabbu, 2000). Escherichia coli mempunyai struktur antigenik O, K dan H. Bakteri ini banyak sekali terdapat di usus bagian belakang dan keluar dari tubuh bersama-sama tinja dalam jumlah besar. Di dalam tinja bakteri tahan sampai beberapa minggu, tetapi tidak tahan kekeringan dan desinfektan (antisep, neoantisep, medisep, formades atau sporades) (Retno, dkk., 1998).

Penularan

Bakteri E. coli dapat ditemukan di dalam litter, kotoran ayam, debu atau kotoran lain disekitar kandang, pakan dan minuman/sumber air seperti sumur. Bakteri dapat bertahan lama dalam kandang, terutama dalam keadaan kering. E.coli dapat juga ditemukan di dalam feses rodensia, hewan/burung liar, manusia dan insekta. Penularan dapat terjadi secara vertikal (kontak langsung antara ayam yang sakit dengan ayam yang sensitif) dan horizontal (secara tidak langsung melalui kontak antara ayam yang sensitif dengan bahan yang tercemar oleh leleran tubuh atau feses ayam yang menderita Colibasillosis). Penularan secara oral melalui pakan dan minuman, secara per inhalasi melalui debu/udara yang mengandung bakteri E.coli (Retno, dkk., 1998 dan Tabbu, 2000).

Infeksi dapat terjadi pada unggas segala umur, hewan muda lebih rentan dibandingkan dengan ayam yang lebih tua. Penyakit ini sering dijumpai pada kelompok ayam yang dipelihara di lingkungan yang kurang bersih (Akoso, 1993). Penularan E. coli terjadi melalui telur tetas dan dapat menyebabkan kematian dini yang tinggi pada anak ayam. Sumber penularan terpenting pada telur adalah feses yang mengandung E. coli, yang menyebabkan pencemaran pada permukaan telur dan akhirnya kuman tersebut akan menembus kerabang dan selaput telur. Pencemaran pada telur dengan E. coli dapat terjadi melalui ovarium ataupun oviduk yang terinfeksi oleh kuman tersebut (Tabbu, 2000)

.

Gejala Klinis

Gejala klinis pada ayam yang terserang umumnya nampak ringan seperti kotoran ayam encer dan berwarna kuning. Gangguan produksi dan pertumbuhan ayam hampir tidak terlihat. Tetapi penyakit ini akan berbahaya, bila ada infeksi sekunder (Murtidjo, 1992). Ayam menjadi kurus, bulu disekitar pantat kusam, nafsu makan menurun, murung, diare dan bulunya kotor. Kematian ayam terbanyak biasanya terjadi pada anak ayam berumur 5 hari (Akoso, 1993 dan Rukmana, 2003).

Menurut Tabbu (2000), secara khusus gejala klinis dan perubahan patologik sesuai dengan bentuk Colibasillosis yaitu sebagai berikut :

Kematian embrio, infeksi yolk sac dan omfalitis. Gejala klinisnya adalah anak ayam terlihat lesu, lemah, perut membesar, tubuh terasa empuk, cenderung didekat pemanas dan berkhir dengan kematian. Gejala lain anoreksia, bulu berdiri, kadang disertai diare. Perubahan patologi makroskopisnya yaitu kandungan yolk sac menjadi lebih encer, belum terserap, ukuran lebih besar dari normal dan berwarna kuning coklat atau seperti keju dan berbau busuk. Terjadi kongesti pada karkas dan subcutan. Perubahan mikroskopisnya yaitu dinding yolksac terlihat edematus, adanya zona jaringan ikat dibagian luar, diikuti lapisan sel radang (heterofil dan makrofag). Umbilikus terdapat zona necrosis, kongesti pembuluh darah dan edema. Juga terjadi perubahan pada hati dan usus.

Koliseptisemia. Gejala klinisnya adalah penurunan nafsu makan yang diikuti kelesuan dan bulu berdiri. Peningkatan frekuensi nafas dan bernafas dengan mulut kadang ngorok. Pertumbuhan/berat badan tidak merata dan penurunan produksi. Perubahan patologi makroskopisnya yaitu organ ginjal membesar dan berwarna merah hitam, kantung empedu juga membesar, jantung kongesti terasa empuk, diruang pericardium terdapat cairan kekuningan. Ditemukan pula keadaan arsacculitis, perihepatitis fibrinosa, pericarditis dan peritonitis. Perubahan mikroskopis nya adalah lesi pada ginjal dalam bentuk kongesti pembuluh darah dan infiltrasi heterofil, juga terjadi pada organ hati. Pada kasus yang melanjut akan dijumpai adanya daerah necrosis disertai infiltrasi heterofil, limfosit, makrofag dan pembentukan giant sel. Terlihat juga adanya proliferasi fibroblast dan kumpulan hancuran heterofil bercampur eksudat kaseos, pembentukan folikel limfoid dan hiperplasia epitel.

Airsacculitis (radang kantung udara). Kerusakan juga terjadi pada jaringan/organ pernafasan dan biasanya juga diikuti dengan perihepatitis dan perikarditis.

Enteritis. Dapat ditemukan bentuk enteritis kataralis di tandai isi usus encer, kekuningan dan bercampur busa. Perubahan patologi makroskopisnya adalah mukosa usus kongesti dan kadang terjadi deskuamasi akibat endotoksin oleh E.coli. Perubahan mikroskopisnya yaituA adanya infiltrasi sel radang dan runtuhan sel epihel usus.

Ooforitis dan salpingitis. Yaitu radang ovarium dan radang oviduk, banyak ditemukan pada ayam petelur pada masa produksi. Perubahan patologi makroskopisnya yaitu ova tidak teratur, warna pucat kekuningan, kadang seluruh ovarium berubah menjadi material seperti keju dan berbau tidak sedap. Ovarium mengalami obstruksi oleh masa mengkeju. Diikuti peritonitis bersifat diffus. Perubahan mikroskopisnya yaitu terjadi reaksi jaringan ringan pada oviduk, infilrasi sel heterofil, beberapa sel limfosit dan sel plasma didaerah mukosa. Biasanya juga ditemukan kerusakan pada hati dan ginjal.

Koligranuloma (Hijjare’s disease). Jarang ditemukan bentuk ini, yaitu adanya granuloma keras berwarna kekuningan pada hepar, duodenum, mesenterium dan secum.organ membesar, keras dan belang.

Artritis (radang sendi). Radang meliputi adanya lesi pada membrana sinovial, merupakan lanjutan dari koliseptisemia. Perubahan patologi makroskopisnya yaitu radang yang terkena akan membengakak, bila dibuka akan ditemukan cairan bening atau mengkeju.

Panoptalmitis (radang mata). Lanjutan dari koliseptisemia, tersifat oleh adanya hipopion atau pernanahan pada mata.

Bursitis sternal. Radang bursa sternalis, sternum tertutup cairan mukus kental kadang mukopurulent.


Berbagai sindroma dari E. coli yang terisolasi meliputi:

1. airsacculitis

Air sac menebal dan pada beberapa kasus, terdapat eksudat kaseosa. Biasanya terdapat perikarditis adesif dan perihepatitis fibrinosa.

2. omfalitis

E. coli selalu terisolasi dalam biak murni dari tetasan burung yang mengalami depresi, septisemia, kematian tidak tetap. Tali pusar membengkak, meradang dan unggas demam.

3. koliform septisemia pada itik

Pada koliform septisemia biasanya basah, granula hingga eksudat koagulase dari berbagai pengembungan berada di abdomen dan thorak serta permukaan air sac. Lien dan hati membengkak dan hitam gelap dengan empedu mewarnai hati.

4. akut septisemia

Akut septisemi disebabkan oleh E. coli yang menyerupai fowl typhoid dan fowl cholera. Terjadi kematian tiba-tiba, mortalitas dan morbiditas tidak tetap. Organ parenkim membengkak dengan kongesti pada muskulus pektoral. Hati berwarna hijau dan bisa terdapat foki nekrotik kecil.

5. enteritis

Terjadi diare. Pada nekropsi terdapat enteritis, selalu bersama dengan mukus.

6. salpingitis

Lesi ini terdapat bersamaan dengan masuknya bakteri koliform dari vagina pada ayam layer. Unggas terinfeksi biasanya mati selama enam bulan pertama setelah infeksi dan tidak pernah bertelur.

7. koligranuloma (Hjarre’s disease)

Nodul (granuloma) terdapat sepanjang saluran pencernaan, usus dan hati. Lesi menyerupai tuberkulosis.

8. sinovitis dan artritis

Unggas yang terinfeksi pincang atau ambruk

.

9. panolphthalmitis

Unggas mengalami hypopyon, biasanya satu matanya buta.

10.perikarditis

Sebagian besar serotipe E. coli setelah septisemia, menyebabkan perikarditis

(Whiteman dkk, 1989)

Kolibasilosis dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Perubahan makroskopik dan mikroskopik berbagai sindroma dari E. coli yang terisolasi adalah :

1. Omfalitis

Perubahan yang mencolok adalah yolk sac belum terserap, ukurannya lebih besar dari normal dengan isi, viskositas dan warna yang abnormal. Isi yolk sac yang semula kental dan berwarna kuning kehijauan menjadi encer, hijau kecoklatan, dan berbau tidak sedap, dapat pula menjadi lebih kental menyerupai keju. Secara mikroskopik, dinding yolk sac akan terlihat edematus disertai oleh penebalan akibat adanya zona jaringan ikat di bagian luar, diikuti berturut-turut oleh lapisan sel radang yang terdiri atas heterofil dan makrofag, kumpulan giant cells, zona heterofil yang mengalami nekrosis bercampur gumpalan bakteri dan di bagian dalam akan terlihat isi yolk sac. Pada sejumlah kasus dapat juga ditemukan adanya beberapa sel plasma di dalam yolk sac.

2. Koliseptisemia

Pada kolibasilosis bentuk koliseptisemia ditemukan perihepatitis fibrinosa yang ditandai oleh permukaan hati yang tertutup oleh suatu selaput berfibrin berwarna kelabu. Perikarditis fibrinosa ditandai dengan perikardium yang menebal, berwarna kelabu dan melekat pada dinding jantung. Ginjal akan membesar dan berwarna kehitaman akibat fungsinya menyaring toksin yang dihasilkan E. coli. Air sac yang terinfeksi akan terlihat menebal dan kadang-kadang terdapat eksudat kaseus pada permukaan. Secara mikroskopik akan terlihat penebalan kapsula Glissoni hepar akibat infiltrasi heterofil, limfosit dan proliferasi fibroblas dan adanya daerah nekrosis multifokal, yang disertai oeleh infiltrasi heterofil dan limfosit. pericarditis terjadi megikuti septikemia dan biasanya diikuti dengan myocarditis. Pada awal infeksi akan terlihat adanya heterofil pada epikardium, pada kondisi melanjut akan tampak makrofag. Pada bagian myocardium yang berbatasan dengan epikardium akan terlihat akumulasi limfosit.

3. Airsacculitis

Infeksi pada air sac biasanya diikuti perikarditis dan perihepatitis. Air sac menebal dan sering terdapat eksudat kaseus. Secara mikroskopik, lesi mengandung edema dan infiltrasi heterofil. Terdapat banyak proliferasi fibroplastik dan akumulasi sejumlah besar heterofil nekrotik di dalam eksudat kaseus.

4. Salpingitis

Ditandai dengan bentuk ova yang tidak teratur, ova berwarna kekuningan dan kerapkali ditemukan adanya folikel yang berubah menjadi cyst atau ruptur. Oviduk dapat mengalami obstruksi oleh adanya material yang mengkeju ataupun bagian dari telur yang pecah. Secara mikroskopik, reaksi jaringan dalam oviduk ringan dan sebagian besar akumulasi heterofil di bawah epithelium.

5. Sinovitis dan arthritis

Persendian yang terkena akan membengkak dan jika dibuka dapat ditemukan cairan bening atau mengkeju didalam persendian tersebut.

6. Koligranuloma

Terdapat nodul (granuloma) sepanjang usus dan hepar. Secara mikroskopik terdapat nekrosis koagulasi pada hepar, dengan infiltrasi heterofil dan giant cell pada tepi daerah nekrosis.

7. Enteritis

Isi usus terlihat encer, kekuningan dan bercampur busa. Mukosa usus mengalami kongesti dan kadang-kadang mengalami deskuamasi.

Diagnosa

Diagnosa secara pasti dilakukan di laboratorium dengan isolasi dan identifikasi bakteri penyebab penyakit yang didukung oleh perubahan jaringan yang menciri. Untuk keperluan pemeriksaan laboratoris, jaringan yang mengalami perubahan terutama usus, hati dan paru dikirimkan dalam keadaan segar dingin dan setengahnya dikirim dalam formalin 10%. Beberapa serotipe dari basil Escherichia coli dapat selalu bersifat patogen. Diagnosa juga didasarkan pada gejala klinis yang tampak (Akoso, 1993 dan Tabbu, 2000).

Diagnosa Banding

Colibacillosis dapat dikelirukan dengan penyakit sepsis akut yang lain seperti Salmonellosis, Pasteurellosis dan Streptococcosis (Retno, dkk., 1998).

Pengendalian

Pengendalian yang efektif terhadap penyakit Colibacillosis adalah mengusahakan agar jumlah ayam dalam 1 kandang tidak terlalu padat, pengaturan ventilasi dan temperatur yang baik serta perbaikan sanitasi kandang (Murtidjo, 1992). Bisa juga diberi ronaxan dosis 1 –2 gr/L air minum atau mycomas dosis 0,5 ml/L air minum selama 3-5 hari berturut-turut (Rukmana, 2003).

Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memberikan obat-obatan yang memiliki daya serap usus tinggi. Misalnya diberi Coccilin water soluble powder sebanyak 1 gr yang dicampur dalam 1 liter air minum, diberikan selama 5 hari berturut-turut (Murtidjo, 1992). Menurut Retno, dkk. (1998), pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan (1). Melakukan sanitasi kandang dan peralatan (dengan antisep, formades atau sporades), mencegah tamu, hewan liar dan hewan peliharaan lain masuk ke lingkungan kandang. Desinfeksi tempat minum dilakukan 4 hari sekali, mengatur jadwal desinfeksi dan vaksinasi. (2). Usaha peternakan dikelola dengan baik agar nyaman, jumlah ayam tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan diusahakan agar amonia kurang di dalam kandang. (3). Sanitasi tempat minum 2 kali sehari. Rendam tempat minum yang telah dicuci dalam medisep 25 ml tiap 10 L selama 30 menit, setiap 4 hari sekali. (4). Cegah litter menjadi sangat kering dan berdebu dengan tidak memasang liter terlalu tebal (ketebalan litter cukup 7-12 cm). (5) ayam yang terserang penyakit saluran pernafasan segera diobati supaya cepat sembuh.

Pengobatan

Pada infeksi ringan dapat dilakukan pengobatan dengan antibiotik. Pada infeksi yang berat biasanya pengobatan kurang memberikan hasil maksimal. Ayam yang menunjukan gejala penyakit lebih baik secepatnya diisolasi dari kelompoknya (Tabbu, 2000). Pengobatan dimulai dari perbaikan sanitasi lingkungan, pakan dan air. Dokter hewan akan menetapkan penggunaan nitrofurans bila terjadi septisemia atau menggunakan neomisin bila terjadi diare dan radang usus (Akoso, 1993). Ayam yang menderita diobati Coccilin capsul. Untuk ayam usia 1-5 minggu diberi 1/3 capsul, sedangkan usia lebih dari 10 minggu diberi 1 capsul. Pemberian obat dilakukan 4 hari berturut-turut (Murtidjo, 1992). Obat lain yang digunakan adalah coliquin, dextrin, koleridin, tetra-chlor, medoxy, sulfamix, trimezyn, neo meditril, doctril atau respiratrex (pilih salah satu dan berikan sesuai aturan pakai). Berikan vita stress 4-5 hari setelah pengobatan selesai, untuk membantu proses persembuhan penyakit (Retno, dkk., 1998).

1 komentar: