Ø KELINCI (Oryctolagus cuniculus)
Kelinci (Oryctolagus cuniculus) merupakan hewan percobaan yang dapat hidup dalam lingkungan yang bervariasi (di padang pasir, daerah tropis, daerah subtropis), namun kelinci berkembang paling baik pada iklim sedang. Kelinci berasal dari Eropa dan sekarang kelinci liar dapat ditemukan di Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Kelinci liar tinggal di dalam lubang-lubang tanah dan sekarang terdapat kurang lebih 92 bangsa dan galur kelinci.
Bangsa kelinci yang sering dijadikan hewan coba adalah Nee Zealand White ( BB kurang lebih 3 kg), California, Lops, dan Dutch Belted (BB kurang dari 2 kg).
Kelinci termasuk hewan herbivora adaptif dan mempunyai sistema digesti khusus yang ditandai dengan terbentuknya sekum yang panjang (sacculus rotundus) yang berisi jaringan limphatik. Kelinci memiliki tingkah laku yang khas yang disebut coprophagy (pseuderuminasi/caecophagy), yaitu memakan tinjanya sendiri. Tinja yang dimakan adalah tinja yang dikeluarkan pada malam hari.Karakteristik tinja kelinci yang dikeluarkan pada siang hari berupa butir tinja yang keras dan kering, sedangkan tinja yang dikeluarkan pada malam hari konsistensinya lembek dan berlendir. Tingkah laku ini penting sebagai pemanfaattn protein dan seray tumbuhan. Tinja banyak mengandung vitamin-vitamin, diantaranya vit.K, niasin, riboflavin, asam pentolenat, sianokobalamin (B12). Komposisi protein kasar pada tinja malam hari mencapai 39,7%, sedang pada tinja siang hari hanya 20,3%.
· Komposisi tinja kelnci :
| Lunak (pagi) | Keras (siang) |
Masa Kering | 55,3 % | 82,5% |
Abu | 7,7% | 6,2% |
Lemak | 1,3% | 1,4% |
Protein kasar | 39,7% | 20,3% |
Serat Kasar | 26,4% | 47,4% |
Ekstr. N bebas | 24,9% | 24,7% |
(Diah Kusumawati)
· Data Biologis Kelinci
Lama hidup : 5 – 10 tahun, bisa sampai 12 tahun
Lama produksi ekonomis : 1 – 3 tahun
Lama bunting : 30 – 35 hari, rata – rata 31 – 32 hari
Kawin sesudah beranak : segera setelah beranak atau setelah 4 – 6 minggu, biasanya setelah anak disapih
Umur disapih : 6 – 8 minggu
Umur dewasa : 4 – 10 bulan
Umur dikawinkan : segera setelah timbul periode estrus
Siklus kelamin : poliestrus
Siklus estrus : kira – kira 15 – 20 hari
Perkawinan : pada waktu estrus
Ovulasi : akibat perkawinan yang terjadi 9 – 13 jam sesudah kawin. Kalau perkawinan steril, bunting palsu terjadi selama 14 – 16 hari
Fertilisasi : 1 – 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa : 1,5 – 7,0 kg jantan; 1,4 – 6,5 kg betina
Berat lahir : 30 – 70 gr
Jumlah anak : rata – rata 4, bisa 10
Puting susu : 10 puting, 3 psg di dada, 2 psg di perut
Perkawinan kelompok : 10 – 15 betina dengan 1 jantan
Kromosom : 2n = 44
Aktivitas : krepuskuler (senja dan subuh)
2 0 0 3
Gigi : 2 ( I – C – P – M ) gigi seri tumbuh terus
1 0 2 3
(Soesanto, 1988)
Akibat dari aktivitas coprophagy kelinci sebagai hewan laboratorium, adalah kelinci tidak dapat digunakan sebagai hewan laboratorium untuk percobaan SPF (Spesifik Pathogan Free) karena tidak mempunyai germ free. Masa produksi kelinci berkisar antara 1-4 tahun, karena setelah umur 4 tahun terjadi penurunan kemampuan dan fertilitas. Pada hewan jantan setelah umur 4 tahun produksi sperma berkurang sedang pada hewan betina sering mengalami tumor uterus.
Fungsi kelinci sebagai hewan laboratorium:
- Study produksi ; karena ovulasi tidak spontan, tidak ada anestrus, dan sperma mudah dikeluarkan
- Study embriologi ; mencakup fertilitas, segmentasi, implantasi, dan in vitro
- Study bedah jantung (arteriosklerosis, hipertensi)
- Study penyakit infeksius (virologi, bakteriologi, dan mikologi)
- Mudah dalam pengambilan darah
- Relatif jinak
- Mudah diperiksa
Cara identifikasi kelinci:
- warna bulu; diberi zat warna; asam pikrat
- tato kulit
- sapit lipat (diberi nomor untuk identifikasi)
- ear tag (tidak dianjurkan)
· Berat Badan Kelinci : ♀ > ♂
· Masa hidup : ± 15 tahun
· Sebagai hewan laboratorium sebaiknya digunakan <>
alasannya : > 4 tahun terjadi penurunann fertilitas dan produktifitas
♂ : pada umur > 4 tahun (6-7 tahun) ∑ sperma berkurang ± 10 milion/ml.♀ : pada umur > 4 tahun sering menngalami tumor uterus (adenokarsinoma)
· Masa pregnan/pseudo-pregnan
- ada aktivitas membuat sarang
- perlu disediakan bahan-bahan sarang karena apabila kualitas sarang jelek dan waktu menyediakan sarang telat akan timbul kanibal (memakan anaknya sendiri)
- perlu kandang individual
· Masa menyusui : agresif
· Aktivitas: Diurnal
· Kurang protektif, penakut, mudah terkejut.
· Penyakit pada kelinci :
1. Koksidiosis
Penyebab : 1. Bentuk hati : Eimeria stiedae
2. Bentuk usus : E. magna, E. media, E. irresidua
Gejala : hewan yang sudah sembuh menjadi karier, kelinci muda lebih sering dari dewasa, diare, nafsu makan turun, buku kasar, kurus, perut buncit
Diagnosis : pemeriksaan feses → identifikasi osista dan pemeriksaan pasca mati (E. stidae), terdapat bintik – bintik putih atau terdapat sista di hati mula-mula lesi mempunyai bentuk/batas yang jelas → pada keadaan kronis lesi bergabung satu sama lain
Pengendalian : hewan sakit dipisahkan, sulfakuinnoksalin 0.05% dalam air minum, 30 hari dan bentuk usus = sulfakuinoksalin 0.03% dalam makanan. Nitrofurasan : dosis pencegahan 0.5 – 1 g/kg (bentuk usus) Eimeria spp tidak bersifat zoonosis
2. Pasteurollosis (Haemorrhagic Septicaemia)
Penyebab : Pasteurella multocida
Penularan : sangat menular, menyebar secara langsung atau tidak langsung, bisa menimbulkan kekebalan ringan setelah infeksi → hewan menjadi karier penyakit yaitu hewan tampak sehat, tapi sebagai sumber infeksi dalam koloni kelinci dan bersifat kronik
Gejala : keluar eksudat encer atau nanah dari hidung dan mata, bulu kaki (terutama sekeliling kuku) kusut dan terdapat eksudat kering. Bersin dan batuk serta menimbulkan kematian → bila sembuh menjadi karier, dalam bentuk akut → mati mendadak
Diagnosis : Isolasi dan identifikasi organisme (P. multocida) dari paru
Pemeriksaan pasca mati : radang akut sampai kronik pada selaput lendir sistem pernafasan dan paru–paru. Rinitis, sinusitis, otitis, meningitis, bronkopneumoni, abses pada organ – organ tubuh. Akut → septicemia → kematian : kongesti pembuluh darah sistem pernafasan, radang trakea, limfe membesar, perdarahan dibawah kulit
Pengendalian : jarang berhasil → hewan dibinasakan atau semua kandang dan peralatan di sterilkan
Pasteurellosis bersifat zoonosis
3. Tyzzer
Penyebab : Bacillus piliformis
Diagnosis : ditemukan B. piliformis di daerah nekrosis hati, jantung, coecum
Gejala : diare profu, dehidrasi cepat, mortalitas tinggi dan cepat (90%), kematian 12 – 48 jam setelah terlihat diare
Pemeriksaan pasca mati : nekrosis mukosa ileum (distal), coecum colon (proximal), hemoragi coecum, nekrosis hati dan jantung
Penularan : kelinci sakit dapat bersifat Carrier/subklinis, organisme masuk dari feses dan infeksi terjadi bila kelinci lain menelan spora
Pengendalian : menejemen baik, kurangi stres saat menyusui, kontrol temperatur, kurangi over crowding dalam kandang, sanitasi yang baik
4. Mucoid Enteropathy (ME) = Rabbit Diarrhea Complex
Penyebab : Tidak jelas, multifaktor dan komplek
Gejala : biasa terjadi pada kelinci muda umur 7 – 10 minggu, terlihat gejala – gajala enteritic (diare profuse dan cair, konstipasi, bloat atau timbunan gas dan cairan dalam usus), mucoid enteritis, mucoid diare, hypoamylasemia
Pemeriksaan pasca mati : coecum isi kering dan gas, lambung dan usus berisi gas dan cairan, colon (usus besar) → lendir
Pengobatan : tidak ada yang efektif, antibiotika (hanya untuk atasi infeksi sekunder)
5. Enterotoxicemia
Etiologi : Clostridium perfringens tipe E
Gejala : diare akut
6. Trepanomatosis
Etiologi : Treponema cuniculi
Gejala : Eksudat melapisi kulit&membran mukosa, lesi pada vulva, dekat anus, hidung, mata, dan bibir
Pengobatan : penicilin 6 procaine
7. Parasit luar
a. Sarcoptes scabei & Notoedres cati
b. Psoroptes cuniculi (di telinga)
c. Haemodipsus ventricosus
(Soesanto, 1988)
Pengambilan Darah Pada Kelinci
Lokasi : - Vena leteralis
- Intracardia
- Vena jugularis
Anastesi yang diberikan:
- Pentobarbitol 3% : lama kerja 10-20 menit
- Pentotal 5-10 mg/kg BB
Euthanasi :
- dislokasi cervicalis
- anastesi berlebih ( pentotal 60 mg/kg BB secara intravena )
- decapitasi
- emboli udara
Ø Metode :
1. Handling dan Restrain
Handling
· Kelinci muda : dengan memegang pinggang dengan 2 tangan
· Kelinci dewasa :
Kelinci dipegang dibagian kuduk dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan, angkat secara perlahan
↓
Sangga badan dengan tangan kiri, dengan arah kaki menjauh dari pinggang
2. Penimbangan (Berat Badan)
Handling
↓
Taruh kelinci diatas timbangan
↓
Berbeda dengan mencit dan tikus, kelinci lebih bersikap tenang hingga tidak perlu dimasukkan ke dalam selongsong.
3. Sexing
Dengan melihat jarak antara anus dengan papilla genitalis dan scrotum
♀ : Jarak antara anus dengan papilla genitalis dekat, bentukan lubang Y
♂ : Jarak antara anus dengan papilla genitalis jauh & terdapat scrotum, terdapat bentukan vertikal
· Prosedur :
Handling
↓
Lihat jarak anus dengan papila genitalis dan alat kelaminnya
4. Perlakuan dan Penyuntikan
· Perlakuan Oral (P.O) :
Spet diisi dengan bahan perlakuan (Larutan glukosa)
↓
Kelinci dipegang yang benar (handling)
↓
Ujung kanul dimasukkan sampai rongga tekak
↓
Bahan perlakuan disuntikkan perlahan
↓
Bahan perlakuan dapat juga disemprotkan antara gigi dan pipi bagian dalam, biarkan kelinci menelan sendiri
· Prosedur Penyuntikan :
a. Sub Cutan (S.C)
Pada kulit longgar di bagian punggung
Kelinci dipegang yang benar (handling)
↓
Spet diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)
↓
Pada kulit longgar di bagian punggung sedikit dicubit
↓
Olesi bagian tersebut dengan Alkohol 70%
↓
Bahan perlakuan disuntikkan perlahan pada kulit longgar di bagian punggung tersebut
b. Intra Muscular (I.M)
Pada musculus yang tebal (M. Bicep Femoris)
Kelinci dipegang yang benar (handling)
↓
Spet diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)
↓
Sebelumnya olesi bagian yang akan disuntik dengan Alkohol 70%
↓
Tusukkan jarum tegak lurus pada tengah – tengah paha (M.Bicep Femoris)
↓
Bahan perlakuan disuntikkan perlahan
c. Intra Peritonial (I.P)
Disamping garis tengah diantara dua puting susu paling belakang atau di umbilikalis kanan/kiri
Kelinci dipegang yang benar (handling)
↓
Spet diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)
↓
Sebelumnya olesi bagian yang akan disuntik dengan Alkohol 70%
↓
Tusukkan jarum tegak lurus pada umbilikalis kanan/kiri sampai masuk rongga peritonial
↓
Bahan perlakuan disuntikkan perlahan
5. Pengambilan Darah
a. Arteri Centralis/Vena Marginalis (v./a. telinga)
Bulu dibersihkan, dicukur
↓
Ambil darah dengan spuit (jarum ukuran 23-25)
↓
Melalui sayatan 2-3 mm pada v. Lateralis
↓
Dari a. Centralis → dapat diambil darah 30-50 ml
(dengan jarum ukuran 21)
b. Intra Cardiaca (I.C)
Pengambilan darah pada Jantung dengan Anastesi terlebih dahulu
↓
Kelinci dipegang yang benar (handling)
↓
Kelinci dianastesi
↓
Setelah kelinci lemas kemudian raba dadanya untuk menemukan denyut jantung atau tepat didaerah costae ke 3 – 4
↓
Tusukkan jarum secara tegak lurus
↓
Setelah jarum terlihat berdetak (goyang – goyang), ambil darah
↓
Darah ditampung
c. V. Jugularis, V. Cephalica, V. Tarsalis (Jarang dilakukan pada kelinci)
6. Anastesi
· Suntik
- Preanestesi : Atropin 1-3 mg/kg IM/SC → 30 menit sebelum anestesi
- Pentobarbital 3%, lama : 10 – 20 menit
- Pentotal 1.25 %, lama : 10 – 290 menit
- Diazepam (valium) 5 – 10 mg/kg , IM, IP → 2-6 jam
· Inhalasi
Kapas dibasahi dengan chloroform
↓
Masukan kapas kedalam corong
↓
Masukan kepala kelinci kedalam corong
↓
Tunggu beberapa saat
7. Euthanasi
· Anastetika dosis lebih
· Chloroform
Prosedur :
Kapas dibasahi dengan chloroform
↓
Masukan kapas kedalam corong
↓
Masukan kepala kelinci kedalam corong
↓
Tunggu beberapa saat
· Dislokasi cervical
Prosedur :
Leher kearah cranial digenggam dengan tangan
↓
Leher kearah caudal digenggam dengan tangan yang lain
↓
Tarik secara bersamaan, leher hingga kepala ke arah cranial dan leher hingga ekor kearah caudal
· Dekapitasi
· Emboli Jantung
Prosedur :
Mengisi spet dengan CO2 atau udara
↓
Tusukkan tepat ke Jantung
↓
Suntikkan udara (CO2) tersebut
8. Nekropsi
Kelinci direbahkan dorsal
↓
Ekstremitas difiksasi dengan jarum
↓
Ruang peritoneum dibuka dengan incisi pada abdomen
↓
Ruang dada dibuka dengan memotong tulang rusuk pada bagian sternum
↓
Lakukan pengamatan
↓
Organ diambil
↓
Masukkan ke dalam Formalin
1. Handling dan Restrain
Handling
· Dengan memegang kulit di daerah kuduk dengan tangan kanan kemudian badan disangga dengan tangan kiri, arah kaki menjauh dari pinggang :
- bisa dilakukan : sexing, pengamatan kelenjar susu dan alat genital
- gunakan alas kelinci dengan kain lap, kelinci tidak suka licin dan agar kelinci tenang/tidak berontak → diselimuti dengan handuk
- bisa dilakukan pengambilan darah pada kelinci
2. Penimbangan (Berat Badan)
Bertujuan untuk menentukan dosis obat dan pemberian pakan
BB Kelinci = 690 gram (Belum Dewasa)
BB Kelinci Dewasa = 1500 – 7000 gram
Berbeda dengan mencit dan tikus, kelinci lebih bersikap tenang hingga tidak perlu dimasukkan ke dalam selongsong. Cukup letakkan kelinci diatas timbangan saja. Dan hasilnya membuktikan kelinci memang betul – betul tenang saat dilakukan penimbangan.
3. Sexing
· Jenis Kelamin Kelinci = Jantan
· Kelinci jantan maka jarak antara anus dengan papilla genitalis terlihat jauh dan terdapat bentukan vertikal
4. Perlakuan dan Penyuntikan
· P.O
Menggunakkan kanul bengkok yang berisi larutan glukosa kemudian kelinci dipegang yang benar (handling) lalu ujung kanul dimasukkan sampai rongga tekak dan bahan perlakuan disuntikkan perlahan
· S.C
Menggunakan spet kecil (tubercullin) berisi cairan giemza pada daerah punggung. Menggunakan cairan giemza karena cairan tersebut apabila disuntikkan tidak memberikan efek yang negatif pada organ yang disuntikkan atau tidak bersifat merusak dan berfungsi sebagai pewarna (biru), sebelum disuntikkan diolesi alkohol 70% terlebih dahulu
· I.M
Menggunakan spet kecil (tubercullin) berisi cairan giemza pada M. Bicep Femoris (Paha belakang) dapat juga pada M. Gluteus. Sebelum disuntikkan diolesi alkohol 70% terlebih dahulu
· IP
Menggunakan spet kecil (tuberculin) berisi cairan giemza pada daerah umbilikalis kanan dan kiri (bergantian). Sebelum disuntikkan diolesi alkohol 70% terlebih dahulu
5. Pengambilan Darah
· a. auricularis (di tengah), v. marginalis (di tepi)
Tidak berhasil dilakukan. Arteri pada tengah – tengah telinga diolesi alkohol, kemudian arteri ditekan dengan tujuan untuk membendung aliran darah dan sedikit disentil. Setelah arteri terlihat membesar, jarum dimasukkan dalam arteri kemudian darah ditarik masuk ke dalam spet
· Jantung (I.C)
Berhasil dilakukan dengan sebelumnya dianastesi terlebih dahulu
6. Anastesi
· Inhalasi
Menggunakan Chloroform yang diteteskan pada kapas dan dimasukkan dalam corong kemudian dihirupkan pada kelinci hingga lemas
7. Euthanasi
· Menggunakan chloroform
· Emboli Jantung
Mula – mula berulang kali menyuntikan udara (CO2 ) ke dalam jantung.
8. Nekropsi
· Anatomi kasar
Setelah di nekropsi, terlihat organ tampak normal, kecuali pada hepar. Pada hepar terdapat lesi berwarna putih. Kemungkinan kelinci menderita suatu penyakit.
Mas Yudhie, postinganya bermanfaat banget. Thanks.
BalasHapussemoga bemanfaat..............
BalasHapus