Marek’s disease (MD) merupakan suatu penyakit limfoproliferatif pada ayam yang sangat mudah menular dan tersifat oleh adanya pembengkakan atau tumor pada berbagai saraf perifer dan pembentukan tumor limfoid pada berbagai organ visceral, kulit dan otot. Hospes alami yang penting untuk MD adalah ayam; di samping itu, MD dapat juga ditemukan pada kalkun dan burung puyuh. Berbagai spesies unggas misalnya burung merak, burung dara, itik, angsa, burung kenari, burung hantu juga diperkirakan dapat terserang oleh MDV sehubungan dengan adanya lesi makroskopik maupun mikroskopik yang menciri (Tabbu, 2000).
Etiologi
Marek’s disease disebabkan oleh Herpesvirus grup B yang bersifat highly cell-associated (sangat tergantung pada sel) pada semua jaringan kecuali pada epitel folikel bulu. Virus MD dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung. Virus MD tidak ditularkan melalui telur dari induk kepada anak ayam. Umur pada saat ayam terinfeksi oleh MDV bervariasi tergantung pada manajemen peternakan. Jika ada unggas yang terinfeksi MDV maka infeksi akan ditemukan selama unggas tersebut hidup dan akan mencemari lingkungan dengan virus tersebut.
Virus MD dapat digolongkan menjadi 3 serotipe, yaitu serotipe 1 meliputi MDV yang bersifat patogenik dan galur virus tersebut yang telah dilemahkan; serotipe 2 meliputi MDV yang bersifat apatogenik dan serotype 3 meliputi MDV yang bersifat non onkogenik yaitu HVT. Infeksi antara MDV dengan sel dapat terjadi melalui 3 bentuk, yaitu infeksi produktif (sitolitik), infeksi laten yang bersifat nonproduktif dan infeksi transforming. Beberapa peneliti melaporkan adanya paling sedikit 6 jenis antigen, misalnya antigen A, B dan Marek’s disease tumor-associated antigen (MATSA) dan berbagai jenis protein sehubungan dengan MDV ataupun HVT.
Antigen A
Antigen tersebut dapat ditemukan pada permukaan dan sitoplasma sel yang terinfeksi dengan MDV dan tidak mempunyai hubungan dengan onkogenesitas. Antigen A mungkin merupakan antigen yang paling mudah dideteksi dengan metode agar gel presipitasi (AGP) dan disekresikan secara aktif oleh sel yang terinfeksi.
Antigen B
Antigen ini dapat ditemukan pada permukaan dan sitoplasma sel yang terinfeksi MDV dan merupakan antigen yang bersifat nonsekretorik. Antigen B mungkin mengimbas pembentukan antibody netralisasi dan diperkirakan mempunyai peranan dalam pembentukan kekebalan hasil vaksinasi, walaupun diperlukan bukti yang lebih terperinci.
Marek’s Disease Tumor-Associated Surface Antigen (MATSA)
Antigen ini dapat dideteksi pada sel tumor limfoid yang ditimbulkan oleh MDV dan lymphoblastoid cell lines yang berasal dari tumor limfoid. Antigen ini dapat dideteksi pada limfosit dari ayam yang divaksinasi dengan vaksin HVT atau galur virus MD yang bersifat nononkogenik (Tabbu, 2000).
Gejala Klinis
Neurolimfomatosis, atau disebut penyakit Marek klasik, berkaitan dengan kelumpuhan tidak simetris dari satu atau kedua kaki atau sayap. Inkoordinasi merupakan gejala awal yang biasa terjadi. Sayap yang menggantung dan kepala serta leher yang menunduk bisa diamati. Penyakit Marek akut, terjadi secara mewabah dengan jumlah besar unggas menunjukkan kelesuan yang diikuti kejang-kejang dan kelumpuhan dalam beberapa hari kemudian. Mortalitas yang nyata terjadi tanpa disertai oleh tanda neurologi. Limfomatosis okuler mengakibatkan iris berwarna abu-abu, akibatnya terjadi infiltrasi sel limfoblastoid; pupil mata tidak teratur dan eksentrik dan terjadi kebutaan sebagian atau total. Penyakit Marek kulit dengan mudah bisa dikenali setelah bulu dicabuti, dengan adanya lesi noduler bundar berdiameter sampai 1 cm, khususnya pada folikel rambut (Fenner, 1995).
Perubahan Patologi
a. Makroskopik
Marek’s disease bentuk akut ditandai adanya tumor limfoid pada satu atau lebih organ visceral dan organ lainnya yaitu hati, gonad, limpa, ginjal, paru, mesenterium, proventrikulus, usus, timus, kelenjar adrenal, pancreas, jantung dan iris. Kadang-kadang tumor limfoid juga ditemukan pada kulit sehubungan dengan tumor folikel bulu, yang dikenal dengan nama leukosis kulit dan adanya tumor limfoid pada otot skelet. Marek’s disease dapat juga menimbulkan lesi nonneoplastik, meliputi atrofi pada bursa fabrisius dan timus; lesi degeneratif dan/atau nekrotik pada sumsum tulang dan berbagai organ visceral. Lesi-lesi tersebut merupakan akibat infeksi sitolitik yang ekstensif dan dapat menyebabkan kematian pada ayam pada stadium awal infeksi MDV sebelum pembentukan tumor limfoid.
b. Mikroskopik
Perubahan histopatologik pada MD akut dan klasik pada dasarnya sama. Pada awalnya, penyakit ini ditandai dengan proliferasi sel-sel limfoid, yang menjadi progresif pada sejumlah kasus tetapi mengalami regresi pada sejumlah kasus lainnya. Lesi tipe A mempunyai karakter neoplastik, yang terdiri atas sel limfoid yang berproliferasi, meliputi limfosit ukuran kecil, menengah dan besar; beberapa limfoblas, sel-sel reticular primitive dan sel-sel yang telah mengalami aktivasi. Lesi tipe B tersifat oleh adanya edema di antara serabut saraf, infiltrasi limfosit dan sel plasma yang bersifat ringan sampai moderat. Demielinasi primer pada sel schwann yang ditemukan pada lesi tipe A dan B dapat menyebabkan paralysis. Lesi tipe C terdiri atas kumpulan sejumlah kecil limfosit dan sel plasma yang tersebar di antara serabut saraf. Tipe ini biasanya tidak menimbulkan gejala klinik tertentu. Lesi pada otak biasanya bersifat fokal, meliputi perivascular cuffing yang mengandung limfosit ukuran kecil yang tercat gelap atau noduli yang terdiri atas kumpulan limfosit dan mikrogliosis (Calnek, 1991).
Diagnosis
Diagnosis dapat didasarkan pada sejarah, umur, gejala klinis dan perubahan pasca mati yang dapat dipastikan dengan pemeriksaan histopatologi. Penentuan antigen virus dengan imunofluoresensi merupakan prosedur diagnosis yang paling sederhana. Berbagai metode dapat digunakan untuk mengisolasi virus yaitu dengan inokulasi dari biakan sel, membrane korioalantois atau kantung kuning telur dari telur berembrio umur 4 hari dengan suspensi sel darah putih atau sel limpa. Keberadaan virus dapat didemonstrasikan dengan immunofluoresensi atau mikroskop electron (Fenner, 1995).
Pengobatan dan Pengendalian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar