Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedangkan di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan (Prihatman, 2000).
Ikan Bawal banyak terdapat di Lautan Hindia selain terdapat juga di Afrika, Malaysia dan Jepang. Ikan Bawal hidup dan berenang secara bergerombol. Bawal sering juga ditemukan beriringan dengan udang di dasar laut.Tubuh bawal dari arah samping, tampak membulat ( oval ) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Secara vertikal, bawal memiliki bentuk tubuh pipih (compresed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan lele atau grass carp, tetapi lambat seperti ikan gurame dan tambakan. Sisik ikan bawal kecil berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih.
Pada bawal dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan ciri khusus bawal sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red bally pacu. Dibanding dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi seri yang tajam. (http: // wikipedia.org/wiki/Ikan_Bawal)
Adanya berbagai penyakit dapat menggangu pertumbuhan ikan. Baik berupa organisme predator seperti ular dan belut, maupun organisme pathogen seperti Ichthiophthirius sp, Trichodina sp, dan parasit monogenea (Anonim, 2003).
A. Biologi Ikan Lele
Ikan lele tersebar luas di benua Afrika dan Asia, terdapat diperairan umum yang berair tawar secara liar. Di beberapa negara, khususnya di Asia, ikan lele telah diternakkan, dipelihara dalam kolam. Seperti halnya terjadi di Filipina, Thailand, Indonesia, Laos, Kamboja, Vietnam, Birma, dan India.
Di Indonesia ikan lele secara alami terdapat di kepulauan Sunda Besar maupun Sunda kecil (Suyanto, 2002). Ikan lele dumbo terklasifikasi ke dalam Famili Clariidae dan Ordo Ostariphysi. Kepala ikan lele berbentuk pipih. Batok kepala tersusun dari lempeng tulang keras. Memiliki empat pasang sungut. Sirip dada memiliki patil.
Klasifikasi dari ikan lele sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Class : Ochteichtyes
Sub-class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Family : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias gariepinus
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=55
Habitat lele adalah air tawar. Lele memiliki organ pernapasan tambahan sehingga dapat bertahan di perairan yang mengandung sedikit oksigen.
Ikan lele bersifat nokturnal, artinya aktif pada malam hari atau menyukai tempat yang lebih gelap. Pada siang hari yang cerah, ikan lele labih suka berdiam di dalam lubang uatau tempat yang tanang dan aliran airnya tidak terlalu deras. Ikan ini membuat sarang di dalam lubang-lubang ditepian sungai, tepi-tepi rawa atau pematang sawah, dan kolam yang teduh atau tenang (http://a177bi.blogspot.com/2009/04/studi-mikrohabitat-parasit-monogenea.html)
Ikan lele mecapai kedewasaan setelah mencapai ukuran 100 g atau lebih. Jika memasuki masa berkembangbiak, ikan jantan dan betina berpasangan. Pasangan itu lalu mencari tempat,yakni lubang yang teduh dan aman untuk bersarang. Pada perkawinannya, induk betina melepaskan telur bersamaan waktunya dengan jantan melepaskan sperma dalam air. Terjadilah pembuahan dalam air.
Telur yang telah dibuahi dijaga oleh induk betina sampai telur menetasdan cukup kuat beranang. Seekor induk betina dapat menghasilkan 1.000 sampai 4.000 butir telur sekali memijah. Dalam tempo 24 jam setelah perkawinan, telur akan menetas. Biasanya ikan lele memijah pada sore hari pada musim hujan (Suyanto, 2002).
Ikan lele bersifat karnivora, dimana makanan alaminya berupa binatang-binatang renik, seperti kutu air, cacing, larva (jentik serangga), siput kecil, dan sebagainya. Ikan ini biasanya menciri ikan di dasar kolam, tetapi bila ada makana yang terapung juga tidak lepas dari sambarannya.
Budidaya lele dapat dilakukan di areal pada ketinggian 1 m - 800 m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial.
Budidaya lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanen maupun bak plastik. Usahakan air dapat mengalir mengalir. Sumber air dapat berasal dari air sungai mapun air sumur. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Keasaman air yang ideal antara 6-9.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran sesuai dengan lokasi. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.
Ikan lele akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm. Budidaya lele di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Predator yang biasanya menyerang antara lain ular, burung atau predator lainnya. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp. Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam.
B. Biologi ikan Bawal
Ikan Bawal air tawar C. macropomum merupakan salah satu jenis ikan air tawar terbesar dari golongan ikan neotropik. Pertumbuhan ikan ini relatif lebih cepat dibandingkan dengan beberapa jenis ikan air tawar lainnya. Usaha budidaya yang intensif berarti tingkat padat penebaran pada kolam pemeliharaan cukup tinggi. Hal ini menyebabkan kualitas air media pemeliharaan akan cepat turun karena banyaknya
limbah yang dihasilkan baik dan organisme yang dibudidayakan dari asal pakan yang tidak termanfaatkan.
Penurunnan kualitas air akan memacu pertumbuhan dari organisme patogen yang merugikan dan juga akan menghambat pertumbuhan ikan sehingga akan menurunkan jumlah produksi (www.diglib.unila.ac.id).
Sebutan lain ikan bawal (Colossoma macropomum) adalah Gamitama (Peru), Cachama (Venezuala), Red Bally Pacu (Amerika Serikat dan Inggris). Sedangkan di negara asalnya disebut Tambaqul. Badan ikan bawal agak bulat, bentuk tubuh pipih, sisik kecil, kepala hampir bulat, lubang hidung agak besar, sirip dada dibawah tutup insang, sisip perut dan sirip dubur terpisah, punggung berwarna abu-abu tua, perut putih abu-abu dan merah.
Klasifikasi ikan bawal air tawar digolongkan sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Craniata
Class : Pisces
Sub-class : Neoptergii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidae
Family : Characidae
Genus : Colossoma
Species : Colossoma macropomum
(http://bawalindo.blogspot.com/)
Bawal memiliki 5 buah sirip (pinnae), yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi kecil dengan sebuah jari-jari agak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari-jari lainnya lemah. Berbeda dengan sirip punggung bawal laut yang agak panjang, letak sirip ini pada bawal air tawar agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut, dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan sirip ekor, jari-jarinya lemah, tetapi berbentuk cagak.
Sama seperti ikan lainnya, bawal pun menghendaki lingkungan yang baik dan sesuai untuk hidupnya. Untuk mengetahuinya, dilakukan pengamatan di habitat aslinya. Di Brazil, bawal banyak ditemukan di sungai Amazon dan sering juga ditemukan di sungai Orinoko, Venezuela. Hidupnya bergerombol di daerah yang aliran sungainya deras, tetapi ditemukan pula di daerah yang aliran sungainya tenang, terutama saat benih. Untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi bawal ada banyak hal yang harus diperhatikan, terutama dalam memilih lahan usaha, di antaranya ketinggian tempat, jenis tanah, dan air.
Setiap ikan mempunyai kebiasaan makan yang berbeda. Ada tiga golongan ikan berdasarkan kebiasaan makan yaitu ikan yang biasanya makan di dasar perairan, di tengah dan di permukaan. Apabila dilihat dari jenis makanannya, ikan digolongkan dalam tiga golongan pula, yaitu herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora (pemakan daging), dan omnivora (pemakan segala). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa bawal tergolong omnivora.
Meskipun tergolong omnivora, ternyata pada masa kecilnya (larva), bawal lebih bersifat karnivora. Jenis hewan yang paling disukai adalah crustacea, cladocera, copepoda, dan ostracoda. Pada umur dua hari setelah menetas, mulut larva mulai terbuka, tetapi belum bisa menerima makanan dari luar tubuh, makanannya masih dari kuning telurnya. Umur empat hari, kuning yang diserap oleh tubuh sudah habis dan pada saat itulah larva mulai mengonsumsi makanan dari luar.
Apabila diamati kebiasaan makannya, bawal tergolong ikan yang lebih suka makan di bagian tengah perairan. Dengan kata lain, bawal bukanlah ikan yang biasa makan di dasar perairan (bottom feeder) atau di permukaan perairan (surface feeder).
Membedakan bawal jantan dan betina pada saat masih kecil memang sulit. Beberapa tanda yang bisa dilihat adalah bawal betina memiliki tubuh yang lebih gemuk, sedangkan bawal jantan selain lebih langsing, warna merah pada perutnya lebih menyala. Apabila sudah matang gonade, perut betina akan terlihat gendut dan gerakannya lamban. Adapun bawal jantan selain agresif juga akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu bila dipijat ke arah anus.
Seperti ikan lainnya, bawal pun biasanya memijah pada awal dan selama musim hujan. Di Brazil dan Venezuela, kejadian itu terjadi pada bulan Juni dan Juli. Adapun di negara-negara lainnya, bawal dapat mengikuti musim yang ada, misalnya di Indonesia kematangan gonad bawal terjadi pada bulan Oktober sampai April.
Sebelum musim pemijahan tiba, induk yang sudah matang akan mencari tempat yang cocok untuk melakukan pemijahan. (http://rudyct.com/)
Daerah yang paling disukai adalah hulu sungai yang biasanya pada musim kemarau kering, sedangkan pada musim hujan tergenang. Daerah yang seperti ini memberikan rangsangan dalam memijah. Saat pemijahan berlangsung, induk jantan akan mengejar induk betina. Induk betina kerap kali akan membalas dengan cara menempelkan perut ke kepala induk jantan. Apabila telah sampai puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telur dan induk jantan akan mengeluarkan sperma. Telur yang telah keluar akan dibuahi dalam air (di luar tubuh). (http://rudyct.com/)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Thanks for info https://bit.ly/2oK68z4
BalasHapus