Ø MERPATI (Columba livia)
· Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Ordo : Columbiformes
Family : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba livia
· Melalui domestikasi silang, columba livia berkembang menjadi berbagai macam merpati domestik (columba domestica) yang dikenal sebagai merpati jinak. Kemudian berkembang menjadi merpati balap, mepati potong dan merpati hias.
(Sutejo)
· Data Biologis Merpati
Umur dewasa : 4 – 6 bulan
Umur disapih : 1 bulan
Umur bulu tumbuh sempurna : 1 bulan
Umur produktif : 1 bulan
Jumlah telur : 2 butir
Massa produktif : 5 tahun
Telur pertama : 7 – 11 hari setelah kawin
Banyak reproduksi dalam 1 hari : 10 kali
Lama pengeraman : 17 hari
· Kandang
Kandang untuk merpati tidak mengikat dari segi bentuk, bahan dan ukurannya tergantung dari selera peternak. Kandang merpati memerlukan ventilasi yang baik, bebas dari hama pengganggu dan dapat melindungi hewan dari cuaca buruk. Berdasarkan cara pemeliharaan, kandang dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Kandang sistem pasang
2. Kandang sistem voliere
3. Kandang sistem diumbar
· Pakan
Makanan merpati biasanya dalam bentuk butiran atau biji – bijian, makanan pokok berupa jagung pipilan dengan butiran kecil, selain itu dapat juga diberikan gabah/beras, kedelai, kacang hijau dan kacang tanah.
Merpati merupakan unggas tidak tahan haus, sehingga air harus tersedia tiap saat, air minum harus bersih, segar dan tidak tercemar. Serta pemeberian vitamin harus tetap diberikan bersama mineral yang lain. Kebutuhan gizi dapat juga dipenuhi dengan memberikan campuran dari kulit kerang, batu kapur, tepung tulang dan garam yang ditumbuk halus atau disebut dengan gril.
(Diah Kusumawati)
· Penyakit pada merpati :
1. Pullorum (Berak Putih)
Penyebab : Salmonella Pullorum
Cara Penyebaran : terutama lewat telur dan tinja
Gejala : depresi, anoreksia, acuh, jengger pucat dan mencret
2. Salmonellosis
Penyebab : Salmonella typhimurium
Cara Penyebaran : melalui telur dan makanan tercemar
Gejala : depresi progresif, kepala direndahkan, mata tertutup, sayap menggantung dan bulu kasar
Diagnosis : Isolasi organisme dari tinja, darah, hati atau limpha
Pengendalian : kelompok hewan terinfeksi dibinasakan, makanan dan alat tidur disterilkan
3. Pernapasan Kronik (Chronic Respiratory Disease – CRD)
Penyebab : Mycoplasma gallisepticum
Cara Penyebaran : sentuhan dengan hewan carier, debu udara dan telur
Gejala : ngorok, leleran hidung, batuk, anoreksia dan BB turun
4. Kolera Unggas
Penyebab : Pasteurella multocsida
Gejala : jengger dan pial kebiru – biruan, lesu, ngorok, anoreksia, leleran hidung kental dan kadang mencret
5. Koksidiosis
Penyebab : Eimeria tenella, Eimeria necatrix
Cara Penyebaran : melalui sanitasi yang tidak baik
Gejala : kurus progresif, pertumbuhan terhambat dan kematian mendadak
Diagnosis : dengan menemukan oosista dalam tinja
6. Aflatoksikosis
Penyebab : Aspergillus flavus
Cara Penyebaran : bahan maanan yang tidak dikeringkan dengan baik
Gejala : lemah, sayap menggantung, bulu kasar dan anoreksia
Pencegahan : pemberian makanan kualitas tinggi dan disimpan dalam keadaan kering
(Soesanto, 1988)
Ø Metode :
1. Handling dan Restrain
Handling
Pegang merpati.
↓
Jari tengah dan telunjuk menjepit kedua kaki merpati.
↓
Ibu jari menjepit ekor
2. Penimbangan (Berat Badan)
Handling merpati
↓
Ikat kaki dan sayapnya terlebih dahulu agar merpati tidak terbang pada saat ditimbang
↓
Lihat dan catat hasil timbangan
3. Sexing
Handling
↓
Bedakan antara ikan jantan dan betina menggunakan beberapa keterangan sebagai berikut
JANTAN | BETINA |
1. Berat badan lebih besar | 1. Berat badan lebih ringan |
2. Kloaka dan bagian perut lebih tumpul | 2. Kloaka dan perut bagian lebih runcing |
3. Rongga tulang pelvis lebih sempit & kaku | 3. Rongga tulang pelvis lebih lebar & lentur |
4. Bulu lebih mengkilat & suara bervariasi | |
4. Penyuntikan
a. Sub Cutan (S.C)
Pada kulit longgar di bagian punggung
↓
Merpati dipegang yang benar (handling)
↓
Spet diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)
↓
Pada kulit longgar di bagian punggung sedikit dicubit
↓
Bahan perlakuan disuntikkan perlahan pada kulit longgar di bagian punggung tersebut
b. Intra Muscular (I.M)
Pada musculus yang tebal (M. Bicep Femoris dan M. Pectorales)
Merpati dipegang yang benar (handling)
↓
Spet diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)
↓
Tusukkan jarum 45 derajat pada tengah – tengah paha (M.Bicep Femoris)
↓
Tusukkan jarum 45 derajat di bagian dada (M.Pectorales)
↓
Bahan perlakuan disuntikkan perlahan
c. Intra Peritonial (I.P)
Di sebelah kanan/kiri ujung karina sterni atau di umbilikalis kanan/kiri
Merpati dipegang yang benar (handling)
↓
Spet diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)
↓
Tusukkan jarum tegak lurus pada umbilikalis kanan/kiri sampai masuk rongga peritonial atau di sebelah kanan/kiri ujung karina sterni
↓
Bahan perlakuan disuntikkan perlahan
5. Pengambilan Darah
a. Vena Brachialis
Daerah V. Brachialis tersebut diolesi alkohol 70%
↓
Bulu dibersihkan/dicabuti
↓
Aliran darah dibendung dengnn menekan pangkal sayap
↓
Jarum dimasukkan lewat tepi hingga akhirnya sampai ke vena
↓
Ambil darah
b. Intra Cardiaca (I.C)
Pengambilan darah pada Jantung dengan Anastesi terlebih dahulu
Merpati dipegang yang benar (handling)
↓
Merpati dianastesi
↓
Setelah merpati lemas kemudian raba dadanya untuk menemukan denyut jantung tepat didaerah costae ke 3 – 4 atau tengah – tengah clavicula
↓
Tusukkan jarum secara tegak lurus
↓
Setelah jarum terlihat berdetak (goyang – goyang), ambil darah
↓
Darah ditampung
c. V. Jugularis, V. Cephalica, V. Tarsalis (Jarang dilakukan pada merpati)
6. Anastesi
· Suntik
- Halotan
- Metoksifluran
- Ketamin HCl dosis 15-20 mg/ kg BB
· Inhalasi
Kapas dibasahi dengan chloroform
↓
Masukan kapas kedalam corong
↓
Masukan kepala merpati kedalam corong
↓
Tunggu beberapa saat
7. Euthanasi
· Anastetika dosis lebih
· Chloroform
Prosedur :
Kapas dibasahi dengan chloroform
↓
Masukan kapas kedalam corong
↓
Masukan kepala merpati kedalam corong
↓
Tunggu beberapa saat
· Dislokasi cervical
Prosedur :
Leher kearah cranial digenggam dengan tangan
↓
Leher kearah caudal digenggam dengan tangan yang lain
↓
Tarik secara bersamaan, leher hingga kepala ke arah cranial dan leher hingga ekor kearah caudal
· Dekapitasi
· Emboli Jantung
Prosedur :
Mengisi spet dengan CO2 atau udara
↓
Tusukkan tepat ke Jantung
↓
Suntikkan udara (CO2) tersebut
8. Nekropsi
Bangkai dibasahi dengan air agar bulu tidak beterbangan
↓
Bangkai dibaringkan rebah dorsal, buat irisan pada kulit dibagian medial paha dan abdomen pd kedua sisi tubuh. Tarik paha kelateral, teruskan irisan sampai persendian coxo-femoris terlepas dari caput femoralis
↓
Irisan dilanjutkan melintang pada kulit didaerah abdomen, tarik ke bagian anterior dan irisan diteruskan ke daerah thorax sampai mandibula. Irisan pada kulit diteruskan ke posterior didaerah abdomen
↓
Irisan melintang pada dinding peritonium diujung sternum (Processus xiphoideus) dibuat kearah lateral
↓
Irisan longitudinal dilakukan diderah abdomen melalui linea mediana ke arah posterior samapi daerah kloaka sehingga membuka cavum abdominalis
↓
Irisan longitudinal melalui M. Pectoralis pada kedua sisi sternum sepanjang persendian costocondral. Pada bagian anterior, irisan pada kedua sisi thorax harus bertemu pada daerah pintu rongga dada setelah memotong tulang coracoid dan clavicul, sehingga akan membuka rongga dada
↓
Periksa kantong udara, ada tidaknya cairan eksudat/transudat, organ-organ dicavum abdominalis dan cavum thoracalis
↓
Ambil sampel organ, masukkan kedalam formalin 10%
A. PEMBAHASAN
1. Handling dan Restrain
Handling
Memegang merpati dengan jari tengah dan jari telunjuk menjepit kedua kaki merpati kemudian ibu jari menjepit ekor. Pada intinya, metode handling sebaiknya disesuaikan dengan individu yang memegang (senyaman mungkin)
2. Penimbangan (Berat Badan)
Bertujuan untuk menentukan dosis obat dan pemberian pakan
BB Merpati = 300 gram (Belum Dewasa)
BB Merpati Dewasa Jantan = 600-700 gram
Sebelum ditimbang, merpati dimasukkan ke dalam plastik agar merpati tidak bergerak dan tidak terbang.
3. Sexing
Jenis Kelamin Merpati = ♂ (Jantan)
Karena setelah diraba rongga tulang pelvisnya terasa sempit dan runcing, jika betina setelah diraba rongga tulang pelvisnya terasa lebar dan lentur
4. Penyuntikan
· S.C
Menggunakan spet kecil (tubercullin) berisi cairan giemza pada daerah punggung. Menggunakan cairan giemza karena cairan tersebut apabila disuntikkan tidak memberikan efek yang negatif pada organ yang disuntikkan atau tidak mengiritan organ dalam, sebelum disuntikkan diolesi alkohol 70% terlebih dahulu
· I.M
Menggunakan spet kecil (tubercullin) berisi cairan giemza pada M. Bicep Femoris (Paha belakang) dan M. Pectorales (Dada). Sebelum disuntikkan diolesi alkohol 70% terlebih dahulu
· I.P
Menggunakan spet kecil (tuberculin) berisi cairan giemza pada daerah umbilikalis kanan dan kiri atau di sebelah kanan/kiri ujung karina sterni (bergantian). Sebelum disuntikkan diolesi alkohol 70% terlebih dahulu
5. Pengambilan Darah
· V. Brachialis
Tidak berhasil dilakukan Daerah Ossa. Radius-Ulna atau daerah V. Brachialis diolesi alkohol, kemudian bulu dicabuti agar tidak mengganggu lokasi pengambilan darah. Vena ditekan dengan tujuan untuk membendung aliran darah dan sedikit disentil. Setelah arteri terlihat membesar, jarum dimasukkan dalam vena melalui tepi hingga akhirnya bertemu dengan aliran vena kemudian ambil darah
· Jantung (I.C)
Tidak berhasil dilakukan karena kesulitan menemukan letak cor
6. Anastesi
· Inhalasi
Pada praktikum kali ini tidak dilakukan. Tetapi biasanya menggunakan Chloroform yang diteteskan pada kapas dan dimasukkan dalam corong kemudian dihirupkan pada merpati hingga lemas.
7. Euthanasi
Memasukkan CO2 ke dalam jantung dengan menggunakan spuit (emboli udara).
8. Nekropsi
· Anatomi kasar
· Setelah di nekropsi, semua jaringan/organ terlihat normal, kecuali jantung. Jantung dibungkus oleh suatu cairan (hidropericarditis). Pada nekropsi juga terlihat adanya testis sehingga menguatkan bahwa merpati yang digunakan dalam praktikum kali berkelamin jantan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar