Ø MENCIT (Mus musculus)
Mencit laboratorium (mus musculus) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan mencit liar atau mencit rumah. Mencit tersebar di seluruh dunia dan sering ditemukan didekat gedung ataupun di tempat lain asalkan ada makanan dan tempat untuk berlindung. Semua galur mencit laboratorium yang ada merupakan keturunan dari mencit liar sesudah melalui peternakan selektif.
Bulu mencit liar berwarna keabu – abuan dan warna perut sedikit lebih pucat, mata berwarna hitam dan kulit berpigmen. Berat badan pada umur empat minggu mencapai 18 – 20 gram, berat dewasa sekitar 30 – 40 gram. Mencit liar termasuk omnivorus, meskipun mencit liar lebih suka suhu lingkungan tinggi tetapi mencit liar dapat hidup terus pada suhu rendah.
Mencit laboratorium memiliki berat badan hampir sama dengan mencit liar. Tetapi setelah diternakkan secara selektif selama 80 tahun yang lalu, sekarang terdapat mencit dengan berbagai warna bulu dan timbul banyak galur dengan berat badan berbeda – beda.
· Data Biologis Mencit
Lama hidup : 1 – 2 tahun, bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis : 9 bulan
Lama bunting : 19 – 21 hari
Kawin sesudah beranak : 1 – 24 jam
Umur disapih : 21 hari
Umur dewasa : 35 hari
Umur dikawinkan : 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus kelamin : poliestrus
Siklus estrus : 4 – 5 hari
Lama estrus : 12 – 14 jam
Perkawinan : pada waktu estrus
Ovulasi : dekat akhir periode estrus, spontan
Fertilisasi : 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa : 20 – 40 gr jantan; 18 – 35 gr betina
Berat lahir : 0,5 – 1,0 gr
Jumlah anak : rata – rata 6, bisa 15
Puting susu : 10 puting, 3 psg di dada, 2 psg di perut
Perkawinan kelompok : 4 betina dengan 1 jantan
Kromosom : 2n = 40
Aktivitas : nokturnal (malam)
1 0 0 3
Gigi : 2 ( I – C – P – M ) gigi seri tumbuh terus
1 0 3 3
(Soesanto, 1988)
· Penyakit mencit :
1. Cacar Mencit (Ectromelia)
Penyebab : virus ortopoks
Gejala : akut, mencit mati segera setelah memperlihatkan gejala sakit kronis, tidak sehat, kaki dan ekor bengkak dengan kulit berlepuh dan lesi ulsuratif
Perubahan pasca mati : pembuluh darah penuh dengan darah, hemoragi organ visceral, lesi nekrotik pada hati dan limpha
Pengendalian : hewan terinfeksi dibinasakan
2. Tyzzer
Penyebab : Bacillus piliformis
Gejala : mencret, anoreksia, BB menurun, dapat menyebabkan kematian
Diagnosis : ditemukan bakteri dalam sel – sel epitel usus, nodul – nodul pada hati
Pencegahan : koloni mencit terinfeksi dibinasakan
3. Pseudotuberkulosis
Penyebab : Corynebacterian pseudotubercullosis
Gejala : lemah dan frekuensi nafas tinggi
Diagnosis : abses pada ginjal, jantung dan hati, namun abses tidak selalu tersifat
Pencegahan : kelompok hewan terinfeksi dibinasakan
4. Salmonellosis
Penyebab : Salmonella typhimurium
Gejala : mencret, bulu kasar, BB turun, lemah
Diagnosis : Isolasi organisme dari tinja, darah, hati atau limpha
Pengendalian : kelompok hewan terinfeksi dibinasakan, makanan dan alat tidur disterilkan
(Soesanto, 1988)
Ø TIKUS (Rattus norvegicus)
Tikus liar, tikus Norwegia dan tikus coklat adalah hewan semarga dengan tikus laboratorium (rattus norvegicus). Akan tetapi, nama ilmiah tikus liar (tikus hitam) berbeda yaitu Rattus rattus. Tikus ini mirip dengan tikus Norwegia dan sering terdapat di kota – kota di seluruh dunia tetapi jarang dipakai sebagai hewan laboratorium.
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan mendengar tikus lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, tikus – tikus ini tenang dan mudah ditangani di laboratorium. Karena tikus lebih besar daripada mencit, maka untuk beberapa macam percobaan, tikus lebih menguntungkan.
Umumya berat badan tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan berat badan tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35 – 40 gr dan berat badan dewasa rata – rata 200 – 250 gr, tetapi bervariasi tergantung pada galur. Tikus jantan tua dapat mencapai 500 gr tetapi tikus betina jarang lebih dari 350 gr. Galur Sparague-Dawley paling besar, hampir sebesar tikus liar.
Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain, yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yag tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung, dan tikus tidak mempunyai kantung empedu.
· Data Biologis Tikus
Lama hidup : 2 – 3 tahun, bisa sampai 4 tahun
Lama produksi ekonomis : 1 tahun
Lama bunting : 20 – 22 hari
Kawin sesudah beranak : 1 – 24 jam
Umur disapih : 21 hari
Umur dewasa : 40 – 60 hari
Umur dikawinkan : 10 minggu (jantan dan betina)
Siklus kelamin : poliestrus
Siklus estrus : 4 – 5 hari
Lama estrus : 9 – 20 jam
Perkawinan : pada waktu estrus
Ovulasi : 8 – 11 jam setelah timbul estrus, spontan
Fertilisasi : 7 – 10 jam jam sesudah kawin
Berat dewasa : 300 – 400 gr jantan; 250 – 300 gr betina
Berat lahir : 5 – 6 gr
Jumlah anak : rata – rata 9, bisa 20
Puting susu : 12 puting, 3 psg di dada, 3 psg di perut
Perkawinan kelompok : 3 betina dengan 1 jantan
Kromosom : 2n = 42
Aktivitas : nokturnal (malam)
1 0 0 3
Gigi : 2 ( I – C – P – M ) gigi seri tumbuh terus
1 0 0 3
(Soesanto, 1988)
· Penyakit tikus :
1. Pernapasan Kronik (Chronic Respiratory Disease – CRD)
Penyebab : Kombinasi Mycoplasma pulmonis dan Streptobacillus moniliformis
Gejala : bersin dan batu, terdapat radang kronik paru – paru, kepala tikus miring ke satu sisi, jalannya sempoyongan dan berputar
Diagnosis : mengisolasi organisme dari paru – paru atau dari telinga tengah
Perubahan pasca mati : ditemukan lesi dalam saluran hidung, telinga tengah dan paru – paru. Semua jaringan ini memperlihatkan radang dengan sedikit eksudat.
Pengendalian : kelompok hewan terinfeksi dibinasakan
Streptobacillus moniliformis dapat menular pada manusia dan penyakit itu disebut demam gigitan tikus (rat bite fever)
2. Salmonellosis
Penyebab : Salmonella typhimurium
Gejala : mencret, bulu kasar, BB turun, lemah
Diagnosis : Isolasi organisme dari tinja, darah, hati atau limpha
Pengendalian : kelompok hewan terinfeksi dibinasakan, makanan dan alat tidur disterilkan
3. Koksidiosis
Penyebab : Eimeria miyairii, Eimeria separata, Eimeria nieschulzi (Eimeria carinii)
Gejala : stres atau diangkut, tikus dapat mencret
Diagnosis : dengan menemukan oosista dalam tinja
Perubahan pasca mati : ditemukan skizon Eimeria miyairii di seluruh dinding usus, Eimeria separata di dinding usus besar dan Eimeria nieschulzi pada dinding usus kecil tikus
Pengendalian : memelihara higiene tikus sebaik – baiknya
(Soesanto, 1988)
Ø Metode :
1. Handling dan Restrain
Mencit
Handling
Mencit diletakkan diatas ram kawat, kemudian ditarik sedikit
↓
Ekor dipegang di daerah sepertiga ujung ekor dengan tangan kiri
↓
Mencit diangkat dan digoyang – goyangkan
Restrain
Ekor dipegang di daerah sepertiga ujung ekor
↓
Jari telunjuk dan ibu jari tangan lain memegang kuduk, jari kelingking menjepit ekor (sebaiknya dengan tangan kiri)
Tikus
Handling
Tikus diletakkan diatas ram kawat, kemudian ditarik sedikit
↓
Ekor dipegang di daerah sepertiga pangkal ekor dengan tangan kiri
↓
Tikus diangkat dan digoyang – goyangkan
Restrain
Ekor dipegang di daerah sepertiga pangkal ekor
↓
Jari telunjuk dan ibu jari tangan lain memegang kuduk, jari kelingking menjepit ekor (sebaiknya dengan tangan kiri)
2. Penimbangan (Berat Badan)
Handling
↓
Masukan mencit atau tikus kedalam selongsong yang sesuai dengan ukuran agar tidak lepas.
↓
Catat berat badan
Berat Badan (BB) = (Mencit/Tikus + selongsong) – selongsong
3. Sexing
Dengan melihat jarak antara anus dengan papilla genitalis dan scrotum
♀ : Jarak antara anus dengan papilla genitalis dekat
♂ : Jarak antara anus dengan papilla genitalis jauh & terdapat scrotum
· Prosedur :
mencit dan tikus di pegang dengan benar
↓
diletakkan di atas meja/ram kawat
↓
punggung sedikit ditekan
↓
ekor diangkat dan dilengkungkan ke depan
↓
lihat jarak dari anus ke papilla genitalis
4. Perlakuan dan Penyuntikan
· Perlakuan Oral (P.O) :
Spet diisi dengan bahan perlakuan (Larutan glukosa)
↓
Mencit dan tikus dipegang yang benar (handling)
↓
Ujung kanul dimasukkan sampai rongga tekak
↓
Bahan perlakuan disuntikkan perlahan
↓
Bahan perlakuan dapat juga disemprotkan antara gigi dan pipi bagian dalam, biarkan mencit dan tikus menelan sendiri
· Prosedur Penyuntikan :
a. Sub Cutan (S.C)
Pada kulit longgar di bagian punggung
Mencit dan tikus dipegang yang benar (handling)
↓
Spuit diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)
↓
Pada kulit longgar di bagian punggung sedikit dicubit
↓
Olesi bagian tersebut dengan Alkohol 70%
↓
Bahan perlakuan disuntikkan perlahan pada kulit longgar di bagian punggung tersebut
b. Intra Muscular (I.M)
Pada musculus yang tebal (M. Bicep Femoris)
↓
Mencit dan tikus dipegang yang benar (handling)
↓
Spet diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)
↓
Sebelumnya olesi bagian yang akan disuntik dengan Alkohol 70%
↓
Tusukkan jarum tegak lurus pada tengah – tengah paha (M.Bicep Femoris)
↓
Bahan perlakuan disuntikkan perlahan
c. Intra Peritonial (I.P)
Disamping garis tengah diantara dua puting susu paling belakang atau di umbilikalis kanan/kiri
↓
Mencit dan tikus dipegang yang benar (handling)
↓
Spet diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)
↓
Sebelumnya olesi bagian yang akan disuntik dengan Alkohol 70%
↓
Tusukkan jarum tegak lurus pada umbilikalis kanan/kiri sampai masuk rongga peritonial
↓
Bahan perlakuan disuntikkan perlahan
5. Pengambilan Darah
a. Plexus Retroorbitalis (Paling sering dilakukan pada tikus)
Mencit dan tikus dipegang yang benar (handling)
↓
Mikrohematokrit digoreskan pada medial canthus mata di bawah bola mata ko arah foramen opticus
↓
Mikrohematokrit diputar sampai melukai plexus
↓
Darah ditampung pada Eppendorf yang telah diberi EDTA
b. Intra Vena (I.V)
· Pada Vena Ekor (V. Lateralis ekor)
Mencit dan tikus dipegang yang benar (handling)
↓
Dimasukkan dalam selongsong yang sesuai ukurannya
↓
Kulit dan Vena ventralis di Incisi 0,5 – 2 cm dari pangkal ekor dengan silet
↓
Darah ditampung
· Pada V. Jugularis
Pada daerah leher (pada Mencit dan Tikus tidak lazim digunakkan)
c. Intra Cardiaca (I.C)
Pengambilan darah pada Jantung dengan Anastesi terlebih dahulu, lebih mudah dan sering dilakukkan pada Tikus dibandingkan Mencit
Mencit dan tikus dipegang yang benar (handling)
↓
Mencit dan tikus dianastesi
↓
Setelah mencit/tikus lemas kemudian raba dadanya untuk menemukan denyut jantung atau tepat didaerah costae ke 3 – 4
↓
Tusukkan jarum secara tegak lurus
↓
Setelah jarum terlihat berdetak (goyang – goyang), ambil darah
↓
Darah ditampung
6. Anastesi
· Suntik
- Ketamin 44-300 mg/kg (I.M)
- Chlorpromazine hydrochloride 5-10 mg/kg (S.C) atau 25-50 mg/kg (I.M)
- Na Pentobarbitone 40-85 mg/kg (I.P)
· Inhalasi
Kapas dibasahi dengan chloroform
↓
Masukan kapas kedalam corong
↓
Masukan kepala mencit/tikus kedalam corong
↓
Tunggu beberapa saat
7. Euthanasi
· Anastetika dosis lebih
· Chloroform
Prosedur :
Kapas dibasahi dengan chloroform
↓
Masukkan kapas dalam corong seng
↓
Masukkan mencit/ tikus ke dalam corong seng (dihirupkan)
↓
Tunggu beberapa saat
· Dislokasi cervical
Prosedur :
Leher kearah cranial digenggam dengan tangan
↓
Leher kearah caudal digenggam dengan tangan yang lain
↓
Tarik secara bersamaan, leher hingga kepala ke arah cranial dan leher hingga ekor kearah caudal
· Dekapitasi
· Emboli Jantung
Prosedur :
Mengisi spet dengan CO2
atau udara
↓
Tusukkan tepat ke Jantung
↓
Suntikkan udara (CO2) tersebut
8. Nekropsi
Mencit direbahkan dorsal
↓
Ekstremitas difiksasi dengan jarum
↓
Ruang peritoneum dibuka dengan incisi pada abdomen
↓
Ruang dada dibuka dengan memotong tulang rusuk pada bagian sternum
↓
Lakukan pengamatan
↓
Organ diambil
↓
Masukkan ke dalam Formalin
1. Handling dan Restrain
Mencit
Handling
· Mencit diletakkan diatas ram kawat, kemudian ditarik sedikit
· Ekor dipegang di daerah sepertiga tengah ekor dengan tangan kiri
· Mencit diangkat dan digoyang – goyangkan
Restrain
· Ekor dipegang di daerah sepertiga tengah ekor
· Jari telunjuk dan ibu jari tangan lain memegang kuduk, jari kelingking menjepit ekor (sebaiknya dengan tangan kiri)
Tikus
Handling
· Tikus diletakkan diatas ram kawat, kemudian ditarik sedikit
· Ekor dipegang di daerah tengah ekor dengan tangan kiri
· Tikus diangkat dan digoyang – goyangkan
Restrain
· Ekor dipegang di daerah tengah ekor
· Jari telunjuk dan ibu jari tangan lain memegang kuduk, jari kelingking menjepit ekor (sebaiknya dengan tangan kiri)
2. Penimbangan (Berat Badan)
Bertujuan untuk menentukan dosis obat, pemberian pakan dan mengetahui kondisi kesehatan
BB Mencit = 25 gram ( Dewasa)
BB Mencit Dewasa = 18-35 gram
BB Tikus = 170 gram (Belum Dewasa)
BB Tikus Dewasa = 300-400 gram
3. Sexing
· Jenis Kelamin Tikus = ♂ (Jantan)
Karena jarak antara anus dengan papilla genitalis terlihat jauh & terdapat scrotum, jika betina maka jarak antara anus dengan papilla genitalis terlihat dekat
· Jenis Kelamin Mencit = ♀ (Betina)
Karena jarak antara anus dengan papilla genitalis terlihat dekat, jika jantan maka jarak antara anus dengan papilla genitalis terlihat jauh & terdapat scrotum
4. Perlakuan dan Penyuntikan
· P.O
Menggunakkan kanul bengkok yang berisi larutan glukosa
Pada mencit berhasil dilakukan, tetapi mencit mengeluarkan darah dari mulut mungkin karena kanul terlalu menusuk tekak
· S.C
Menggunakan spet kecil (tubercullin) berisi cairan giemza pada daerah punggung. Menggunakan cairan giemza karena cairan tersebut apabila disuntikkan tidak memberikan efek yang negatif pada organ yang disuntikkan atau tidak bersifat merusak.
· I. M
Hanya dilakukan pada Tikus, karena mencit terlalu kecil yaitu menggunakan spet kecil (tubercullin) berisi cairan giemza pada M. Bicep Femoris (Paha belakang).
· I.P
Menggunakan spet kecil (tuberculin) berisi cairan giemza pada daerah umbilikalis kanan dan kiri (bergantian) dan hanya dilakukan pada tikus karena mencit terlalu kecil.
5. Pengambilan Darah
· Plexus Retroorbitalis (Mencit)
Menggunakan mikrohematokrit. Untuk pengambilan sampel darah pada tikus dan mencit daerah ini yang paling banyak dapat mengeluarkan darah dan aman dilakukkan (volume maksimal darah yang bisa diambil 1 – 2 % BB)
· Pengambilan sampel pada darah tikus dilakukan pada vena lateralis ekor, dengan cara buat lubang pada vena lateralis ekor. Setelah darah keluar, masukkan mikrohematokrit, diputar sedikit, biarkan darah mengalir.
6. Anastesi
· Inhalasi
Menggunakan Chloroform yang diteteskan pada kapas dan dimasukkan dalam corong kemudian dihirupkan pada mencit dan tikus hingga lemas. Prosedur ini berhasil dilakukan dengan baik.
7. Euthanasi
· Anastetika dosis berlebih
Menggunakan Chloroform yang dihirupkan terus – menerus hingga mencit dan tikus mati
· Dislokasi cervicalis
Yaitu memisahkan persendian antara kepala dengan vertebrae.
8. Nekropsi
Dilakukan hanya pada tikus
· Anatomi kasar
Setelah di nekropsi, seluruh organ dalam abdomen tampak normal dan terlihat ada testis dan saluran-salurannya, sehingga dapat dipastikan tikus itu adalah tikus jantan. Kemudian nekropsi dilanjutkan dengan mengangkat costae sehingga organ-organ di dalam rongga thorax dapat terlihat, yaitu jantung dan pulmo.
trimz infonya
BalasHapusklo anastesi scra inhalasi pd mencit mnggnkn eter bisa?
BalasHapuskelebihan dr kloroform apa,,,
thanks
terima kasih,, info ini sangat bermanfaat,,
BalasHapusterima kasih atas informasinya . . .
BalasHapusterimakasih infonya
BalasHapusTerimakasih infonya sangat berguna
BalasHapusKalau tikus nya suka gigit ekor nya n agresif itu knp ya?
BalasHapusMohon bantuan nya
referensiny yang ini (volume maksimal darah yang bisa diambil 1 – 2 % BB) mna iy?
BalasHapus