Rabu, 06 Januari 2010

KELINCI (Oryctolagus cuniculus)

Ø KELINCI (Oryctolagus cuniculus)

Kelinci (Oryctolagus cuniculus) merupakan hewan percobaan yang dapat hidup dalam lingkungan yang bervariasi (di padang pasir, daerah tropis, daerah subtropis), namun kelinci berkembang paling baik pada iklim sedang. Kelinci berasal dari Eropa dan sekarang kelinci liar dapat ditemukan di Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Kelinci liar tinggal di dalam lubang-lubang tanah dan sekarang terdapat kurang lebih 92 bangsa dan galur kelinci.

Bangsa kelinci yang sering dijadikan hewan coba adalah Nee Zealand White ( BB kurang lebih 3 kg), California, Lops, dan Dutch Belted (BB kurang dari 2 kg).

Kelinci termasuk hewan herbivora adaptif dan mempunyai sistema digesti khusus yang ditandai dengan terbentuknya sekum yang panjang (sacculus rotundus) yang berisi jaringan limphatik. Kelinci memiliki tingkah laku yang khas yang disebut coprophagy (pseuderuminasi/caecophagy), yaitu memakan tinjanya sendiri. Tinja yang dimakan adalah tinja yang dikeluarkan pada malam hari.Karakteristik tinja kelinci yang dikeluarkan pada siang hari berupa butir tinja yang keras dan kering, sedangkan tinja yang dikeluarkan pada malam hari konsistensinya lembek dan berlendir. Tingkah laku ini penting sebagai pemanfaattn protein dan seray tumbuhan. Tinja banyak mengandung vitamin-vitamin, diantaranya vit.K, niasin, riboflavin, asam pentolenat, sianokobalamin (B12). Komposisi protein kasar pada tinja malam hari mencapai 39,7%, sedang pada tinja siang hari hanya 20,3%.

· Komposisi tinja kelnci :

Lunak

(pagi)

Keras

(siang)

Masa Kering

55,3 %

82,5%

Abu

7,7%

6,2%

Lemak

1,3%

1,4%

Protein kasar

39,7%

20,3%

Serat Kasar

26,4%

47,4%

Ekstr. N bebas

24,9%

24,7%

(Diah Kusumawati)

· Data Biologis Kelinci

Lama hidup : 5 – 10 tahun, bisa sampai 12 tahun

Lama produksi ekonomis : 1 – 3 tahun

Lama bunting : 30 – 35 hari, rata – rata 31 – 32 hari

Kawin sesudah beranak : segera setelah beranak atau setelah 4 – 6 minggu, biasanya setelah anak disapih

Umur disapih : 6 – 8 minggu

Umur dewasa : 4 – 10 bulan

Umur dikawinkan : segera setelah timbul periode estrus

Siklus kelamin : poliestrus

Siklus estrus : kira – kira 15 – 20 hari

Perkawinan : pada waktu estrus

Ovulasi : akibat perkawinan yang terjadi 9 – 13 jam sesudah kawin. Kalau perkawinan steril, bunting palsu terjadi selama 14 – 16 hari

Fertilisasi : 1 – 2 jam sesudah kawin

Berat dewasa : 1,5 – 7,0 kg jantan; 1,4 – 6,5 kg betina

Berat lahir : 30 – 70 gr

Jumlah anak : rata – rata 4, bisa 10

Puting susu : 10 puting, 3 psg di dada, 2 psg di perut

Perkawinan kelompok : 10 – 15 betina dengan 1 jantan

Kromosom : 2n = 44

Aktivitas : krepuskuler (senja dan subuh)

2 0 0 3

Gigi : 2 ( I – C – P – M ) gigi seri tumbuh terus

1 0 2 3

(Soesanto, 1988)

Akibat dari aktivitas coprophagy kelinci sebagai hewan laboratorium, adalah kelinci tidak dapat digunakan sebagai hewan laboratorium untuk percobaan SPF (Spesifik Pathogan Free) karena tidak mempunyai germ free. Masa produksi kelinci berkisar antara 1-4 tahun, karena setelah umur 4 tahun terjadi penurunan kemampuan dan fertilitas. Pada hewan jantan setelah umur 4 tahun produksi sperma berkurang sedang pada hewan betina sering mengalami tumor uterus.

Fungsi kelinci sebagai hewan laboratorium:

  1. Study produksi ; karena ovulasi tidak spontan, tidak ada anestrus, dan sperma mudah dikeluarkan
  2. Study embriologi ; mencakup fertilitas, segmentasi, implantasi, dan in vitro
  3. Study bedah jantung (arteriosklerosis, hipertensi)
  4. Study penyakit infeksius (virologi, bakteriologi, dan mikologi)
  5. Mudah dalam pengambilan darah
  6. Relatif jinak
  7. Mudah diperiksa

Cara identifikasi kelinci:

- warna bulu; diberi zat warna; asam pikrat

- tato kulit

- sapit lipat (diberi nomor untuk identifikasi)

- ear tag (tidak dianjurkan)

· Berat Badan Kelinci : >

· Masa hidup : ± 15 tahun

· Sebagai hewan laboratorium sebaiknya digunakan <>

alasannya : > 4 tahun terjadi penurunann fertilitas dan produktifitas

: pada umur > 4 tahun (6-7 tahun) sperma berkurang ± 10 milion/ml. : pada umur > 4 tahun sering menngalami tumor uterus (adenokarsinoma)

· Masa pregnan/pseudo-pregnan

- ada aktivitas membuat sarang

- perlu disediakan bahan-bahan sarang karena apabila kualitas sarang jelek dan waktu menyediakan sarang telat akan timbul kanibal (memakan anaknya sendiri)

- perlu kandang individual

· Masa menyusui : agresif

· Aktivitas: Diurnal

· Kurang protektif, penakut, mudah terkejut.

· Penyakit pada kelinci :

1. Koksidiosis

Penyebab : 1. Bentuk hati : Eimeria stiedae

2. Bentuk usus : E. magna, E. media, E. irresidua

Gejala : hewan yang sudah sembuh menjadi karier, kelinci muda lebih sering dari dewasa, diare, nafsu makan turun, buku kasar, kurus, perut buncit

Diagnosis : pemeriksaan feses identifikasi osista dan pemeriksaan pasca mati (E. stidae), terdapat bintik – bintik putih atau terdapat sista di hati mula-mula lesi mempunyai bentuk/batas yang jelas pada keadaan kronis lesi bergabung satu sama lain

Pengendalian : hewan sakit dipisahkan, sulfakuinnoksalin 0.05% dalam air minum, 30 hari dan bentuk usus = sulfakuinoksalin 0.03% dalam makanan. Nitrofurasan : dosis pencegahan 0.5 – 1 g/kg (bentuk usus) Eimeria spp tidak bersifat zoonosis

2. Pasteurollosis (Haemorrhagic Septicaemia)

Penyebab : Pasteurella multocida

Penularan : sangat menular, menyebar secara langsung atau tidak langsung, bisa menimbulkan kekebalan ringan setelah infeksi hewan menjadi karier penyakit yaitu hewan tampak sehat, tapi sebagai sumber infeksi dalam koloni kelinci dan bersifat kronik

Gejala : keluar eksudat encer atau nanah dari hidung dan mata, bulu kaki (terutama sekeliling kuku) kusut dan terdapat eksudat kering. Bersin dan batuk serta menimbulkan kematian bila sembuh menjadi karier, dalam bentuk akut mati mendadak

Diagnosis : Isolasi dan identifikasi organisme (P. multocida) dari paru

Pemeriksaan pasca mati : radang akut sampai kronik pada selaput lendir sistem pernafasan dan paru–paru. Rinitis, sinusitis, otitis, meningitis, bronkopneumoni, abses pada organ – organ tubuh. Akut septicemia kematian : kongesti pembuluh darah sistem pernafasan, radang trakea, limfe membesar, perdarahan dibawah kulit

Pengendalian : jarang berhasil hewan dibinasakan atau semua kandang dan peralatan di sterilkan

Pasteurellosis bersifat zoonosis

3. Tyzzer

Penyebab : Bacillus piliformis

Diagnosis : ditemukan B. piliformis di daerah nekrosis hati, jantung, coecum

Gejala : diare profu, dehidrasi cepat, mortalitas tinggi dan cepat (90%), kematian 12 – 48 jam setelah terlihat diare

Pemeriksaan pasca mati : nekrosis mukosa ileum (distal), coecum colon (proximal), hemoragi coecum, nekrosis hati dan jantung

Penularan : kelinci sakit dapat bersifat Carrier/subklinis, organisme masuk dari feses dan infeksi terjadi bila kelinci lain menelan spora

Pengendalian : menejemen baik, kurangi stres saat menyusui, kontrol temperatur, kurangi over crowding dalam kandang, sanitasi yang baik

4. Mucoid Enteropathy (ME) = Rabbit Diarrhea Complex

Penyebab : Tidak jelas, multifaktor dan komplek

Gejala : biasa terjadi pada kelinci muda umur 7 – 10 minggu, terlihat gejala – gajala enteritic (diare profuse dan cair, konstipasi, bloat atau timbunan gas dan cairan dalam usus), mucoid enteritis, mucoid diare, hypoamylasemia

Pemeriksaan pasca mati : coecum isi kering dan gas, lambung dan usus berisi gas dan cairan, colon (usus besar) lendir

Pengobatan : tidak ada yang efektif, antibiotika (hanya untuk atasi infeksi sekunder)

5. Enterotoxicemia

Etiologi : Clostridium perfringens tipe E

Gejala : diare akut

6. Trepanomatosis

Etiologi : Treponema cuniculi

Gejala : Eksudat melapisi kulit&membran mukosa, lesi pada vulva, dekat anus, hidung, mata, dan bibir

Pengobatan : penicilin 6 procaine

7. Parasit luar

a. Sarcoptes scabei & Notoedres cati

b. Psoroptes cuniculi (di telinga)

c. Haemodipsus ventricosus

(Soesanto, 1988)

Pengambilan Darah Pada Kelinci

Lokasi : - Vena leteralis

- Intracardia

- Vena jugularis

Anastesi yang diberikan:

- Pentobarbitol 3% : lama kerja 10-20 menit

- Pentotal 5-10 mg/kg BB

Euthanasi :

- dislokasi cervicalis

- anastesi berlebih ( pentotal 60 mg/kg BB secara intravena )

- decapitasi

- emboli udara


Ø Metode :

1. Handling dan Restrain

Handling

· Kelinci muda : dengan memegang pinggang dengan 2 tangan

· Kelinci dewasa :

Kelinci dipegang dibagian kuduk dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan, angkat secara perlahan

Sangga badan dengan tangan kiri, dengan arah kaki menjauh dari pinggang

2. Penimbangan (Berat Badan)

Handling

Taruh kelinci diatas timbangan

Berbeda dengan mencit dan tikus, kelinci lebih bersikap tenang hingga tidak perlu dimasukkan ke dalam selongsong.

3. Sexing

Dengan melihat jarak antara anus dengan papilla genitalis dan scrotum

: Jarak antara anus dengan papilla genitalis dekat, bentukan lubang Y

: Jarak antara anus dengan papilla genitalis jauh & terdapat scrotum, terdapat bentukan vertikal

· Prosedur :

Handling

Lihat jarak anus dengan papila genitalis dan alat kelaminnya

4. Perlakuan dan Penyuntikan

· Perlakuan Oral (P.O) :

Spet diisi dengan bahan perlakuan (Larutan glukosa)

Kelinci dipegang yang benar (handling)

Ujung kanul dimasukkan sampai rongga tekak

Bahan perlakuan disuntikkan perlahan

Bahan perlakuan dapat juga disemprotkan antara gigi dan pipi bagian dalam, biarkan kelinci menelan sendiri

· Prosedur Penyuntikan :

a. Sub Cutan (S.C)

Pada kulit longgar di bagian punggung

Kelinci dipegang yang benar (handling)

Spet diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)

Pada kulit longgar di bagian punggung sedikit dicubit

Olesi bagian tersebut dengan Alkohol 70%

Bahan perlakuan disuntikkan perlahan pada kulit longgar di bagian punggung tersebut

b. Intra Muscular (I.M)

Pada musculus yang tebal (M. Bicep Femoris)

Kelinci dipegang yang benar (handling)

Spet diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)

Sebelumnya olesi bagian yang akan disuntik dengan Alkohol 70%

Tusukkan jarum tegak lurus pada tengah – tengah paha (M.Bicep Femoris)

Bahan perlakuan disuntikkan perlahan

c. Intra Peritonial (I.P)

Disamping garis tengah diantara dua puting susu paling belakang atau di umbilikalis kanan/kiri

Kelinci dipegang yang benar (handling)

Spet diisi dengan bahan perlakuan (Cairan giemza)

Sebelumnya olesi bagian yang akan disuntik dengan Alkohol 70%

Tusukkan jarum tegak lurus pada umbilikalis kanan/kiri sampai masuk rongga peritonial

Bahan perlakuan disuntikkan perlahan

5. Pengambilan Darah

a. Arteri Centralis/Vena Marginalis (v./a. telinga)

Bulu dibersihkan, dicukur

Ambil darah dengan spuit (jarum ukuran 23-25)

Melalui sayatan 2-3 mm pada v. Lateralis

Dari a. Centralis dapat diambil darah 30-50 ml

(dengan jarum ukuran 21)

b. Intra Cardiaca (I.C)

Pengambilan darah pada Jantung dengan Anastesi terlebih dahulu

Kelinci dipegang yang benar (handling)

Kelinci dianastesi

Setelah kelinci lemas kemudian raba dadanya untuk menemukan denyut jantung atau tepat didaerah costae ke 3 – 4

Tusukkan jarum secara tegak lurus

Setelah jarum terlihat berdetak (goyang – goyang), ambil darah

Darah ditampung

c. V. Jugularis, V. Cephalica, V. Tarsalis (Jarang dilakukan pada kelinci)

6. Anastesi

· Suntik

- Preanestesi : Atropin 1-3 mg/kg IM/SC 30 menit sebelum anestesi

- Pentobarbital 3%, lama : 10 – 20 menit

- Pentotal 1.25 %, lama : 10 – 290 menit

- Diazepam (valium) 5 – 10 mg/kg , IM, IP 2-6 jam

· Inhalasi

Kapas dibasahi dengan chloroform

Masukan kapas kedalam corong

Masukan kepala kelinci kedalam corong

Tunggu beberapa saat

7. Euthanasi

· Anastetika dosis lebih

· Chloroform

Prosedur :

Kapas dibasahi dengan chloroform

Masukan kapas kedalam corong

Masukan kepala kelinci kedalam corong

Tunggu beberapa saat

· Dislokasi cervical

Prosedur :

Leher kearah cranial digenggam dengan tangan

Leher kearah caudal digenggam dengan tangan yang lain

Tarik secara bersamaan, leher hingga kepala ke arah cranial dan leher hingga ekor kearah caudal

· Dekapitasi

· Emboli Jantung

Prosedur :

Mengisi spet dengan CO2 atau udara

Tusukkan tepat ke Jantung

Suntikkan udara (CO2) tersebut

8. Nekropsi

Kelinci direbahkan dorsal

Ekstremitas difiksasi dengan jarum

Ruang peritoneum dibuka dengan incisi pada abdomen

Ruang dada dibuka dengan memotong tulang rusuk pada bagian sternum

Lakukan pengamatan

Organ diambil

Masukkan ke dalam Formalin


1. Handling dan Restrain

Handling

· Dengan memegang kulit di daerah kuduk dengan tangan kanan kemudian badan disangga dengan tangan kiri, arah kaki menjauh dari pinggang :

- bisa dilakukan : sexing, pengamatan kelenjar susu dan alat genital

- gunakan alas kelinci dengan kain lap, kelinci tidak suka licin dan agar kelinci tenang/tidak berontak diselimuti dengan handuk

- bisa dilakukan pengambilan darah pada kelinci

2. Penimbangan (Berat Badan)

Bertujuan untuk menentukan dosis obat dan pemberian pakan

BB Kelinci = 690 gram (Belum Dewasa)

BB Kelinci Dewasa = 1500 – 7000 gram

Berbeda dengan mencit dan tikus, kelinci lebih bersikap tenang hingga tidak perlu dimasukkan ke dalam selongsong. Cukup letakkan kelinci diatas timbangan saja. Dan hasilnya membuktikan kelinci memang betul – betul tenang saat dilakukan penimbangan.

3. Sexing

· Jenis Kelamin Kelinci = Jantan

· Kelinci jantan maka jarak antara anus dengan papilla genitalis terlihat jauh dan terdapat bentukan vertikal

4. Perlakuan dan Penyuntikan

· P.O

Menggunakkan kanul bengkok yang berisi larutan glukosa kemudian kelinci dipegang yang benar (handling) lalu ujung kanul dimasukkan sampai rongga tekak dan bahan perlakuan disuntikkan perlahan

· S.C

Menggunakan spet kecil (tubercullin) berisi cairan giemza pada daerah punggung. Menggunakan cairan giemza karena cairan tersebut apabila disuntikkan tidak memberikan efek yang negatif pada organ yang disuntikkan atau tidak bersifat merusak dan berfungsi sebagai pewarna (biru), sebelum disuntikkan diolesi alkohol 70% terlebih dahulu

· I.M

Menggunakan spet kecil (tubercullin) berisi cairan giemza pada M. Bicep Femoris (Paha belakang) dapat juga pada M. Gluteus. Sebelum disuntikkan diolesi alkohol 70% terlebih dahulu

· IP

Menggunakan spet kecil (tuberculin) berisi cairan giemza pada daerah umbilikalis kanan dan kiri (bergantian). Sebelum disuntikkan diolesi alkohol 70% terlebih dahulu

5. Pengambilan Darah

· a. auricularis (di tengah), v. marginalis (di tepi)

Tidak berhasil dilakukan. Arteri pada tengah – tengah telinga diolesi alkohol, kemudian arteri ditekan dengan tujuan untuk membendung aliran darah dan sedikit disentil. Setelah arteri terlihat membesar, jarum dimasukkan dalam arteri kemudian darah ditarik masuk ke dalam spet

· Jantung (I.C)

Berhasil dilakukan dengan sebelumnya dianastesi terlebih dahulu

6. Anastesi

· Inhalasi

Menggunakan Chloroform yang diteteskan pada kapas dan dimasukkan dalam corong kemudian dihirupkan pada kelinci hingga lemas

7. Euthanasi

· Menggunakan chloroform

· Emboli Jantung

Mula – mula berulang kali menyuntikan udara (CO2 ) ke dalam jantung.

8. Nekropsi

· Anatomi kasar

Setelah di nekropsi, terlihat organ tampak normal, kecuali pada hepar. Pada hepar terdapat lesi berwarna putih. Kemungkinan kelinci menderita suatu penyakit.

2 komentar: