Selasa, 05 Januari 2010

Sansivieria trifasciata

Tanaman Sansivieria trifasciata memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae, Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh), Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji), Divisio : Magnoleophyta (berbunga), Kelas : Liliopsida (monokotil), Sub kelas : Lilidae, Ordo : Liliales, Famili: Agavaceae, Genus : Sansiviera, Spesies : Sansivieria trivasciata (Lingga, 2007).

Tanaman sansivieria punya habitus berupa tanaman pekarangan dan termasuk tanaman tahunan, tanaman ini memiliki tinggi ± 0,4 – 1,8 cm. Batangnya membentuk 2-6 tanaman, bentuk lanset dengan panjang 15 -150 cm dan lebar ± 4-9 cm. Daun licin dan berwarna hijau terdapat bercak putih kekuningan. Tanaman sansivieria memiliki bunga majemuk bentuk tandan, terletak diujung akar rimpang dan berbentuk panjang, sedang tandan bunga memiliki panjang 40-85 cm, berkas bunga terdiri 5-10 buah daun dan pelindungnya berupa selaput kering dengan jumlah benang sari 6 buah yang menempel pada tabung mahkota bagian atas, sedangkan kepala putik bentuknya membulat, dengan dasar mahkota membentuk tabung, memiliki panjang 1 cm dan terbagi 6, berwarna putih kekuningan.buah biji 1-3 butir, bentuk bulat telur dengan panjang 5-8 mm, berwarna hijau, bijinya berbentuk bulat telur berwarna hitam, sedangkan akarnya berserabut berwarna kuning oranye (Anonim, 1997).

Sansivieria trifasciata memiliki kandungan kimia pada bagian tanamannya, seperti pada daun dan rimpangnya mengandung saponin dan kardenolin. Disamping itu daunnya juga mengandung polifenol (Mimika, 1996).

Kandungan senyawa polifenol diketahui dapat berfungsi sebagai antioksidan dan mampu untuk memperbaiki kerusakan sel (Arnelia, 2006).


Kandungan Zat Antibodi

Antioksidan didefinisikan sebagai inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi. Dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tidak reaktif, yang relatif stabil, tetapi mengenai radikal bebas yang berkaitan dengan penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah spesimen kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit terluar. Sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat dan DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit (Anonim, 2006).

Antioksidan dalam pengertian kimia adalah senyawa yang dapat menyumbangkan elektron atau pemberi elektron, diantaranya vitamin E dan C. Antioksidan dalam pengertian biologis adalah semua senyawa yang dapat meredam dan atau menonaktifkan serangan radikal bebas dan ROS atau Reactive Oxygen Species (Suryohudoyo, 1993 dan Halliwel, 1999).

Dalam daun sansivieria terdapat kandungan senyawa antioksidan yaitu polifenol, kardenolin dan saponin (Anonim, 1997).

Beberapa jenis tumbuhan telah diteliti memiliki fungsi sebagai antioksidan. Misalnya bawang putih (Alium sativum), terdapat kandungan iridoid glikosida yang mampu menghambat ekspresi sitokrom P-450 sehingga metabolit CCl3 tidak terbentuk, sambiloto (Andrographis panulat), temulawak (Curcuma xantorrhiza), akar alang-alang(Imperrata cylindrica), mengkudu (Marinda ctrifolia) telah diteliti dan diketahui terdapat kandungan flavonoid yang juga berfungsi sebagai antioksidan (Okuyama et,al, 1995).

Fitokimia

Fitokima atau Fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayur dan buah. Dalam penggunaan umum, fitokima memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tetapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan. Atau penyakit yang berperan aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam bahasa tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal,dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut (Anonim, 2006).

Fitokimia adalah salah satu komponen bioaktif pangan yang mempunyai efek kesehatan yang menakjubkan. Watzl dari Institut Of Nutritional Physiology (FRCN). Karsishuno, Jerman menyatakan bahwa fitokimia dari karotenoid, fitosterol, saponin, glucosinlates, polifenol, protease inhibitors, monoterpen, dan fitoestrogen sulfid. Fitokimia mempunyai efek biologis yang efektif sebagai antioksidan, mempunyai sifat menghambat pertumbuhan mikroba, menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar glukosa darah, bersifat antibiotik dan menimbulkan efek kenaikan kekebalan. Dari 30.000 fitokimia yang sudah diketahui sekarang. Sebanyak 5000-10.000 terdapat dalam pangan dan hampir 400.000 jenis tanaman di fitokimia (Arnelia, 2006).

Sejak beberapa dasawarsa lalu, peran anti oksidan bagi kesehatan tubuh telah banyak mendapat perhatian ilmuwan, fungsi fisiologis dari antioksidan adalah mencegah kerusakan komponen seluler akibat radikal bebas. Sedangkan produksi radikal bebas terjadi secara terus menerus pada semua sel sebagai bagian dari fungsi seluler yang normal. Jika terjadi produksi radikal bebas yang berlebihan, akan menyebabkan terjadinya stress oksidatif. Sters oksidatif berperan penting dalam patofisiologi berbagai penyakit, termasuk penyakit patogen utama pada gangguan hati (Lestari, 2007).

Sterss oksidatif adalah keadaan ketidak seimbangan antara prooksidan dan anti oksidan. Keadaan stress oksidatif sebetulnya dapat diinduksi oleh berbagai faktor, antara lain : 1). Kekurangan antioksidan atau kelebihan produksi radikal bebas. Radikal bebas sebetulnya diproduksi secara fisiologis oleh sel sebagai konsekuensi logis pada reaksi biokimia dalam kehidupan aerobik. Namun jika radikal bebas berlebihan dan antioksidan seluler tetap jumlahnya atau lebih sedikit, maka kelebihan radikal bebas ini tidak bisa dinetralkan dan akan berakibat pada kerusakan sel itu sendiri. 2). Kondisi stress oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel, dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan dan bisa menimbulkan penyakit jantung, kanker dan diabetes mellitus. 3). Fitokimia yang bersifat antioksidan adalah karotenoid, polifenol, fitoestrogen, inhibitor protease dan sulfida. Karotenoid seperti lycopene dan canthaxanthin, adalah jenis antioksidan yang punya kemampuan tinggi dalam memproteksi oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas (Arnelia, 2006).

Jenis-jenis fito-kimia :

Karotenoid

Karotenoid mempunyai warna kuning sampai merah yang memberikan warna pada buah dan sayuran. Karotenoid terdiri dari lycopen, alfa dan beta karoten, xanthofil, lutein, zeaxanthin dan kriptoxanthin. Lebih dari 600 jenis karotenoid yang terdapat di alam, hanya 40 jenis yang terdapat dalam makanan. Sumber karotenoid adalah sayuran hijau. Buah-buahan juga mengandung karotenoid, khususnya yang berwarna kuning sampai merah. Tomat dan wortel dikenal sebagai sumber utama karotenoid. Sedangkan jenis sayuran seperti bayam dan kangkung adalah sumber karotenoid. Rata-rata konsumsi karotenoid dalam seharinya bagi yang doyan makan sayur dan buah adalah sekitar 6 mg. Khasiatnya adalah sebagai antioksidan.

Fitosterol

Fitosterol yang utama adalah betasitosterol, stigmasterol dan campesterol. Fitosterol berperan menghambat penyerapan kolesterol sehingga dapat menurunkan penyerapan kolesterol total. Sumber utama fitosterol adalah biji-bijian dan minyak nabati. Bagi yang suka mengkonsumsi biji-bijian dan minyak sayur, rata-rata dalam sehari dapat mengkonsumsi sebanyak 150-400 mg fitosterol.

Fitoestrogen

Fitoestrogen terdiri dari isoflavon dan lignin. Fitoestrogen banyak terdapat pada biji-bijian dan kacang-kacangan khususnya kedele. Fitoestrogen dapat menghambat kanker payudara dan diduga dapat menunda masa menopause pada wanita. Fitoestrogen adalah estrogen tanaman. Dua senyawa yang merupakan fitoestrogen adalah isoflavon dan coumestan yaitu zat yang berasal dari kelas fenilpropanoid dan merupakan penggabungan decoumarol melalui posisi ketiga. Isoflavon adalah senyawa yang dibentuk sebagai reaksi kondensasi antara gula dan gugus hidroksil dari senyawa kedua yang dapat atau tidak dapat merupakan gula yang lain. Dalam senyawa ini, residu karbohidrat terikat oleh suatu ikatan asetal pada atom karbon yang anomer dengan gula atau bahan gula senyawa kedua atau aglikon yang banyak terdapat pada leguminosa. Pengaruh kerja isoflavon adalah melemahkan penetrasi sperma pada oviduct sehingga tidak dapat membuahi sel telur.

Sulfida

Sulfida lebih identik dengan senyawa sulfur pada bawang putih. Selain pada bawang putiih sulfida juga terdapat pada bawang merah. Sulfida dapat menghambat pertumbuhan mikroba.

Monoterpen

Monoterpen merupakan senyawa folatil yang terdapat pada tanaman. Monoterpen yang terkenal adalah menthol (peppermint), carvon dan limonen. Monoterpen dapat menghambat pertumbuhan kanker, khususnya payudara.

Polifenol

Pada daun dan rimpang sansiviera terdapat kandungan polifenol (Mimiaki, dkk, 1996). Polifenol merupakan salah satu jenis fitokimia yang bersifat antioksidan aktif. Polifenol adalah antioksidan yang kekuatannya 100 kali lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih tinggi dibanding vitamin E. polifenol bermanfaat untuk mencegah radikal bebas yang merusak DNA. Polifenol membantu melawan pembentukan radikal bebas dalam tubuh dan karenanya memperlambat penuan sel (Khomsan, 2003).

Polifenol adalah asam fenolik dan flavonoid. Polifenol banyak ditemukan dalam buah, sayur dan biji. Khasiat dari polifenol adalah sebagai antioksidan, anti mikroba dan menurunkan kadar gula darah. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni mempunyai banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan. Seperti warna daun saat musim gugur. Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa kelompok polifenol memiliki peran sebagai antioksidan yang baik untuk kesehatan. Antioksidan polifenol dapat menurunkan resiko penyakit jantung, pembuluh darah dan kanker. Terdapat penelitian yang menyimpulkan polifenol dapat menurunkan resiko penyakit Alzheimer. Rata-rata manusia bisa mengkonsumsi polifenol dalam seharinya sampai 23 mg. Khasiat dari polifenol adalah antimikroba dan menurunkan kadar gula darah (Anonim, 2006).

Saponin

Saponin adalah senyawa surfaktan dan berbagai hasil penelitian menyimpulkan, saponin bersifat hipokolesterolemik, imunostimulator dan antikarsinogenik. Mekanisme antikarsinogenik saponin meliputi efek antioksidan dan sitotoksik langsung pada sel kanker. Saponin sudah diteliti dapat menurunkan resiko kanker (Anonim, 2006).

Saponin adalah glikosida yang setelah dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan sapogenin (aglikon). Sapogenin merupakan derivat non gula dari sistem polisiklik. Selain itu saponin juga merupakan kelompok glikosida triterpenoid dan sterol yang telah terdeteksi lebih dari 90 famili tumbuhan dan banyak ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi. Senyawa aktif permukaan dari saponin bersifat seperti sabun dan dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa pada pengocokan dan memiliki rasa pahit yang mempunyai efek menurunkan tegangan permukaan sehingga merusak membran sel dan menginaktifkan enzim sel serta merusak protein sel. Komposisi kimia saponin dapat dilihat pada gambar 2.


Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama saponin adalah biji-bijian khususnya kedelai. Saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal. Tergantung pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi, seharinya dapat mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg.

Berdasarkan struktur kimia alami dari sapogenin, saponin dibedakan menjadi dua kelompok yaitu steroid (C27) dan triterpenoid (C30) dengan bagian gula pada C3 dan ikatan eter pada rantai samping gula. Aglikon pada saponin dikenal sebagai sapogenin sedangkan pada steroid saponin disebut saraponin. Kemampuan saponin untuk berbusa disebabkan oleh kombinasi sapogenin yang bersifat non polar dan larutan air pada rantai samping. Saponin rasanya pahit dan mengurangi palatabilitas pakan. Jika saponin mempunyai aglikon triterpenoid, saponin berasa manis karena berasal dari asam glukoronat sebagai pengganti gula dalam triterpenoid (Widodo, 2005).

Alkaloid

Saponin yang tekandung dalam Sansivieria trifasciata termasuk dalam golongan alkaloid. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu (Putra, 2007).

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa nitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat pada tumbuhan dan hewan. Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini. Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors),didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut (phenanthrenes), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid dirubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine (Anonimus, 2009).

Putra (2007) melaporkan bahwa, alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan.

Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi, jalur poliketida dan jalur mevalonat (Putra, 2007). Berikut tabel macam senyawa alkaloid:

Tabel 1. Macam-macam senyawa Alkaloid

Senyawa Alkaloid

Aktivitas Biologi

Nikotin

Stimulan pada syaraf otonom

Morfin

Analgesik

Kodein

Analgesik, obat batuk

Atropin

Obat tetes mata

Skopolamin

Sedatif menjelang operasi

Kokain

Analgesik

Piperin

Antifeedant (bioinsektisida)

Quinin

Obat malaria

Vinkristin

Obat kanker

Ergotamin

Analgesik pada migrain

Reserpin

Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi

Mitraginin

Analgesik dan antitusif

Vinblastin

Anti neoplastik, obat kanker

Saponin

Antibakteri

Sumber : Putra (2007).

Flavonoid

Polifenol dan fitokimia termasuk dalam golongan Flavonoid. Senyawa flavonoida adalah kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan (Lenny, 2006).

Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis susunan senyawa flavonoida yaitu:

1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana

3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C). Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku leguminosae (Lenny, 2006).

Flavonoid merupakan suatu metabolit sekunder pada tanaman yang terdapat
pada semua bagian tanaman tersebut dan struktur kimianya secara umum adalah
kerangka C6C3C6. Penamaan sub-grup dan klasifikasi berdasar pada subsitusi pada
bagaian cincin C dan posisi pada cincin B. Sebagian besar subgrup adalah flavonol,
flavon, isoflavon, katehin, proantosianidin, dan antosianin (Larbier dan Leclerco
1992, Rajalkshmi dan Narasimhan 1996). Potensi flavonoid sebagai antioksidan
dan kemampuannya mengurangi aktivitas radikal hidroksi, anion superoksida, dan
radikal peroksida lemak menjadikan flavonoid bereperan penting (Marewo, 2009).

Flavonoid telah diketahui sebagai antibakteri, antiviral, antiinflamasi, antialergi, antimutagenik, antitrombotik, dan aktivitas vasodilatasi. Sejumlah senyawa fenolat berperan sebagai bahan baku pangan yang berasal dari tanaman, di antaranya asam fenolat, flavonoid tanin, dan lignin. Perbedaan kultivar beberapa tanaman menunjukkan variasi yang luas baik pada kandungan fenolat maupun kapasitas antioksidan secara in vitro (Larbier dan Leclerco 1992, Miller 1996).

Fenolat penting diketahui sebagai substansi yang terbaik yang berperan
sebagai antioksidan sebagai kelompok donor elektron dari fenol, meningkatkan
aktivitas antioksidan melalui efek induksi. Namun aktivitas kimia sejumlah
antioksidan bergantung pada sejumlah faktor, yaitu stabilitas dan reaktivitas.
Antioksidan primer membentuk ikatan dengan radikal setelah pemindahan hidrogen
lebih penting daripada faktor lainnya (Jadav et al. 1996). Senyawa fenol mencakup
sejumlah senyawa yang umumnya mempunyai sebuah cincin aromatik dengan satu
atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenol cenderung untuk larut dalam air karena
paling sering terdapat bergabung dengan gula glukosida dan biasanya terdapat
dalam rongga sel. Diantara senyawa fenol alami yang telah diketahui, lebih dari
seribu struktur flavonoid merupakan golongan yang terbesar (Suradikusumah 1989).

Hepar

Hepar ialah kelenjar terbesar didalam tubuh. Ia mempunyai selubung peritoneum dan ia menerima darah dari vena portae dan dari arteri hepatica. Sedangkan darah keluar dari alat tubuh ini melalui vena hepatica yang masuk kedalam vena cava caudalis. Hati tergantung pada diafragma dengan perantaraan beberapa ligamenta yaitu ligamentum coronarium hepatic, ligamentum triangulare dextrum dan sinistrum dan ligamentum falciform hepatic, sedangkan ligamentum hepatorenale menghubungkan hati dengan buah pinggang kanan dan caecum. Ligamentum teres hepatis yang berupa tali jaringan ikat ialah sisa vena umbilikalis yang dalam kehidupan foetal berjalan dari pusar ke hati (Ressang, 1984).

Didalam segitiga kiernan selamanya ditemukan percabangan vena portae disamping pembuluh empedu dan percabangan arteria hepatica. Darah cabang arteria hepatica dan vena portae ini masuk kedalam sistem kapiler hati yang juga dinamakan sinusoid. Darah berjalan dari segitiga kiernan ke vena sentralis, sedangkan empedu berjalan dalam arah sebaliknya. Jadi dalam hati darah arteri hepatica bercampur dengan darah vena portae. Keistimewaan hati adalah karena sirkulasi berlainan dari alat tubuh lain. Darah yang mengalir didalmnya ialah 2/3 darah balik dan 1/3 darah nadi. Darah yang berasal dari daerah portal melewati hati tanpa pengaruh tekanan besar. Dengan demikian dapat diterangkan bahwa perubahan pada kolon memperlihatkan akibat dibagian kiri hati, sedangkan perubahan pada usus halus berakibat di bagian kanan hati (Resaang, 1984).

Di dalam hati ditemukan banyak sel RES, yakni sel kupfer yang terdapat dalam dinding kapiler dan sinusoid. Daya regenerasi sel hati besar sekali, pada hati normal diketahui bahwa lobektomi sebnayak 70% pada hati mengakibatkan proliferasi sel hati yang sangat giat, sehingga dalam 2-3 minggu bagian hati yang hilang dapat diganti kembali. Pada nekrose lokal atau meluas pada hati juga banyak sel hati hilang, namun dalam 2 minggu sel yang hilang dapat diganti lagi bila kausa nekrosa dihilangkan. Biasanya terlihat proliferasi pada sel sehat diantara sel mati. Sebagai alat diagnosa pada beberapa penyakit hati, biopsi pada alat tubuh ini banyak digunakan dalam dunia kedokteran (Resaang, 1984).

Akibat yang dapat terjadi karena gangguan fungsi hati ialah hiperbilirubinemia disertai ikterus dan bilirubinuri, emasiasi karena gangguan metabolisme lemak, intoksikasi dari usus, hipoglikemia, gangguan pembekuan darah, anemia dan edema (Resaang, 1984).

Hepar berfungsi antara lain: 1). Sintesis protein, 2). Sekresi empedu, 3). Penimbunan metabolit, 4). Detoksifikasi, dan, 5). Glikoneogenesis. Hepar tersusun oleh satuan, disebut lobulus hepatikus dengan sifat-sifat : a). bentuk : prisma poligonal, b). mengandung sel hati yang tersusun seperti lempeng radial ; lempeng-lempeng menuju pusat. Lobulus yang ditempati vena sentralis. Diantara lempeng ada vasa sinusoida yang dindingnya tersusun oleh lapisan endotelium fenestratum selapis. Antara sel endotel juga terdapat celah-celah. Sel endotel dipisahkan dari dinding sel hati oleh spatium perisinusoideum. Semua rongga berisi darah. Baik sel endotel maupun sinusoid mengandung sel makrofag, terkenal dengan nama sel endotel retikulo stelata. Kanalikuli biliferi terdapat antara sel hepar, dibatasi oleh membran sel hepar dan menuju ke duktus interlobularis bilifer. Kanalis portalis merupakan daerah pada sudut lobulus hepatikus. Daerah ini mengandung “Trias Hepatika” yang berisi: 1). arteria interlobularis yang merupakan cabang dar arteria hepatika, 2). vena interlobularis yang merupakan cabang vena porta hepatis, 3). duktus interlobularis biliferi yang mengumpulkan empedu dari duktus biliferi yang menerimanya dari kanalikuli biliferi. Vasa limfatika mengikuti semua bangunan tersebut.

Hepar adalah organ yang sering terlibat dalam metabolism makanan serta toksikan. Sebagian besar toksikan masuk kedalam tubuh melalui alat pencernaan yang kemudian diabsorpsi dan dibawa oleh vena portal hepar, kemudian dibawa ke hepar. Toksikan didalam hepar dapat mengalami detoksifikasi tetapi juga dapat dibioaktifkan menjadi lebih toksik. Fungsi hepar dapat terganggu apabila ada gangguan proses metabolism karena adanya senyawa bersifat racun. Hepar mencit merupakan salah satu organ utama yang digunakan sebagai indikator penelitian tentang pengaruh bahan kimia maupun toksik (Tricklebank, 1994).

Pigmentasi hati. Didalam hati ditemukan pigmen endogen dan eksogen. Pigmen yang penting adalah endogen, dibagi 2 : 1). Anhemoglobinogen dan 2). Hemoglobinogen. Anhemoglobin dibagi lagi menjadi: 1). Lipofusin yang terbentuk pada atrofia fusca, menyebabkan warna coklat. 2). Melanin, terlihat pada melanosis hati. Pigmen ini berada dalam sel subkapsuler dan jaringan ikat interlobuler, akan tetapi tidak dalam sel hati. Perubahan ini tidak menyebabkan gangguan fungsi hati. Pigmen homoglobinogen terdapat pada hemosiderosis hati. Bila hati menimbun pigmen darah yang mengandung besi. Pigmen ini terlihat sebagai butir-butir kuning coklat didalam sel kupfer, sel-sel endotel dan didalam sel hati. Hati dapat berubah warna, karena pigmen darah yang tidak mengandung besi (Resaang, 1984).

4 komentar:

  1. aslm....mas boleh ga ya minta dapus nya?....

    BalasHapus
  2. mas minta dapusnya boleh ga??butuh banget ni mas...

    BalasHapus
  3. haduh maaf cd yang ada file itu gk bisa di buka je,,,,,..........ya aq gk punya..maaf ya

    BalasHapus
  4. maaf saya ingin bertanya kardenolin itu untuk apa ya? trima kasih sebelumnya :D

    BalasHapus